bagian 15

898 57 0
                                    

"Pic ada salam dari Kemas." kata Meli sedikit keras, seperti ada spiker aktiv di dalam tenggorokannya.

"Salam apa?"

"Salam metal katanya, ya salam manis lah."

kulit putihnya segera berubah warna menjadi putih kemerahan, presis kayak permukaan koreng yang baru terkelupas. Hueks.

"Emang Kemas yang mana?"

"Itu lho anak ekonomi yang pake motor ninja tahun 2015"
Kata Uming , kenapa uming sendiri tahu dan hafal tahun dan model motor? Soalnya ibu bapaknya jadi biro jasa dibidang pajak kendaraan ,jadi dia tahu gimana ngecek motor baru apa nggak.
(Garuk-garuk)

"Gimana salam balik gak nih?" Meli penasaran dengan jawabannya Pica.

"Enggak."

"Sayang loh Pic padahal kan si Kemas ganteng banget."

Tak bisa ditutupi kalo Pica sebenarnya ge er dengan titipan salam dari Kemas, terlihat cuping hidungnya mengembang mengempis menahan malu, geer, tersanjung dan bahagia juga sombong.

"Salam balik aja yaaa." Uming ikutan nyerocos.

"Enggak!"tolak si Pica keras, kali ini bibirnya melongo bilang enggaknya berhenti agak lama.

"Cewe sebenarnya anti dengan yang namanya menolak, sebenarnya tinggal diakui apa tidak,iya kan Pic?" Meli geregetan dengan lagu si Pica yang keras kepala.

"Setuju." Widi ikut nimbrung.

"Tumben pinter dikit kamu Wid." Meli melontarkan pujian.

"Soal urusan cewe dan sekitarnya termasuk urusan ini ono kucrut, tahu lah." Jawab widi membusungkan dadanya.

Teman temannya Pica sepertinya kurang peka nih, padahal Pica sedang naksir dosen panggilan dari luar namnya pak Hawe.

Orangnya kecil, baik, hitam manis banget, dia lulusan universitas indonesia yang mempunyai ipk cum laude. Pica pandai sekali menutupi perasaannya, yang gak bisa ditutupinya yaitu ngupil disembarang tempat, dibawah meja kursi, dibawah ranjang, didepan meja belajarnya, dan tempat terbanyak menyimpan upilnya di... di dekat cermin x_x.
Pica suka sekali menggigit kuku tangan dan kakinya, seminggu sekali ia mesti beli plester (baca tansoplast/hansaplast) untuk menutupi 19 jarinya yang terluka gara gara gigitannya.

•••••
Dalam perjalanan pulang kearah asrama

"Pic, kemas ganteng banget."
Kata Uming sambil berekspresi seolah dia jadi fans berat dadakannya Kemas, sepulang dari kantin kampusnya.

"Iya lho pic dibela belain dia datang jauh jauh dari kampus dua tahu!"

"Kenapa sih suka banget jadi maklampir!"

"Makcomblang kali Pic!" Ujar Widi membenarkan.

"Kemas, mukanya itu lho kiyut habis, kayak Adipati dolken gitu kok dianggurin pic, gak kasihan apa?"

"Duh, duh kasihan si Adipati dolken lah.. masa disamain sama Kemas!" Sedikit gemas Pica menjawab dengan sangat ketus.

"Terus kaya siapa dong Pic?"

"Au, gak penting!" Sambil tangan satunya digoyangkan didepan lehernya dan ngeloyor.

"Piic... Pic... tungguiiin."Uming menyetarakan langkahnya dengan Pica.

"Kenapa?"Uming bertanya, Melihat kawannya menggaruk kepalanya, dan tangan satunya memegang hidung yang tak bangir.

"Memperbaiki keturunan kali Pic." Ucapan Uming kali ini benar benar sakti mampu membuat langkah Pica terhenti, mukanya sudah dekat sekali dengan muka uming, bola matanya hampir keluar, Uming saja sampai terkejut dan menghentikan langkah kakinya.

"Whaat!" Pica membentak, wajahnya sama seperti tadi laiknya kulit yang ada korengnya dan baru terlepas.

"Ma ma maksudnya kan si Kemas kan hidungnya kan kan mancuuuung bangeeet. Siapa tahu bisa diberi keturunan lebih baik." Uming tergagap berusaha meredam kekeselan Pica.

"Emang kurang kece apa coba, temen secantik ini dibilang masih kurang bangir.ini gegara dulu pas pembagian hidung aku telat datang, jodohku sudah kabur duluan.makanya cuma segini." sambil melebarkan lubang hidungnya Pica bergegas pergi meninggalkan Uming ia mengambil langkah seribu.
Kaya difilm film kungfu hustlle, hampir saja si Uming juga sempoyongan. Uhuk.

"Kalo aku kebagian hidung mancung kulit putih mulus rambut lurus, tinggi 165. Bagaimana mau memilih jodoh,gini aja yang naksir gak tanggung tanggung."Picasa menggerutu sendiri dalam perjalanan pulang keasrama.

"Picasa." Pica mencari arah suara. Dadanya dag dig dug der. Dibelakangnya sudah ada pak Hawe berdiri dengan senyuman sepenuh perasaan.
"Ya pak..." Pica menjawab dengan suara gugup, tangan dan sekujur tubuhnya, seperti baru saja disiram dengan air es. Coba ada selimut.
"Tolong beritahu teman teman ya Pic besok ada evaluasi ."
"Oh iya pak, lho bukannya bapak gak bisa datang karena ada acara?"jawab Pica .

"Iya, tugas sudah aku titipkan sama pak Sapto, oh iya pic tolong klo bisa besok datang kerumah bapak ya."tangan pak Hawe sudah memegang pundak Pica.

"Siap pak."tangan kanannya pica sudah berada di pelipisnya memberikan hormat pada pak Hawe. Sekarang musim dingin telah berganti dengan musim semi dihatinya Pica, ada yang hangat mengaliri seluruh tubuhnya, seorang Hawe mengajaknya datang mengunjungi rumahnya. Duh. Uhuk.

"Pak, pica baru juga semester satu, belum siap untuk menikahlah pak."seloroh Pica dalam batinnya . Kali ini langkah Pica tak lagi secepat kilat, tapi sudah penuh irama, laiknya seorang yang baru dapat lolos dari kejaran polisi lantas. Hehe.







TBC..........

Makasih ya buat kalian yang sudi menjadikan cerita ini sebagai bacaan.
"Pic, Pic...."

Minta voment ya teman, thanks.

Asrama, asmara & samaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang