35. Solving

17.6K 1.8K 339
                                    

AUTHOR POV

Luhan meletakkan nampan berisi sarapan ringan di nakas meja samping ranjang. Matanya melirik sosok yang sekarang tertidur lelap di ranjangnya, masih menggenakan baju kaos dan celana jeans. Ia tersenyum kecil ketika Sehun tertidur dengan mulut sedikit terbuka dan menggaruk pipinya gatal. Ia menyelimuti Sehun lebih dalam dan berjalan pelan menuju ruang tamu.

Mata Luhan tertuju pada beberapa tas belanja yang tergeletak begitu saja diatas sofa. Kemarin adalah hari yang cukup melelahkan, ia teringat rengekan Sehun yang sangat tidak bisa ditolak kemarin malam.

“Ijinkan aku tidur disini, Lu, please,”Namja albino itu merengek. “Kau ‘kan calon tunanganku, jika kita sudah bertunangan, kau juga akan tidur bersamaku.”

Sehun tidak akan pernah gagal membuat pikiran Luhan melayang kemana-mana dengan liarnya. Kemarin pula, Sehun adalah orang yang mendominasi saat berbelanja. Namja albino itu tidak segan menggesekkan kartu kreditnya ketika Luhan berkata ‘aku suka yang ini’ dan itu membuat Luhan percaya kalau Sehun bukanlah tipe seseorang yang mengincarnya hanya karena harta.

Entah bagaimana dan kapan, kini tangan Luhan merogoh sebuah tas kecil dan mengangkat sebuah kotak cincin. Luhan masih teringat betapa mahal harganya, dan raut wajah Sehun ketika menggesekkan kartunya untuk yang kesekian harinya kemarin dengan perlahan. Luhan tersenyum simpul, ia berkali-kali menawari Sehun untuk membayar cincin pertunangan mereka namun namja albino itu menolak keras.

Lalu tatapannya beralih pada sepasang tuksedo yang terbaring rapi disebelah tas-tas belanjaan. Satunya berwarna hitam, dengan celana yang lebih panjang dan dasi berwarna putih. Satunya berwarna putih, dengan celana yang lebih pendek dan dasi berwarna hitam. Sempurna, batin Luhan.

Ketika jarinya mengelus sepasang cincin yang masih tertanam didalam kotak, Luhan berandai-andai ketika ia dan Sehun sudah mengenakan cincin-cincin ini. Kemanapun Sehun berjalan, bahkan ketika ia memasuki bar, orang-orang tidak akan berani mendekatinya karena cincin ini. Ketika Sehun memotret, model yang Sehun potret akan selalu tahu diri karena cincin ini terselip dijari tengahnya. Luhan tahu betul betapa tampan calon tunangannya, jadi ia berfikir sudah seharusnya ia menuruti kata-kata Kyungsoo dan Sehun untuk belajar menerima.

Tiba-tiba terdapat suara gaduh dari belakang membuat Luhan menoleh. Ia mendapati Sehun yang tersandung diambang pintu dan mencoba berdiri kembali. Belum sempat Luhan menghampirinya, namja itu sudah bangun dan berjalan terburu-buru ke arah pintu.

“Sehun?” Luhan menyusul Sehun. “Ada apa?”

“Uh...” Sehun mengetik ponselnya cepat, “Aku harus pergi, Lu.”

“A-Ada apa?”

Sehun tidak menjawab, namun ia menempelkan ponselnya ke telinga. Kakinya mengetuk-ngetuk tidak sabar menunggu jawaban dari seberang. Setelah beberapa saat tidak mendapat jawaban, Sehun memutuskan sambungan dengan kesal. “Sial,”

Ia melirik arlojinya sebelum menatap Luhan. “Aku harus pergi, Lu. Sesuatu terjadi pada Jongin. Ia sepertinya tidak dalam keadaan sadar. Aku harus menolongnya. Oke?”

“Bagaimana jika kau mengajak Kyungsoo?” Luhan mencoba menambahkan ketika Sehun mencapai ambang pintu rumah.

Sehun nampak berfikir. “Firasatku berkata kalau Kyungsoo adalah masalahnya.” Katanya sebelum meninggalkan rumah. Namun belum beberapa detik terlewat ia kembali masuk dan mendekati Luhan, menarik namja rusa itu mendekat dan mencium keningnya cukup lama. “Aku akan kembali, manis.”

Lalu setelahnya ia benar-benar pergi, meninggalkan Luhan dengan ribuan kupu-kupu yang berterbangan diperutnya.

.

[ChanBaek] Take You HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang