bagian 39

493 38 0
                                    

Hai hai.... semangat liburannya, liburan itu akan membuat otak hati dan perasaan kita berubah,
Hepi reading, buat silent reader, minta vote nya juga doong, makasiih..

"Ada yang bisa saya bantu dengan tubuh dan pakaian yang basah kuyup seperti ini dok?" Anggukan kepalanya menandakan kalo dia benar-benar butuh pertolongan segera, tetapi kalo dilihat dari ujung kaki , dada sampai kepala semuanya seperti baik baik saja, apa mungkin dia menginginkan ku untuk memegangi payung nya?
"Hemhem, sudah selesaikah Pica memeriksa tubuh saya."
Pica yang masih terbuai dengan tubuh jangkung, hidung segede jambu air yang nangkring di atas bibir merah,buyar gegara suara deheman orang dihadapannya.
"Ooh, eennggak, iya dok gimana tadi?"
" Iya, saya mau minta tolong."pica masih tak habis pikir dengan cowo dihadapannya, sebenarnya apa yang diinginkannya, apa dokter dihadapannya itu jangan-jangan sudah gila???
"Pic....Gimana bisa bantu saya?"
Kepalanya ia anggukan tanda setuju,
"Apa yang barusan aku lakukan?"
"Ayoo..jalan duluan," ia berjalan berjejer dengan satu payung merahnya Dengan gue, buat apa coba tubuh yang terlanjur basah kuyup masih dipayungi, apa yang berubah?langkahnya bergegas tergesa, diikuti oleh pica,
"Jangan cepat-cepat dong!"
" Huh, cewe emang gitu, udah langkah kakinya pendek banyak protes pula."
" What?!, ia ngedumel?? Seorang dokter yang karismatik dimata pasiennya dihadapan seorang cewe secantik gue malah ngomel ?"pica menghentikan langkah kakinya, ditinggalkan si empunya payung merah.
"Lagian baju gue juga udah basah, gak pake payung juga agak apa-apa."
Cowo yang berjalan membelakangi nya, berbalik arah, menyeret lengan pica, tanpa mempedulikan berat badan pica, yang terus berusaha menolak.
"Masuk."pintu mobil sudah dibukakan.
"Gak! "
"Masuklah, gue anterin lu ke asrama."
Ada kata kata asrama itu membuat dirinya lebih adem dan berasa terhipnotis terbayang kasur empuk, aroma baju yang tiga hari gak kering bergelantungan diluar jendela, dan fix terbayang aroma caffelate akhirnya pica menyerah juga didudukan di jok depan.

~~~~~~~~
"Makasih dok, maaf merepotkan." Ia anggukan kepalanya tanda terimakasih
"Sudah ganti baju dulu sana, saya tunggu disini saja "
"Jangan disitu dok, dikantin aja, biar bisa ngopi-ngopi juga dok."ajak pica yang buru-buru dikuti dokter wayan seperti gayung bersambut.
"Ooh ada kantinnya to?"
"Ada lah."
Pica mendadak jadi guide buat dokter puskesmas nya.
" masih jauh?" Tanyanya menapaki koridor kampus dan jalan setapak menuju asrama.
"Enggak , paling 5km lagi?"
"Lima kilometer ?"
"Biasa aja keleus, kan langkah kakinya panjang masa 5km aja cemen!" Ejek pica.

"Mba, kopi hitam nya satu! Caffelate nya tiga."
"Banyak amat" batin dokter Wayan.
"Coklat hangat nya ada gak mba??"
"Gak ada kalo susu coklatnya ada pak."
" Ya udah susu coklat aja satu."
"Saya tinggal dulu ya dok?" Picaaa bergegas pergi meninggalkan dokter yang duduk manis di kursi kantin kampus.

"Miiiing, ke kantin gih, ditungguin dokter Wayan tuh!"kata Pica yang masih beraroma sabun biore antiseptic, tangannya sedang menggosok gosok rambut yang masih basah dengan handuk, lalu pergi juga ke kamarnya duo lidi,
"Mel,wid, di cariin dokter wayan tuh!"
"Oh my ghost masa sih pica? Mimpi apa gue semalam." Mereka lalu memantaskan dirinya dikaca ,lalu berlari pergi ke kantin, menyusul uming yang sudah duluan dikantin.

Rambutnya yang sebahu sudah diikat ekor kuda, tubuhnya merasa menggigil tangan kanannya dan kirinya ia sedekapkan, efek kehujanan, dan jungkir baliknya emosi, sesekali digosokan kedua telapak tangannya untuk mengurangi rasa dingin yang mulai menusuk tulang, tapi tak mampu juga membuatnya hangat, ia lalu menarik selimutnya "hem, asrama, nyaman nya. " gak ada niat untuk terlelap sebenarnya hanya saja hari ini mungkin begitu melelahkan, ia hanya berniat menghangatkan tubuhnya yang kedinginan sebentar membenamkan tubuhnya kedalam selimut, tapi.... "tik tok tik tok.."

Beberapakali jam di pergelangan tangannya ia lirik, sudah hampir satu jam, sampai satu cangkir susu coklat hangat digelasnya semakin menyusut, dan belum lagi harus mendengarkan ocehan dan curcolan tiga dara cantik di meja yang sama dengannya.
"Dok, emang sengaja kesini buat bertemu kita ya? Perasaan dokter cool, cuek, tapi ternyata perhatian jugaaa..." uming masih terus memuji, sambil terus menatap setiap centi wajah dokternya membuat dokter dihadapannya mual muntah.
"Iya dok,dokter juga gak seganteng sewaktu pake jas putih. "Widi ikut berpendapat.
"Awas wid jangan memuji cowo lain kalo gak pengin veria marah sama lu!" Hardik meli mengingatkannya.
"Iya dok, makasih juga lhoo kopinya. Sama pisang goreng kejunya."
Dokter Wayan hanya tersenyum dan berkata dengan cara yang sama.
"Pica juga sedang di asrama juga kah?" Pura-pura bertanya menyelidik.
"Oh iya dok, dia kan satu kamar dengan sibon yang dulu di poli gigi,
"Tumben gak kelihatan."
"Siapa dok?"
"Pica ya dok"
"Hem hem." Dokter Wayan hanya berdehem sambil membenarkan posisi duduknya.
"Iya si pica kemana coba?'
"Bisa minta nomor telpon kalian semua gak?"
"semua dok?"
Yang paling bersemangat si uming.
Tujuh nama dan deretan nomor telepon sudah masuk list di hapenya.. "okeh makasih untuk kalian."
"Makasih juga ya dok traktirannya."

"Sialan dikerjain sama Pica, awas aja lu pic."
Dokter wayan menggerutu selama perjalanan pulang.


"Mbok, buatin nasi goreng yaa telurnya di ceplok aja ya mbok jangan terlalu matang jangan terlalu mentah. "
"Ok mas, mbok buatin,Mas, tadi ibu telpon katanya mau kesini besok sore, simbok disuruh mberesin kamar depan dan kamar tamu."
"Ooh ya mbok,saya lupa mau ngomong ke simbok tadi pagi.:
"Mas pake teh anget manis nggak."
Wayan hanya mengangguk dengan malas.

Di meja dapur ia mengeluarkan telepon genggamnya, ia memeriksa daftar kontak telepon nya ia beberapa kali menggeser krusornya, berhenti tepat pada sederet nama, "Si cumi" ditekannya telepon pas di nama itu.
Tapi tak ada sahutan dari yang punya nomor, hanya nada tunggu beberapa kali. Pas dipanggilan ketiganya suara malas seperti orang baru bangun tidur mulai terdengar.
"Halo."suara diseberang, wayan malahan sibuk dengan suapan keripik sukun nya.
"Haaalooo..woi jangan iseng lu, gue santet tujuh turunan baru nyaho!!"
"Halo, pica,harusnya lu yang gue santet."
"Siap lu! Tunjukin muka lu kalo berani!".
"Gue udah nunjukin muka gue, lu nya malahan kabur!" Kemudian hening tak ada jawaban, "mungkin ketiduran lagi nih anak."
"Gue gak mau berurusan dengan loser!"
"Pecundang??pica gue Wayan!" Sedikit gemertek giginya ketika menyebut dirinya sendiri saking geregetan nya sama Pica, yang ngerjain dirinya selama satu jam ditaruh dengan tiga kurcacinya dikantin kampus.
"Waa waa waaayan!"suara agak kagetnya terdengar sehabis itu hanya thut thut tthut.

"Kok dimatiin sih."
"Siapa mas?"
Tanya si mbok yang mengagetkan wayan dengan sepiring nasi goreng dan telur ceplok diatasnya, segelas teh manis hangat ukuran besar juga sudah berdampingan.
"Mbok makan juga dong."
" Mbok alergi sama nasi goreng mas."
"Wiih bahasanya mbok gahol."yang disanjung malahan hanya mesam mesem.
"Oh ya mas, kata ibu mas mau bawa calon nya mas, apa mba Asti ya mas?"
"Bhwhwhehehe.." wayan hanya terkekeh mendengar selorohannya simbok.
"Rahasia!"
Sepuncuk sendok nasi goreng sudah mengisi mulutnya,

~~~~~
Pov pica
"Siapa sih ganggu orang tidur aja nih!"
Palingan di matiin kalo gak penting.
"drrt drrt drrrt."
Hape di samping bantal nya bergerak lagi, sengaja memang di buat hanya getar aja.
"Drrrt dreeeeet, drrewt..." sebelum mengangkat telepon Pica bergumam disela kantuknya.
"Huh beneran nih kalo cowo gue jadiin cowok gue, kalo cewe akan gue jadikan sodara perempuan gue."
"Halo." suaranya masih terdengar malas dan agak lama suara diseberang menjawabnya, lalu hening tak ada jawaban.

"Woi jangan iseng lo, gue santet tujuh turunan baru nyaho lu!"suara pica mengancam dari balik selimutnya.
"Halo pica.. seharusnya lu yang gue santet!" Nada suaranya seperti sudah fasih, memangguk nama pica,dia kenal gue, dan tau nama gue? Cowo pula? Berarti?
"Siap lu, tunujukin muka lu kalo berani!"
Ini hanyalah alih alih saja si Pica untuk mengusir gundah hatinya karena dia sudah bersumpah diawal sebelum menerima telepon.
"Gue udah nunjukin muka gue tapi lu nya malahan kabur."
"Gue gak mau berurusan dengan loser!!!"
"Pecundang?gue Wayan!!!"suara daru seberang terdebgar penuh amarah.
"Waa waa yaaan??" Huh pak dokter???? Thit! Sekali pencet pada tombol merah dihapenya membuat suara diseberang ikut menghilang.
"Dokter Wayan telepon gue?" Dan bilang
...
Oh my god!!!!
Pica bergegas beranjak dari tempat tidurnya membuka pintunya dengan sedikit dipaksa.









Di tunggu vote dan coment nya yaa...
Smoga banyak kejutan menyenangkan diliburan ini...

Love



KenzieA

Asrama, asmara & samaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang