bagian 16

756 44 0
                                    

Pagi sudah menampakan mukanya, matahari sudah terlihat berseri seri, bayangan cahayanya sudah menembus kaca jendela kamar asramanya Pica . Kilau keemasannya menyilaukan matanya Pica yang masih terpejam, selimut masih membalut tubuh jangkungnya, udara pagi ini lumayan membuat tulang menyusut, hampir 17derajat celsius, ukuran untuk kamar yang tak berpendingin lumayan dingin. Semalam hujan mengguyur asrama dan sekitarnya, brrr.. ayam jago yang tinggal diasrama saja tidak terdengar berkokok, masih enggan menikmati paginya mungkin.
Ipod semalam masih terpasang dikedua telinganya Pica, nyanyian pengantar tidur, siti nurhaliza, purnama merindu, betapa kucinta padamu. Dan bagindas cinta. Fak melayu tak bisa hilang, yang masih terdengar kresek kresek dari aipodnya.
Terakhir sleeping away nya si Richar marx. Fix. Pica masih ngusel dalam selimut pink gambar hello kitty.

"Tok tok..."
Aroma kopi merek kereta api menyeruak dari luar pintu kamarnya, kebiasaan si sibon teman satu kamarnya itu tiap pagi. menikmati pagi dengan secangkir gelas es teh kopi (nahloh! Bingung.)
Dia akan selalu menatap langit pagi dari timur, bahkan semalam ia rela begadang jika bintang bermunculan dijendela kamarnya.
"Pic, ditanyai duo lidi noh, di ruang makan."
Pica hanya melenguh dan membenarkan posisi selimut yang sedikit tersingkap.

"Picaaa..."
Suara duo lidi bebarengan,
"Bangun dong mentang-mentang kuliah jam dua belas masak gak mau bangun pagi."

Tubuhnya sudah miring menjauhi pintu dan dari wajah dua sahabatnya.
"Kemana Bon?"
"Biasa, ngabisin sisa kopi bareng Nabila." Sibon pergi dari kamarnya, dia paling pengertian, dan dia seperti jangkrik. Krik krik,kalo kedatangan duo lidi ia mendingan menghilang.
"Pic..." digoyangkan agak keras pundaknya Pica, Widi membalikkan tubuhnya agar telentang.
" Astaganaga Pic, itu aliran sungai serayu pindah kesitu."widi menunjuk bibir dan pipinya Pica yang basah oleh iler (air liur) nya pica, dengan cepat tissue sudah nangkring dipipinya Pica.
"Jorok kamu Pic."wajah Widi bersungut memegang hidung .
"Yey ga papa, ini jorok yang tidak sengaja karena dilakukan dalam keadaan tidak sadar."jawab Pica masih lesu, dengan mata yang masih terpejam.
Pica buru buru mengelap air yang baunya enak menurut dirinya sih. Tapi gak banget buat temannya.
"Dari pada kamu Wid, berapa kali aku harus nyiram bekas eek mu."Jawab Pica masih terlihat lesu,loadingnya belum komplit.

"Pica, bukannya semalam kamu bilang diundang sama pak Hawe untuk datang kerumahnya?"
"Oh megat megot.." dipakainya sendal kamar, membawa sabun dan handuk sekenanya,seperti sudah di stel otomatis tanpa komando lari tergopoh ke kamar mandi, selang beberapa menit.
Tik tok tik tok tik tok
"Udah?"tanya Meli.
"Hu-uh."jawab Pika menganggukan kepalanya.
Di tatap nya jam dipergelangan tangannya, meli.
"Juara!
"Rekor!"
"Mandi capung! "
"Kenapa sih Pic males banget mandi?"
Pica malahan balik bertanya.
"Wid udah mandi belom?
"Udah."
"Udah, berapa menit tadi mandi."tanya Pica lagi.
"Setengah jam,kan harus luluran dulu, didiemin nunggu kering baru di gosok, disiram, dikeringin, guyur lagi keringin, terus pake deo, pake lotion juga seluruh tubuh, spf, biar terhindar dari matahari." Keterangan widi sok terorisme banget.
Didekatkannya tangan Pica bersebelahan tepat dengan lengannya Widi dan Meli.
"Dan..."
Ketiga pasang mata mereka menatap lengan mereka masing masing. Dor.
"Huwaaaaa...."
"Tuh, kan masih kalah kan sama aye yang gak pernah mandi, lah kalo aye mandinya rajin, semakin didepan dong!"
Wajah duo lidi seperti kerupuk disiram air. Ngik ngok banget.

Asrama, asmara & samaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang