AUTHOR POV
Baekhyun memundurkan langkahnya, perlahan sekali tidak ingin menimbulkan bunyi lalu berbalik menghilang di balik tembok. Ia meremas ponselnya kuat, dan berusaha menghatur nafasnya sendiri. Baekhyun, itu hanyalah sebuah pelukan. Kau pernah melihat yang lebih.
Baekhyun bersender ditembok terdekat. Ia menatap ponselnya yang masih menghubungi Chanyeol, tidak mendapat jawaban dari namja tinggi itu. Apakah ia sangat sibuk bersama Ren hingga panggilan kekasihnya pun tidak ia jawab? Baekhyun tersenyum sedih. Lalu mematikan panggilan sebelum mengetik pesan untuk Chanyeol.
'Maaf, aku tidak bisa menjemputmu. Aku ada rapat. Jangan tunggu aku, aku akan pulang larut.'
Baekhyun mendesah keras. Ia mematikan ponselnya lalu memasukannya ke dalam saku celananya. Ini yang terbaik, ia mengangguk meyakinkan dirinya sendiri. Ia harus memberikan Chanyeol dan Ren waktu, karena mau tidak mau kekasihnyalah satu-satunya orang yang bisa melindungi Ren.
"Kau berbohong pada Chanyeol."
Baekhyun terlonjak dan nyaris berteriak ketika mendengar suara tepat disebelah telinganya. Ia lalu melihat wajah datar Yifan tepat beberapa sentimeter di depan wajahnya. Ia segera menepuk dadanya sendiri, sebelum mengehela nafas. "Mengagetkanku saja."
"Kenapa kau berbohong pada Chanyeol?" Yifan tidak termakan taktik Baekhyun untuk mengalihkan pembicaraan. "Kau ada disini, kenapa kau tidak menghampirinya?"
Baekhyun menghentikan Yifan cepat. "Shush. Jangan berbicara terlalu keras."
Disisi lain, Chanyeol melepaskan diri dari Ren secepat mungkin. Matanya melebar kaget karena tiba-tiba saja tubuhnya terambing, dan ponselnya terjatuh. Tanpa menghiraukan senyuman licik Ren, ia merunduk untuk mengambil ponselnya cepat, dilanda panik karena suara ringtone nya tidak lagi terdengar.
Chanyeol membaca pesan Baekhyun perlahan, lalu wajahnya berubah tidak cerah. Ia tahu seharusnya ia tidak perlu mempermasalahkan ini. Lagipula bukannya ia tidak bisa pulang sendiri. Entahlah, sedari tadi ia menyelesaikan soal ujian dengan harapan bisa bertemu Baekhyun lebih cepat (dimana itu sebenarnya tidak perlu, karena tetap saja ia harus keluar kelas di waktu yang telah tertera).
Ren sendiri, yang mengintip ke layar ponsel Chanyeol, sebenarnya sedikit terkejut. Sedikit diluar perkiraannya. Ia tidak menyangka Baekhyun akan berbohong ketika jelas-jelas pria yang ia lihat tadi adalah Baekhyun. Kenapa namja itu berbohong pada Chanyeol?
"Dia lebih mengutamakan rapat dibandingkan kau." Ren menyulut.
"Tidak, kurasa ia memang tidak perlu membuang waktunya untuk menjemputku. Ia memilih keputusan yang benar." Chanyeol berusaha menempel senyum. "Haah, aku sangat merindukannya."
Ren tidak yakin apa ia harus mempercayai penglihatannya sendiri ketika ia menangkap mata Chanyeol sedikit basah dan hidungnya memerah. Namja tinggi itu tampak seperti seseorang yang akan menangis sebentar lagi. Untuk pertama kalinya, Ren sedikit menyesal membuat Baekhyun pergi. Sedikit sekali.
"H-Hei, jangan sedih begitu. Bagaimana kalau kita pergi ke kedai es krim bersama?"
Chanyeol menggeleng halus. "Aku ingin segera pulang."
"Tapi dia bilang kalau ia akan pulang larut."
"Ya, dan tugasku adalah menunggunya pulang," Chanyeol tersenyum. "Ayo, pulang."
Chanyeol berjalan mendahului Ren, dengan langkah tidak bersemangat. Ia sejujurnya sedikit memikirkan apa yang Ren katakan. Apa Baekhyun benar-benar memilih rapat dibandingkan dirinya?
KAMU SEDANG MEMBACA
[ChanBaek] Take You Home
FanfictionBaekhyun adalah CEO perusahaan design muda berumur 23 tahun, Chanyeol adalah murid berumur 18 tahun dengan IQ tertinggi disekolahnya namun sangat suka membolos. Karena sesuatu terjadi pada keluarga Chanyeol, ayah Baekhyun memutuskan untuk menerima C...