Setelah mereka bertiga sepakat menutup mukanya dengan kain tebal dan menebalkan muka ke pak Hawe karena smp (red:sehabis makan pamitan), Pica dan duo lidi pulang keasrama,
Meskipun ada perasaan gak enak sama pak Hawe tapi sudah dibuang kelaut rasa itu. Pak Sapto juga ikut mengantarkan kami. Terlihat semburat kekecewaan terpancar di wajah pak Hawe, tetapi jika saja pak Hawe tahu hati Pica jauh lebih kecewa, lebih hancur dari yg dilihat.
●●●Pica melaju kencang mengendarai sepeda motornya sendiri dibelakang duo lidi yang sudah jalan lebih dulu, hatinya berdarah darah, cowo yang dicintainya dalam diam hari ini akan menikah, wajahnya tertutup helm, padahal matanya basah oleh airmatanya.
Untung jarak dari rumahnya pak Hawe ke asrama, hanya butuh waktu sepuluh menitan jika laju kendaraan dipacu 69km/ jam, Jalanan yang lurus dan dipayungi rindang nya pepohonan, membuat keadaan seperti tak terjadi apa-apa.
"Braaaak..."sontak suara tadi membuat widi menengok kebelakang, dan menghentikan Meli dengan
Tepukan tangan kepunggungnya,motor terhenti seketika. Widi berlari lumayan kencang kearah Pica.
"Pic, Pica.. " motor Pica berada jauh darinya, dirinya sedang berusaha bangun, sendal selopnya masuk ke betisnya, beberapa bagian celananya dilutut terlihat robek, dua kancing bajunya tak lagi saling terkait. Sebuah mobil berhenti presis disebelahnya Pica, seorang cowo jangkung membantu meminggirkan motor , sementara Widi sudah meminggirkan tubuhnya Pica ke trotoar yang lumayan sepi.
"Ssst eh..."pica mendesis menahan kesakitan, wajahnya kelihatan kayak nasi, seperti tidak ada darah yang mengaliri. Pica menangis sesenggukan.
"Mas makasih, sebelumnya." Kata Meli yang baru datang karena harus memutar arah balik yang lumayan jauh.
"Pica, kenapa c, jangan melamun dong, apa gak berdoa ya?" Ujar Meli setengah panik,kayak emak emak rempong, tangannya memegang tangan Pica yang berdarah."Mba, biar mba nya saya bawa pake mobil saya." Suara cowo disebelahnya Pica menawarkan jasa angkut.
"Eh mas, jangan sok cari muka deh, mas gak niat nolongin kan, dari tadi ngliatin puserku aja kan? "Jawab Pica menunjuk nunjuk cowo yang jongkok disebelahnya.
"Pic apaan c?"
Memang udel pica terlihat, dari sela dua kancingnya yang kabur entah kemana.
"E.. enggak kok mba sumpah, tadi mbaknya terlihat oleng seperti menghindari sesuatu, saya kebetulan ada dibelakang motornya mba." kata cowo tadi tetep sopan.Tangannya pica terlihat kehitaman campur aspal dan darah.. pas dilutut celana jins nya juga robek, sendal sudah dilepaskan dari betisnya.
"Ini minum dulu mba," disodorkan nya sebuah wadah plastik air mineral merek aquwa yang diambilnya barusan dari mobil nya.
"Makasih " Meli menerimanya dan mengulurkan pada Pica. Setelah itu Meli terdiam,menengok kembali ke empunya aquwa, bola matanya bergerak keatas kebawah, dahinya dikernyitkannya. seperti sedang mengingat ingat sesuatu.
"Kemas?Kemas anak ekonomi kan?"
"Apa kabar?" Tanya Kemas pada Meli yang juga baru ngeh ternyata saling mengenal.
"Kok jadi pada heboh sendiri c gak liat temennya mau koit apa?" Widi sewot karena panik melihat Pica meringis kesakitan.
"Ini Pica, Picasa yang loe pernah liatin ke aku fotonya, yang kamu paksa aku untuk titip salam dan suruh deketin dia kan?"
Pica menoleh, matanya melotot hampir tak berkedip pandangannya ke arah cowo yang disebut namanya Kemas, ya Kemas yang katanya titip salam, dan ternyata si Meli yang nyomblangin, membuat dirinya seperti barang super sale akhir tahun , diskonnya bahkan hampir 70 plus 20%. Seperti barang gak laku dan kadaluwarsa batin pica gondok.
"Eh gak usah bernostalgila dulu, tolongin Pica dong."
"Oh, iya maaf, Yuk aku bantuin jalan." Kemas berujar menawarkan bantuan, namun ditolak dengan segera oleh Pica."Gak gak usah, aku bisa ngendarain motor sendiri kok, tuh angkut aja si Meli." Jawab Pica ketus sambil terus berjalan pincang, ia paksakan berjalan mendekati motornya.
Ban depan penyok, ada tetesan oli juga. Duh tengsin dong kalo mbalik lagi, berhitung sampe tiga ah, kalo dia jodoh pasti akan manggil. Dih kok jadi norak.
Satu, dua tiga.
"Pic, udah aku aja yg bawa motor kebengkel situ." kata duo lidi sambil nunjuk kearah bengkel yang lumayan besar di seberang jalan. Tangan Kemas sudah keburu memapah tangan kanannya, ia melangkah menuju ke mobilnya.
Duo lidi melambaikan tangan,
Duh, ngeselin abis nih kalo gini, pengin aku gigit keras tangan kemas yang memapah tubuhku, biar ada rasa puas dan si kemas jejeritan seperti hati Pica yang enegh liat mukanya. Kalo gak kepaksa gak bakalan, apalagi sudah diobral segala sama Meli ih mimpi apa semalam , mata Pica memanas pengin nangis rasanya, hari ini, setelah kecewa dengan pernikahann pak Hawe sekarang harus menanggung malu sama orang yang baru dikenalnya.
"Lagi ngelamun ya tadi."
Tanya Kemas, sambil memasangkan safe belt di tubuh Pica.
KAMU SEDANG MEMBACA
Asrama, asmara & samara
FantasíaCerita tentang anak cewe dengan hidung gak mancung dan gak bangir sebut saja 'pesek' untung ketutup kulit tubuhnya yang putih dan tinggi badan nya yang semampai. cewe satu ini rempong dan suka sekali membuat seisi asrama gempar. berulang kali ia b...