Bagian 36

508 42 2
                                    

Pica dan teman-temannya langsung di bagi ke beberapa ruangan di puskesmas, Uming di bagian penyuluhan ibu dan anak,ikut membantu melahirkan dan ante natal care atau perawatan bayi. Siti di bagian IGD, Sibon di poliklinik gigi, Widi dan Meli di bagian rawat inapnya, sedangkan Pica di bagian pengobatan umum.

Orientasi dimulai dari kantor puskesmas yang berada paling kanan bersebelahan dengan poli gigi, ruang kesehatan ibu anak berhadapan langsung dengan kantor, sedangkan ruangan IGD ada di bagian depan bersebelahan dengan ruang pengobatan dan apotik, ruang perawatan berada ditengah-tengah.

" Silahkan kalian menuju ke ruangan kalian masing-masing sesuai pembagian yang tadi dibacakan." Mereka berlima sudah nyebar ke ruangan masing-masing.
"Picasa..."
"Oh iya dok," Picasa menoleh menghadap suara laki-laki yang memanggilnya, tak sengaja mata dokter sedang menatap dalam.
"Ngg... iya kamu berada satu ruangan sama saya di sini." Pria tadi menunjukkan isi ruangannya, dari aromanya saya tahu, bau betadin bercampur alkohol 75% dan obat obatan. sebuah ruangan bercat putih, dua dipan dengan sprei warna hijau dan pink dengan tirai terpasang di tengah, sebagai sekat antar bed.sedikit menyeramkan sih untung wastafel dan lemari tidak di cat sewarna dengan tembok,satu buah Ac juga terpasang jadi gak berasa berada di ruang periksa.
"Nanti tolong bantu saya memanggil pasien dan membantu perawatan buat pasien ya . "
Hampir saja Pica garuk kepala nya sendiri,
"Ini pertama kali men, gue jadi asisten dokter?" Pica membatin.
"Gak usah bengong, nanti juga ada teman mu kok dari almamater lain, ada juga teman saya, dokter Asti nanti bantu kita. Pica duduk dulu aja, sambil kita siapin buku resep kosong dan perlengkapannya."

"Siap dok!"Pica bergegas mengambil semua yang dibutuhkannya, ada beberapa bengkok (sejenis aluminium, berbentuk seperti potongan ginjal) pinset, gunting benang , jarum, semua sudah di steril pada tempat steril diruangan itu.
"Hai Yan, tumben datangnya gak telat. Upst, kebagian jadwal penerimaan mahasiswa ke perawatan ya?"
Pica menoleh ke Arah suara yang memanggil dokternya itu.

"Ssst.. ada mahasiswa tolong jaga attitude mu."
Dokter Wayan menghardik.
"Pica... ke sini sebentar." tak butuh waktu lama memang karena ruangan ini hanya berukuran 4x6 bahkan kalo kita berbisik saja mungkin bisa terdengar.
Sepasang mata sipit sedang menatap nya tajam, Pica merasakan sampai menusuk hatinya.
"Dokter Asti, perkenalkan ini Picasa andasari, dari Akper depkes, Pica ini dokter Asti yang tadi saya ceritakan."
Tangan nya dokter Asti sudah menyalami Pica, ternyata tangannya lebih ramah dari tatapan nya.
"Hai, cantik sekali, kaya kue moci muka kamu."
Mendadak merona pipinya Pica, memberanikan menatap dokter Asti melihat kelebihan untuk dijadikan bahan pujiannya.

"Hai dokter, dokter juga cantik."
"Makasih."
Dokter Asti beneran cantik lhoo..., sebuah wajah oval, dengan potongan cepak ala kamidia radisti, mata sipit, kulit nya seputih salju, hidung bangir, presis artis korea.
"Cethak, chetak." Jentikan jemarinya dokter Asti sudah membuyarkan lamunanku.
" Naksir ya.?"
Di selingi tertawa dan langkah kakinya menuju loker di ruangan ini, sebuah jas putih yang tergantung kini sudah berpindah ke tubuh mungilnya.
"Mana Biya?Belum datang?"
Seorang cewe masuk sedikit tergopoh, "brak." "Maaf, sedikit telat, ban motornya bocor lagi." Wajah dan leher penuh keringat sampai anak-anak rambutnya basah, lepek."huuft!"
"Prok-prok, yuk ah siap-siap, fighting for today, semangat!" Dokter Wayan mencairkan suasana, tulisan 'closed berganti 'open' layanan berarti sudah dimulai.

~~~~~'

Hari ini begitu cepat berlalu, tahu-tahu sudah jam dua belas, ketika pasien semakin menyusut gak berasa juga waktu prakteknya hari ini tinggal tersisa sepuluh menit.
"Wooow." Emejing! pasien kalo hari senin itu membludak." Dokter Asti berseloroh didepan wastafel sambil melepaskan handscon dari kedua tangannya.
"Terimakasih team! Kalian hebat, bagaimana kalo hari ini saya traktir, kebetulan saya dapat bonusan bulan ini lumayan." Dokter Wayan bersemangat.

"Pica bisa kan?" Tanya Biya yang sedari tadi tak bersuara karena dia sudah terlalu sibuk menjadi asisten nya doketer Asti.
"Eh em... sebentar gue ngomong ke teman gue dulu ya?"
"Gak baik tau menolak rejeki, pamali." Kata dokter Asti menguping pendengaran kami. Mau tidak mau Pica menerima ajakan dokternya.
" ya okeh ."

Pica berpamitan pada teman-temannya dan menitipkan sepeda motornya pada Uming.

Mereka berempat masuk ke mobilnya dokter made menuju sebuah rumah makan 'warung steak'.
Kami memilih untuk duduk di bangku lesehan, memilih meja yang panjang nya pas untuk kami berempat.
Dokter Asti duduk bersebelahan dengan dokter made.
Sedangkan gue bersebelahan dengan Biya berhadapan dengan mereka berdua.

Seorang waiters menghampiri kami, membawa satu lembar daftar menu, dan balpoint, kami memesan menu andalan, tenderloin impor steak lada hitam dan orange jus.

"Pica cantik ya dok." Tanya Asti ke dokter Wayan ketika Biya meminta ijin pergi ke toilet.
Orang yang sedang ditanyain malahan sedang bengong menatap Pica, yang sedang asik memotong steak di hot plate nya, gerakan Pica juga terhenti seketika menatap dokter Wayan.
Sedikit senyuman kecut sembari Pica bergumam.
" Dok..."
"Bhawaahaha..." dokter Asti ternyata lebih menyadari kalo rekannnya sedang menatapku.
"Ooh.. apa .. iya .. kenapa As..?" Dokter Watan tergagap ketika menyadari kegiatannya ketahuan dan terusik. Dokter Asti mengulangi kata-katanya.
"Pica cantik. "
"Oh.. iya kan cewe ."
Dokter Asti masih terkekeh menyadari temannya masih menyembunyikan malu.
"Dokter Asti juga cantik ." Pica ikut memuji wanita didepannya.sambil meletakan pisau dan garpu nya diatas hot plate yang tak bersisa.
"Maaf saya permisi ke belakang dulu." Pica buru-buru bergegas meninggalkan dokter Asti dan dokter Wayan.
"Mau dianterin gak Pic." Tanya dokter Asti masih dengan senyuman mengembang, matanya memberi kode pada dokter Wayan tetapi,
" eh enggak .. makasih." Pica telah pergi berjalan memungunggi kami. Menuju toilet. Langkah kakinya terhenti ketika sebuah tangan halus dan sedikit basah menariknya.

"Sssstt.....Pica sini, gue bilangin, mau tau gosip gak?"Pica masih terkejut dengan suara barusan yang membuat dirinya kaget, sehingga belum sempat menjawab pertanyaan barusan, sampai sang empunya tangan meneruskan kata-katanya "Dokter Wayan sama dokter Astina kan pasangan. Dulu dokter Asti itu cinta pertamanya, tapi dokter Asti ternyata berselingkuh, dengan cinta pertamanya juga sekarang dokter Asti lagi pengin balikan hanya saja dokter Wayan sepertinya sudah menutup hatinya."
"Bi... gue udah mau keluar nih." Pica memegangi bagian perut bagian bawahnya dan berlari Biya tak bisa menahan tangannya Pica lagi dan mendengarkan bahan gosip annya.
Selesai makan kami berempat kembali ke puskesmas lagi, mengantarkan dokter Asti, Biya dan aku.
Dokter Asti menawarkan untuk menifantarkan Pica, hanya saja.
"Saya aja, kebetulan ada kepentingan juga ke arah tempat yang sama dengan Pica.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

"Gak terasa sudah hampir dua minggu kita selesai, yiiiihaaaaa." Uming berteriak Uming sepertinya sudah pengen cepat menyelesaikan praktik bulan ini,karena dari kami berlima dia yang paling hitler. Dia ada diruangan dengan bidan jutek,
"Dua minggu berasa dua abad coy."
"Sabar Ming badai pasti berlalu." Uming masih ngoceh aja. "Ya kemarin badai berlalu si bidan jutek emang gak berangkat kok malahan ganti geledek menyambar."
"Kenapa emangnya?"tanya Siti penasaran.
"Biasa, pasien nya tuh, mosok wong baru melahirkan itu disuruh tiduran sama gue kan selama enam jam kalo pengin b.a.k b.a.b di tempat tidur aja, kok ngeyel malahan ke kamar mandi, ya pingsan dong, iya pingsan hampir setengah jam loh.!"
"Dikasih kaos kaki nya lu dong?" Pica berseloroh,
"gak mempan,Untung bidan yang bertugas hari itu orangnya baik, cantik dan gak burik itu ngasih pertolongan, sehingga cepat siuman." Wajah paling lelah memang si Uming,maklum praktek kerja lapangan first trip.



Jangan lupa tinggalkan jejakmu disini, tekan bintang, dan komentarmu ya ...

Author lagi galau sama si Pica yang juga masih bingung dengan dirinya......

Asrama, asmara & samaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang