BAEKHYUN POV
Aku tidak tahu harus menyebut hari ini dengan sebutan apa. Disatu sisi, aku sangat senang karena Sehun akhirnya kembali dengan selamat dan kencan kami berjalan dengan sangat sempurna sedari tadi. Kami bahkan menghabiskan lebih banyak uang di banding biasanya. Disisi lain, ada seorang pemuda yang entah melakukan apa di rumahku. Jika ia cukup bodoh, mungkin ia tidak keluar dari ruangan kotor itu sedari tadi.
Aku melirik arlojiku dan menyadari bahwa langit sudah nyaris gelap. Perjalanan pulang terasa cukup lama, padahal semestinya aku tidak menginginkan perjalanan ini untuk segera berakhir. Akhir-akhir ini, atau lebih tepatnya satu minggu belakangan, sepertinya ada yang salah dengan diriku.
"Hanya perasaanku saja atau memang kau selalu terlihat resah ketika berada di dalam perjalanan bersamaku?" Suara Sehun memecahkan lamunanku dan aku relfek menoleh ke arahnya. Ia masih menggenggam tangan kiriku erat, kebiasaannya saat menyetir di sebelahku.
"Aku? Resah?"
"Kau melirik arlojimu sedari tadi." Sehun menunjuk arloji dengan dagu lancipnya dan kembali memandang kedepan. Oke. Sekarang aku benar-benar merasa bersalah padanya, seharusnya aku tidak bertingkah seperti ini.
Aku mengerang keras dalam hatiku, sangat merasa bersalah pada Sehun secara tiba-tiba. Aku juga tidak mengerti mengapa diriku menjadi sangat resah padahal tidak ada hal yang seharusnya aku khawatirkan. Mungkin aku memang sedikit berlebihan perihal Chanyeol.
"Maaf," Ujarku dalam dan pelan. Aku menunduk pelan dan sedetik kemudian aku merasakan jemari Sehun memainkan lembut rambutku. Ia tersenyum, aku bisa melihatnya dari ujung mataku.
"Kau pasti lelah, tak apa."
Aku bisa menangkap nada kecewa yang tertahan dari kata-kata Sehun. Jika dipikir-pikir, satu-satunya orang yang seharusnya merasa lelah adalah Sehun. Ia yakin Sehun tidak mempunyai waktu cukup untuk beristirahat setelah mendarat karena perjalanan USA kemari cukup jauh dan memakan waktu lama.
"Hari ini menyenangkan sekali." Ujarku sambil tersenyum kecil berusaha mencarikan suasana yang tiba-tiba canggung. "Terima kasih karena pulang dengan keadaan sehat."
Dan kerutan di alis Sehun pun menghilang seketika, menyuntikkan seberkas perasaan lega ke hatiku. Ia mengelus punggung tanganku lembut sambil tetap berkonsentrasi pada jalan di depannya.
Dan untuk suatu alasan yang tidak kuketahui, tiba-tiba aku merasa takut. Takut untuk mengecewakan Sehun, takut melihat punggungnya berbalik meninggalkanku karena ia tidak bisa menahan kekecewaannya. Aku takut ia membenciku, takut melunturkan senyumannya lagi.
Aku memajukan punggungku ke arah Sehun dan mengecup pipinya sekilas, menjauh dengan kecepatan luar biasa dan memandang ke depan. Aku bisa mendengar tawa sejuk Sehun yang menenangkan.
Sehun, mengapa aku merasa seolah-olah aku akan meninggalkanmu?
.
Chanyeol merapatkan jaket di tubuhnya dengan tenaga pas-pasan dan berjalan menyusuri trotoar yang dingin. Ia tidak menoleh kesana dan kemari, karena diotaknya hanya terpikirkan satu orang. Satu-satunya orang yang bisa membuatnya lebih baik. Setelah beberapa menit lalu menelponnya, namja itu menyuruh Chanyeol untuk datang ke sebuah cafe langganannya.
Namja tinggi itu sejujurnya cukup terkejut karena ia bisa menemukan cafe yang dimaksud Yifan dengan cepat. Ia melihat namja tinggi berambut blonse itu melambai ke arahnya, dengan cepat duduk di depannya tanpa repot-repot merubah ekspresi masam.
Tanpa Yifan bertanya, Chanyeol sudah menjelaskan semuanya dengan emosi berapi-api. Yifan sudah menyimpulkan sesuatu bahkan sebelum Chanyeol berhenti berbicara. Ia bisa melihat mata sahabatnya itu menunjukkan ekspresi yang kental sesuai dengan hal yang di bicarakannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[ChanBaek] Take You Home
أدب الهواةBaekhyun adalah CEO perusahaan design muda berumur 23 tahun, Chanyeol adalah murid berumur 18 tahun dengan IQ tertinggi disekolahnya namun sangat suka membolos. Karena sesuatu terjadi pada keluarga Chanyeol, ayah Baekhyun memutuskan untuk menerima C...