bagian 46

127 12 0
                                    

Gak tahu ini si Author lagi kerasukan apaan,bisa lagi gak nafsu banget yang namanya nulis,huwaa pengin nangis kejer,kalo kata orang mah lagi terasa sakit tapi gak berdarah...

Jangan lupa vote dan comenntnya yaaa...

Happy reading...














"Boleh dua-duanya gak ya?"tiba-tiba Pica nyeletuk dan memasang muka sok imutnya, pake bibir dimonyong-monyongin sok kecakepan deh.

"Gak boleh!maruk banget sih lu Pic." Tegas Uming, matanya juga masih menatap layar laptop nya bersama ke tiga sahabatnya.

"Habisnya kalo 'di rasa' gue sedikit banyak ke Kemas, tapi sih lebih banyak poinnya ke Wayan selain dia  bisa pegang prinsip,  bahkan setelah beratusan kali di goda sama  dokter Asti dia tetep kekeuh sumekeuh gak kepincut padahal kan cinta pertama gimana dong?"tandas Pica.

"Udah gue bilang first love itu pasti berakhir dengan tidak baik."sela Uming.

"Horornya lagi nih Pic, cinta pertama tuh gak bakalan bisa bertahan lama apa lagi sampai ke pelaminan, jarang banget."lanjutnya.
"Ah itu sih
analisis asal-asalan  lu aja kali Ming!" Pica terdengar ketus menanggapi analisisnya Uming.
"Eh gak percaya, 0.0099% tuh cinta pertama gak bakalan bisa bersatu dan bertahan lama kalo dibikinin lagu tuh kaya lagunya Judika, periiih." Bantah Uming lagi, kali ini main pake angka juga.

"Ya ya, gue percaya , 0.0000099% juga deh ama analisis ngawurnya lu Ming." Geer kami berempat tertawa.

"Lu galau ya Pic, makanya semaleman lu nge chat gue gitu!" Tanya Meli menghentikan gelak tawa kami.

" menurut gue sih ya Pic, mending lu  lupain Kemas aja deh, ganti orang baru aja dengan lembaran baru juga." Widi ikut menimpali.
"Mending buku yang baru terus hari yang baru,sejarah baru juga."lanjut Meli.

"kalo menurut gue sih ya mending buku lama jadi kan cepet penuh, tinggal nambahin yang kurang  aja, jadi cepet merriednya deh." Tukas si Widi.
"Ngaco lu Wid, gak gak diterima saran lu." Jawab Uming.

"kalo dari analisa gue lagi nih Pic pasangannya lu itu rata rata asli hidungnya mana tahan, berarti dokter Wayan mungkin juga masuk kriteria jodoh lu, bukannya jodoh lu itu seringkali orang-orang terdekat lu." Uming kali ini bener,rata-rata calonnya Pica mempunyai kelebihan hidung dibanding dengan Pica yang hanya modal seuprit.

"Apa gue bilang, kalo pas jodoh gue bakalan bangir hidungnya , makanya kalo aslinya jodoh ya gak akan pergi kemana."jawab Pica sekenanya.

Pica masih menatap tajam layar laptop, ia seperti sedang memutar ingatannya, tentang sosok dihadapnya.

"Pic,Pica." Tubuh mungilnya Pica berguncang, seketika Uming menyadarkan dari lamunannya.
"Kenapa."Uming menunjuk ke layar laptop dihadapannyanya ke muka Pica yang masih melongo.

"Lihat bukannya ini si tentara langit?"ucap Pica dengan suara datar dan tatapan mata nanarnya, wajahnya melukiskan kebingungan yang dia sendiri tak paham datangnya darimana, seluruh anggota tubuhnya mendadak meregang, setelah ia mengingat bahwa lelaki yang ber pose riang dengan kak Ros itu lelaki dengan dada berroti sobek, harusnya tak sekaget ini,

"Udah deh Pic gak usah ambil pusing,dengan siapa dia, wong hampir semua hal dia upload di medsos, nih hari kemarin aja kucingnya yang mau lahiran aja dia pajang, duuuh."ucap Uming dengan suara masih datar lemas gemulai.

Pica memasang wajah datarnya, ia  kurang tertarik dengan gosip terhangat diasrama. Menurtnya sih Gak ada untungnya juga buatnya,
Tetiba suara telponnya bergetar. Menampilkan deretan nomor baru dihapenya.

"Halo, selamat siang, iya saya Picasa."

"Picasa anak perawatan kan? Ini saudaranya yang di kepolisian mbak."

"Gue gak punya saudara dikepolisian bang." Jawab Pica setengah kebingungan.

"Ini saudaranya yang di angkatan bersenjata,mbak."

"Aduh, bang gue juga gak punya saudara di angkatan bersenjata bang." Tegas Pica kali ini sudah agak terpancing emosinya.

"Ini saudaranya yang arsitek."

"Hadeuh, kau tukang tipu rupanya ya bang!"logat Pica mendadak menjadi terbatak. "Janganlah loh macam-macam sama gue bang, lu senggol gue bacok lu!"  Pica terdengar meninggikan suaranya.

"Hahaha, ampun... ampun... ini gue Wayan Pic,udah didepan asrama, udah selesai kuliahnya kan?"suara kekehan diseberang membuat Pica tersadar. Habisnya akhir -akhir ini banyak orang yang mengaku saudara ,papah minta saham lah, mama minta pulsa lah, modus terbaru mendadak jadi punya saudara yang jadi polisi.

Pica berlari meninggalkan Uming,Widi dan Meli yang masih kebingungan, tubuhnya kian menjauh, hari ini masih gaje banget, menurutnya seperti sedang dejavu, semalam sudah habis buat ngebahas poin Kemas dan Wayan, hari ini semakin kacau saja,ketiga sahabatnya masih tidak percaya Pica meninggalkan kamar masih dengan mengenakan seragam kuliahnya.

Tubuh atletis, dengan hidung sepertiga besarnya dari hidung pica itu manis sekali mengenakan kemeja warna biru laut bergaris kecil, lengannya  ditekuk sepertiga , dengan padanan celana pendek selutut warna senada, sepatu wakai warna senada juga mempermanis tamapilan Wayan.

Seketika Pica mengerem langkah kakinya, nafasnya berpacu dengan detak jantungnya, dia  belum mengerti kenapa harus berlari sekencang tadi, meninggalkan segerombolan teman- temannya dalam kebingungan, bukannya dia tak seharusnya mendekat atau memberikan harapan palsu sama Wayan.
Wayan menengok kearah Pica dengan wajah sukacita, senyum terbaiknya menyambut seorang gadis yang masih terengah-engah  nafasnya.
"Pica, gue disini."

Pica yang masih tertegun seperti terhipnotis menghampiri kearah suara  panggilan namanya.
"Siang dok ....ter.."suaranya masih tersengal, keringat didahinya dan sekujur tubuhnya juga mulai menetes tak beraturan, tangannya Pica menata anak-anak rambut  yang menutupi bola matanya.
"Siang Pica."
Wayan menyodorkan sebotol yoghurt cimory strawberry.
"Sudah selesaikan kuliah hari ini?"
"Tahu dari mana  kalo udah gak ada kuliah hari ini dok?"
"Nebak sih."
"Bisa aja."
Pica selalu suka dengan cowo yang menggulung lengan bajunya, ngeliatnya itu laki banget seperti kelihatan seksinya maksimal, dulu hampir setiap hari pemandangan ini ia saksikan di puskesmas.
Deru nafasnya masih terdengar memburu, ditengah anggukannya.
Wajah Pica bersemu kemerahan,

"Pica..."  panggil seorang dengan wajah cerianya mendekati Pica dan Wayan,  Kemas.
Tak bisa menutupi kekacauan dalam pikirannya  seketika  wajahnya Pica memucat seperti aliran darahnya terhenti.
Langkahnya kian mendekati kedua orang yang masih memandang ke arah yang sama.
"Kee...Keemas."

"Lu kenal Pic?"tanpa sadar kepalanya Pica terangguk spontan,layaknya seorang yang kena hipnotis.
Kedua tanggannya Pica sudah diraih Kemas. "Kok bisa kebetulan begini sih Pic??"
Wajahnya mendongak mencuri ekspresi wajahnya Wayan yang tampak kebingungan.

"si..siiapa nih Pic?"suara gagap Wayan tiba-tiba mengalihkan pandangannya dari Kemas ke Pica secara bergantian. Wajah Pica sudah tertutup oleh kedua telapak tangannya .

"Kenalin gue Kemas, status masih interval." Jawab Kemas.
"Ooh, gue Wayan." Menyambut uluran tangannya Kemas.
Pica memaksa bibirnya melebar kesamping memamerkan dereetan gigi putihnya. Suasana mendadak horor. Kami bertiga saling pandang, seolah sedang mencari jawaban.

"Hai Kemas, pulang kapan lu?" Tetiba suara kak Ros memecahkan keheningan kami bertiga.
"Nyariin gue kan lu?" Kedua tangan kak Ros sudah menggandeng erat tangannya Kemas.

"Eeeng... nggak .. kok" tangannya kemas sudah diseret sama ka Ros ,wajah Kemas terlihat memelas banget mesti hidup dengan ketidak berdayaan kalo dihadapan kak Ros.
Pica menghela nafas leganya, seperti barusan lepas dari himpitan batu besar didadanya.

"Makasih kak Rosita. I love u." Bisik hati Pica

bersorak gembira.






Maafkan Author setelah salah apdet bagian yang tidak seharusnya.. :(


Asrama, asmara & samaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang