bagian 3

2.2K 139 0
                                    

Uming masih saja belum nyadar, kelakuan nya sudah bikin satu kelas menertawakan nya.
"Kenapa sit?" Tanya si Uming tanpa berdosa dengan wajah inocent nya.

"Mau kemana, rapih amat?"tanya si ketua.

"Lha pan ada kuliah jam setengah tiga," jawaban Uming.

"Beneran udah liat jam, kayaknya nyawa loe aja belum kumpul tuh!" Tunjuk si ketua ke muka Uming.
"Aku... udah mandi kok, dah liat weker juga."

"Yakin..?"
Ya yakinlah batin Uming, emang kelihatan bego banget apa, kok semua orang nge gituin aku, batin uming. Ya yakin lah ya ming wong wekernya udah bunyi tepat jam dua, si Pica tuh yang benerin alarm kamu lagi tadi sepulang kuliah.

Uming tak peduli , ia menganggap si ketua mulai amnesia, kakinya terus melangkah ke kampus, memasuki ruangan kelasnya, dan o..o.. tak ada satu makhluk pun disini.
Uming menghempaskan pantatnya agak keras. Dia menunggu, mungkin jam kuliah kosong. Atau mungkin memang diundur batinnya.
Kemudian matanya tertarik melihat jam dinding di kelasnya, seketika bola matanya membesar, mulutnya menganga...beberapa kali matanya dikucek kucek cantik, takut maskara yang masih basah belepotan. Dan.

"Picaaaaaaaaaa....."

suara nya terdengar sampe ke asrama, Pica dan geng nya terbahak bahak, setelah mereka memasang kuping di jendela kamarnya Uming, melihat Uming berlari menuju arah mereka, mulut mereka langsung terkatup seperti daun putri malu keinjek. Klakep.

Wajah ini, Uming tak seperti lima menit yang lalu, yang sok rajin ngampus , paling keren, paling pede, sekarang Uming dihadapannya telah berubah, seorang yang kesadarannya sudah penuh, sudah tau dirinya adalah korban kejailan si Pica.
Pica tertunduk, meskipun didalam hatinya tak tertahankan ingin tertawa terbahak bahak , ia urungkan niatnya sebab didepannya, Uming sudah memasang mata berkaca kaca,.
Pika maju kemudian memeluk tubuh Uming.
"Sante mba brow, yang penting absen aman." Bwahahahah... tawa kami pecah, kami tak pedulikan lagi isakannya si Uming.
"Malu tau..."si uming menghapus ingusnya. Sroot.

Dibarengi dengan Meli nyeletuk
"Kan efek kekenyangan nurhana?"
Dibelakangnya Meli disusul Widi
"Udah, udah, makanya hati hati, lain kali kalau mau molor kunci dulu tuh pintu. "

Tawa kami bertiga pecah kembali, Uming masih dengan ekspresi yang sama dan tak bisa berbuat apa-apa.

Asrama, asmara & samaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang