Beberapa hari lalu sepulang Uming dari rumahnya yang jauh dari perkotaan, ia banyak membawa buah tangan, ada petai, pepaya, bumbu pecel, rempeyek kacang,rempeyek kedelai hitam, ada kering tempe, bahkan ia juga membawa jenang yang katanya dibuat hanya untuk bekalnya Uming, dahsyat benar nih orang tua nya si Uming. Salut.
Ia memasuki kamarku, "Pic, tau gak dimana ya ada tempat atau toko obat paling lengkap? " Tanya nya padaku.
Pica yang sedang asik menggarap tugas hariannya tanpa menengok hanya menjawab.
"Ada, kenapa?"balik bertanya ."Minta tolong dong anterin aku kesana." jawab si Uming memohon penuh harap, kali ini tangannya sudah ia landaskan dipundak si Pica untuk memijat. Rayuan mautnya Uming dilancarkan.
"Ogah, lagi banyak kerjaan nih..." jawab Pica sewot. Sambil melepaskan pijatan yang berasa mau nyekek ituh.
Bola matanya Uming sudah memelas,ada sinaran penuh ketulusan, seperti seorang tersangka yang sedang minta keringanan hukuman pada pak hakim, berharap Pica mau mengantarkannya.
"Oke, kita berangkat, tokonya depan alun-alun persis depan masjid agung."Pica bergegas. Nih, kalo mau tau sisi baiknya Pica , tuh orangnya gak tegaan, udah gitu dia loyal abis kalo soal uang dan makanan.
Ternyata si Uming di mintai tolong sama tetangganya yang tukang urut, minta di belikan minyak urut ganda pura, satu liter harganya sekitar 225 ribu rupiah, ganda pura sudah ditangan, si Uming minta pada pemilik apotik agar diberikan satu botol kosong untuk membawa nya, aroma nya seperti afitson (merek dagang sejenis balsem, jamannya engkong nih), cuma lebih soft baunya, cairan nya gak berwarna, presis kaya air bening, baunya gak terlalu menusuk ke hidung. Gak butuh waktu lama, gandapura pesanan sudah berada di kamarnya Uming.
Gandapura di taroh di meja belajar nya , pikiran picik Pica menggelitikinya, ia ambil satu mangkok baso cairan itu dari botol besar untuk memijat kaki nya yang pegal-pegal. Tapi tak ada efek sepertinya, masih seperti sebelumnya kakinya masih pegal-pegal sampai si Pica menghabiskan satu mangkuk penuh dibalurkan dikedua kaki dan tangannya.Setengah jam kemudian,
Pica baru merasakan seluruh kakinya dan tangannya seperti terbakar, ia berlari seperti seseorang yang dikejar ribuan tawon, mengambil langkah seribu, Uming sampai heran melihat kelakuan sahabatnya, ia mengikuti dari belakang, si Pica sedang mengguyur kaki dan tangannya di air kran."Kenapa Pic.."tanya Uming penasaran.
"Gilak!, itu minyak berasal dari sari kawah gunung berapi po ya, panase gak umum." Sambil terus menggosok kaki dan tangannya, berharap gandapura bisa luntur kena air.
"Oalah, emang dihabiskan semua satu mangkuk Pic?"tanya Uming."Iya, tadi kan gak berasa, jadi tak habisin, ternyata efeknya baru terasa setelah setengah jam!" Huwaaaa.... tangisnya Pica pecah dikamar mandi.
"Karma kali Pic..." wajah Uming datar sambil terus membantu menggosok tangannya Pica, seperti tak punya dosa nih si Uming.
"Kok kamu gak ngomong si Ming , kalo efeknya bakalan sepanas ini!" Pica masih belum bisa terima juga sepertinya dengan kesalahannya sendiri.Tangan Pica diguyur pake air mengalir sampai jam sepuluh malam, walhasil masuk angin. Pica sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Asrama, asmara & samara
FantasyCerita tentang anak cewe dengan hidung gak mancung dan gak bangir sebut saja 'pesek' untung ketutup kulit tubuhnya yang putih dan tinggi badan nya yang semampai. cewe satu ini rempong dan suka sekali membuat seisi asrama gempar. berulang kali ia b...