bagian 48

338 22 0
                                    

Terimakasih yang telah sudi membaca dan memberikan vote apalagi mau komen.

Happy reading....


"Haruskah kita terus bersahabat dengan mantan masing-masing?" Tanya Pica dalam perjalanan pulang seusai nonton.

"Tak ada salahnya, asalkan kita sama-sama tak pernah menceritakan apapun tentang kehidupan kita." Jawab Wayan penuh percaya diri.

"Kalo gue sih keberatan, apalagi lu sama dokter Asti sudah ...." Celetuk Pica.

"Gue tau batas kok." Buru-buru Wayan menghentikan celetukan Pica .

Sebenarnya tak ada yang rela pasangannya menceritakan wanita atau lelaki lain selain dirinya. Tinggal kita mau jujur atau tidak.

"Kan kalo masih sadar, kalo pas kita lagi bertengkar, lu curhat.. adeeeeuh.. gak deh pokoknya."jawab Pica sekenanya.

Wayan menatap Wajah polos dihadapannya, ia menepikan mobil,menghentikan laju kendaraannya.

Wayan tangan wajah gagahnya dengan tangan satunya, tangan satunya memegang stir. Pica yang tidak sadar dengan situasi reflek menatap sang pemegang kemudi.

"Kenapa dok?? hee... a.. apa gue salah ngomong?"
Pica menggerak-gerakkan telapak tangan dihadapan wajah Wayan.
Wajahnya tanpa ekspresi, bibir tipisnya tertarik melebar memberi senyuman tipis,deretan alis tebal diatas kelopak mata sedikit terangkat, Pica masih mencari arti dari ekspresi wajah ganteng dihadapannya

"Ceritanya ada yang cemburu nih?"
Pica menarik wajah dan bahu, sembari mengernyitkan dahi, lalu menunjuk dirinya sendiri.

"Gue?cemburu??"Pica memasang wajah terkejut dengan perkataan lelaki tampan Dihadapannya.

Wayan menyunggingkan senyuman di wajah ganteng miliknya sambil mangut-manggut, sementara Pica menyembunyikan wajah bersemu kemerahan dibalik kedua tangan.

"Okeh gue tegasin lagi nih Pic, kalo.... " wayan menunjuk dirinya sendiri, lalu jari kedua tanggan membentuk love lalu menunjuk ke Pica.

"Hahahha...." Pica tertawa sejadi-jadinya, Wayan masih tidak tau kenapa Cewe dihapannya memberikan reaksi yang berlebihan seperti ini, tertawa tiba-tiba lepas,namun sepersekian detik hidung Wayan menangkap sesuatu , cuping hidung bangir mulai kembang Kempis semakin sering seperti sedang membaui sesuatu.

"Maaaf dok gue kentut."
"Hahhahaa"
Wayan segera membuka pintu mobilnya, sebab bau gas bio milik Pica sudah menyebar,ia mengibas-ibaskan tangan untuk mengurangi bau. Aih-aih wajah Pica bersemu merah bukan lagi karena saking kencengnya ia menertawakan diri sendiri dan menahan malu.
Kentut selalu saja membuat ilfil seseorang,ini salah satu efek kentut, kecil bunyinya, tapi baunya bisa bikin perang besar.

"Haha, maafin gue, daripada untuk selanjutnya membuat polusi di mobilnya dokter, mendingan gue naik taksi aja."pinta Pica setelah tertawanya reda.

"Gak papa orang yang gak bisa kentut aja mesti berobat mahal." Dengan suara sengau
Wayan masih memencet hidungnya untuk mengurangi bau yang menyengat.

"Seumur hidup gue nih Pic baru kali ini dikentutin dengan tidak hormat. "

"Ya alloh, gue hari ini salah apaaan?? Mulai dari label baju belum dicopot ,ketiduran sampai film nya habis beneran malu banget!"kedua telapak tangan Pica Sudah menangkup penuh kembali wajahnya,tawanya berganti isakan.

Wayan segera meraih Tangan mungilnya Pica.
Aroma kentut dalam Mobil Sudah berangsur-angsur menghilang, Wayan membiarkan sosok mungil berkulit kapas disebelahnya menumpahkan perasaannya.

Sebenarnya bukan soal kentut saja, Pica masih kepikiran dengan kejadian siang tadi sebelum pergi dengan Wayan.

"Jujur aja deh Dok sebenarnya ilfill kan dengan
Kejadian barusan? "

"Mmm... Sedikit. "Dengan wajah coolnya menyipitkan matanya.

"Maafin yaa, plis plis..., gue rela den kapan-kapan dibalas dengan kentut yang lebih keji Dok! "

Wayan masih tak habis pikir dengan pemikiran Pica. Apa kata dunia kalo dirinya harus membalas kentut dengan kentut.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

"Hahahhahhaa.... " Suara dari dalam kamar Pica membelah sunyi dilorong asrama, Widi ,Uming, Meli sedang mendengarkan cerita pendek dari sahabatnya tentang kentut dan kejadian hari ini yang membuat Pica seperti sedang kena karma akan perbuatannya. Ia mantapkan hatinya untuk
memilih membuka hati untuk orang baru, daripada menunggu sesuatu yang tak pasti.

"Maafin gue Mas."
Pica menulis di line nya.
Sore tadi Kemas menyaa pica di 'line' hanya saja Pica sengaja mengabaikan pesannya Kemas, yang berpamitan pergi ke jogja hanya lewat pesan.

"Maafin gue Pic, memang sudah seharusnya merelakan kepergiamu, sampai saat ini sebenarnya belum menjadi diri sendiri. Lupakan cowo brengsek ini yang tak punya prinsip."

Pengin nagis membaca line dari Kemas, siapa, yang salah? Keadaan? Waktu? Kemas?
Pica menatap pesan dilayar sentuhnya, hatinya bergeriming, kelopak matanya memanas,ia tak kuasa menahan airmatanya Yang menggenang untuk jatuh, lalu sesenggukan dikamar.

"Bukan salah kita Mas, hanya saja waktu belum berpihak pada kita."

Pica masih sesenggukan di pojok kamar hatinya masih campur aduk, disatu sisi hatinya mencintainya tapi disisi yang lain ia tak bisa membiarkan hatinya terluka kembali.

menghapus kenangan tak semudah menghapus tulisan kapur dipapan tulis.
Namun
Seseorang yang sedang jatuh cinta seringkali dibutakan oleh perasaannya sendiri,menolak kebenaran, Pica sudah pernah melewatinya, bahkan dengan orang yang sama dia hampir menjatuhkan kembali hatinya. Untuk merasakan sakit kembali.

"Menurut gue sih ya Pic, bukalah hatimu buat yang orang lain saja diluar sana, hidup tak melulu Kemas kok!"

Meli menasihatinya kemarin sebelum Pica berlari menemui Wayan.

"Bukan berarti dengan Wayan, boleh siapapun, yang jelas dengan orang yang membuatmu nyaman, nyaman ketika elu marah, elu manja, dan gak bikin elu sakit hati lagi!" Meli membisiki sahabatnya, selalu saja seperti itu, ketika sahabatnya disakiti pasti dia berada dibarisan paling depan.

"Gak kasihan apa sama hati lu Pic!, udah dibuat senang aja jarang, kok dibuat sakitnya terus-terusan, itu hati bukan baja!"

"Sssst, Mel..." cegah Widi menghentikan ocehannya Meli.

"Ya dong, masa pacaran sama Kemas berapa bulan coba? Sehari bahagia, selebihnya di sakiti, tau-tau kak Ras-Ros,gue aja yang gak ngejalanin cape."Meli menghempaskan bokongnya ke atas kasur dengan keras karena saking kesalnya.

Air matanya mengalir semakin deras,ia tahu betul teman-temannya tidak sedang memperoloknya namun karena mereka peduli.
Sahabat selalu berada dibarisan depan saat salah satu dari mereka disakiti.

"Pic gue yang ngundurin diri aja dari elu Pic, karena gak berani mengambil keputusan. " SMS terakhir dari Kemas, Pica menarik nafas dalam-dalam masih menatap layar ponselnya, memutuskan untuk menyimpan kembali kenangan, rasa cinta, Dan semua tentang Kemas. Matanya terasa memanas, cairan dari rongga hidungnya mengalir bersamaan airmatanya










Jangan lupa vote Dan comennya...

Pos dari Solo....
Eaah... makasih yang masih setia dengan Pica dengan Kemas, semoga saja Pica mempunyai keberuntungan seperti gadis gadis pemeran utama didrama korea tahun ini dengan rambut pendek berponinya...

01032017

Asrama, asmara & samaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang