AUTHOR POV
"Kau gila? Ini hampir tengah malam, Baekhyun."
Chanyeol hanya diam menatap Baekhyun yang mulai memakai jaketnya cepat. Namja kecil itu tidak bahkan repot-repot menjawab pendapatnya dan kini mulai memakai sepatunya.
"Baekhyun, hei," Chanyeol menahan tangan Baekhyun dan ia terkejut ketika matanya bertemu dengan mata Baekhyun, namja kcil itu hampir menangis dengan hidung yang memerah. "A-Aku hanya mencoba mengingatkanmu. Lagipula, kau akan bertemu dengannya besok."
Baekhyun menghempaskan pegangan Chanyeol cukup keras. "Aku tidak tahu apa yang terjadi padanya. Bisa saja ia memanggilku karena ia benar-benar butuh bantuan dan berada dalam keadaan terdesak."
Chanyeol tahu ia tidak bisa membantah maupun mengingatkan Baekhyun dengan cara lain. Namja kecil itu melangkahkan kakinya cepat di trotoar setelah meninggalkan gedung sauna. Sejenak namja itu terlihat seperti orang yang kehilangan arah namun Baekhyun segera menghentikan sebuah taksi.
Baekhyun memberitahu sang supir alamat apartement Sehun lalu terkejut ketika Chanyeol juga ikut naik ke taksi bersamanya. "Kenapa kau ikut?"
"Aku tidak bisa membiarkanmu sendirian." Chanyeol menutup pintu dan menyenderkan punggungnya. Namja tinggi itu dengan cuek memejamkan matanya membuat rahang Baekhyun nyaris jatuh. "Aku tidak bisa membiarkan Sehun melihatmu!"
"Kenapa?"
"Karena..." Baekhyun terhenti. Ia memikirkan pertanyaan Chanyeol sejenak berulang-ulang. "Karena dia kekasihku dan ia bisa saja melakukan sesuatu yang bisa melukaimu."
"Kau mengkhawatirkanku?" Chanyeol membuka matanya dan menatap Baekhyun dingin. Yang ditatap pun tidak menyangka dirinya berkata seperti itu namun itulah kenyataannya. Bagaimana kalau Sehun melakukan hal buruk pada Chanyeol? Meski di ragukan kalau kekasihnya itu bisa melukai seseorang.
"Kalau iya, lebih baik kita menuju apartement mu dan bertemu dengannya besok. Aku tidak bisa membiarkanmu pergi kesana sendirian pada waktu tengah malam seperti ini."
Baekhyun mendecak. "Terserah."
Taksi yang mereka tumpangi mulai berjalan di jalanan yang sepi. Bahkan musik pun tidak terputar, menambah kadar khawatir Baekhyun. Ribuan bayangan buruk berkecamuk di otaknya. Ia mengkhawatirkan Sehun, bagaimana jika kekasihnya itu ternyata mengalami hal buruk dan ia terlambat datang?
Begitu mereka sampai, Chanyeol terkejut karena ternyata apartement Sehun tidak berada di dalam sebuah gedung melainkan terhubung langsung dengan udara luar. Bahkan ada kebun seluas kamarnya di Tokyo dan Baekhyun segera berlari menuju pintu.
"Sehun," Baekhyun mengetuk pintu apartement Sehun dengan keras berulang-ulang kali. Rasanya ia ingin menangis mengetahui dirinya sangat bodoh mengabaikan telepon dari namja itu. Ia menggerakkan kenop pintu di depannya dengan cepat berharap pemilik rumah segera membuka pintunya.
Chanyeol terdiam di belakang Baekhyun, entah harus berbuat apa. Yang jelas ketika ia melihat namja kecil di depannya begitu panik lantaran kekasihnya tidak kunjung membuka pintu membuat hatinya sesak. Baekhyun mulai menggedor-gedor pintu di depannya kasar, meneriakkan nama Sehun berulang-ulang.
"Buka pintunya, Sehun,"
Chanyeol bisa mendengar suara serak Baekhyun yang mendominasi diantara mereka. Namja kecil itu terdengar seperti ia bisa menangis kapan saja. Jika ia bisa, ia ingin sekali mengangkat Baekhyun dan memaksanya pulang. Permasalahan utama disini adalah pintu apartement Sehun yang masih menggunakan kunci manual, bukan pin. Jika saja pintu itu menggunakan pin, Baekhyun pasti sudah masuk sejak tadi.
Baekhyun yang merasa tak ada guna meneriakkan nama Sehun pun mulai menyerah dan berbalik. Ia menyenderkan punggungnya di pintu dan menunduk. Chanyeol benar-benar tidak tahu apa yang harus ia lakukan, jadi ia hanya berdiri diatas rumput seperti orang bodoh.
KAMU SEDANG MEMBACA
[ChanBaek] Take You Home
FanfictionBaekhyun adalah CEO perusahaan design muda berumur 23 tahun, Chanyeol adalah murid berumur 18 tahun dengan IQ tertinggi disekolahnya namun sangat suka membolos. Karena sesuatu terjadi pada keluarga Chanyeol, ayah Baekhyun memutuskan untuk menerima C...