18. We Broke Up

28.3K 2.7K 372
                                    

BAEKHYUN POV

Aku terbangun dalam keadaan tengkurap, jari-jariku terasa hangat, begitu juga ubun-ubun kepalaku yang tertiup nafas. Bau khas sosok lainnya terasa sangat familiar, membuatku menghirup udara perlahan, begitu juga menghembuskannya. Aku tidak tahu kapan terakhir kali aku tidur dengan orang lain di ranjangku sebelum kemarin, dan aku tahu tadi malam aku baru saja menghabiskan malam dengan orang yang sama.

Aku sedikit terpana ketika mengadah dan mendapati wajah sempurna bak porselin Chanyeol yang masih tertidur lelap. Gerakan kepalaku membuat tangan Chanyeol terlempar ke bawah, yang tadinya menahan kepalaku erat. Sedikit menyesal, kujauhkan wajahku dan kulihat baik-baik wajah tidurnya. Laki-laki berumur delapan belas ini terlampau sempurna, batinku.

Aku baru hendak menyentuh wajah Chanyeol ketika kurasakan jari-jariku tertahan jarinya. Jari kami terpaut sempurna, entah sejak kapan. Dan itu membuat sekelompok kupu-kupu berterbangan di perutku lantaran senang. Oke, ini cukup berlebihan.

Setelah dengan bimbang melepaskan jariku dari kaitan jarinya, tanganku mulai menyusuri garis rahangnya yang tajam dan terbentuk sempurna. Tak kulewatkan dagu lancipnya, lalu telinganya yang sangat mencuat keluar. Aku tertawa kecil, meski dalam hati merutuk mengapa hal itu tidak mengurangi ketampanannya. Jariku naik, mengelus hidung panjangnya. Bak perosotan, semuanya tampak sempurna.

Park Chanyeol adalah sosok yang amat sangat sempurna.

Lalu secara automatis jariku menyentuh bibirnya, bibir plump yang akhir-akhir ini membawa sensasi aneh padaku. Seakan selalu ingin di sentuh dan di sambut. Aku sadar, akhir-akhir ini mataku sering terfokus pada bibir Chanyeol. Entah ketika namja tinggi itu makan, maupun meminum dari botol, atau bahkan berbicara. Hal itu tidak mengurangi sedikit pun minat untuk menyentuh bibirnya.

Sedikit lagi kumajukan wajahku, bibir kami akan bertemu. Aku mengeluh pelan, tiba-tiba sangat ingin menciumnya. Namun apa boleh buat, aku tidak ingin mengganggu tidur pulasnya mengingat kemarin ia sakit dan baru saja membaik tadi malam.

Aku meringkuk pelan dan menyusut dari pelukannya, menuruni ranjang tanpa membuat bunyi-bunyian yang berarti, dalam artian tidak mengganggunya. Kubiarkan selimut besarku terlampir hingga bahunya, berharap ia bisa tidur lebih lama lagi. Aku tersenyum ketika beranjak keluar menuju dapur, sambil merentangkan tangan dan leher agar urat-uratku yang kaku berubah lunak.

Ajaib bagaimana pagi ini aku merasa sangat bersemangat. Anehnya lagi, beban di bahuku seakan terangkat. Dan itu membuatku sedikit susah untuk tidak tersenyum. Aku mulai mengambil panci untuk memanaskan air, kuputuskan untuk membuat ramyun instan saja. Aku tidak ingin merepotkan Chanyeol dan membuat anak itu berkeringat lagi saat memasak.

Satu lagi keanehan yang kurasakan, ketika aku menyantap ramyun di meja makan sendirian. Mataku terus tertuju ke depan, dimana kursi kosong terduduk begitu saja. Mataku menengok pintu kamar, dan itu masih tertutup, tandanya Chanyeol belum bangun.

Tanpa repot-repot mencuci piring, aku beranjak menuju kamar mandi Chanyeol untuk mandi. Ya, tentu saja. Mana mungkin aku mandi di kamarku ketika ada Chanyeol yang tertidur pulas? Kubasuh badanku dengan air hangat yang dengan deras mengucur dari lubang-lubang shower di atas kepalaku, berharap semoga hari ini berjalan dengan baik.

Setelah selesai dengan ritual mandi, aku berjalan meninggalkan kamar Chanyeol dan saat itu juga hidungku mencium bau yang amat sangat enak. Bau makanan, lebih tepatnya. Aku menengok ke arah dapur, berusaha untuk tidak tersenyum ketika melihat punggung lebar Chanyeol sedang melakukan sesuatu di depan kompor.

"Hei," Sapaku, mendekatinya. Chanyeol menoleh sekilas dan tersenyum, "Hei, Baek. Selamat pagi."

"Memasak sesuatu?"

[ChanBaek] Take You HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang