AUTHOR POV
Baekhyun hanya menatap penuh ke arah sepatunya sejak dua puluh menit yang lalu. Bukan ia lupa kalau didepannya sedang duduk ayah Chanyeol, hanya saja kini ia merasa bahunya tidak lagi bisa menopang tulang rusuk dan perangkat tubuhnya. Ia bahkan tidak tahu mengapa bibirnya terasa kering dan mulai berkeringat sekarang. Didalam otaknya ia berusaha mencari kemungkinan kalau ini mungkin hanya mimpi.
Setelah menyesap kopi buatan Baekhyun, ayah Chanyeol meletakkan cangkirnya dengan pelan dan menatap pria muda di depannya dengan tatapan takjub. Terakhir kali ia bertemu Baekhyun adalah ketika anak itu tertidur di dalam mobil sedangkan ayahnya berlutut di depannya, dibawah hujan untuk meminjam uang, bertahun-tahun yang lalu. Sama sekali tidak terbesit, anak yang ayahnya dulu meminjam uang padanya akan berada jauh diatasnya dalam hal ekonomi. Tapi setidaknya, sekarang keadaan sudah jauh lebih baik.
"Apa Chanyeol banyak berulah selama disini?"
Butuh waktu lama bagi Baekhyun untuk mencerna pertanyaan itu. Jangankan menjawab, mengangkat kepala saja rasanya ia tidak ingin. Namun mau tak mau, ia terpaksa memasang senyum kecil. "Tidak sama sekali, Tuan Park."
"Benarkah?" Tanya ayah Chanyeol dengan nada heran. "Dia tidak mencoba membolos, atau mendapat banyak hukuman, atau apapun itu? Apa kau pernah dipanggil oleh gurunya?"
Baekhyun menggeleng, "Tidak pernah sama sekali."
Pria paruh baya didepannya mengerenyit heran. Sangat asing jika anaknya tidak membuat ulah ketika berada di sekolah. Apa mungkin pada akhirnya Chanyeol menyadari kalau ia selama ini sudah membuat malu dan tidak ingin mengecewakan orang tuanya lagi? Meski mengherankan, kemungkinan itu mungkin saja terjadi berhubung ia sudah akan menginjak umur 20 satu tahun lagi.
Disisi lain, Baekhyun, merasa ingin mengurung dirinya sendiri di kamar tidur dan merenung. Bagaimana ia bisa lupa kalau Chanyeol hanya tinggal disisinya untuk sementara? Ayahnya berhak lebih dari seratus persen untuk membawa anak itu pulang. Bagaimanapun, ia masih tercatat sebagai anak dibawah umur di Korea. Memikirkan itu membuat ruang pikir Baekhyun menyempit, dan sangat frustasi.
"Ngomong-ngomong, dimana putraku?"
Beban di bahu Baekhyun seakan bertambah dua kali lipat ketika ia memikirkan jawaban untuk pertanyaan itu. Terakhir kali ia melihat Chanyeol bersama Ren, dan ia bahkan tidak tahu bagaimana dan dimana Chanyeol sekarang. "Ia... berjalan-jalan dengan temannya. Apa kau ingin aku memanggilnya pulang, Tuan?"
"Ah, tidak usah," ayah Chanyeol menggelengkan tangannya. "Biarkan saja. Aku tidak mau ia tahu kalau aku datang. Jika ia tahu, ia akan sengaja memperlambat waktu untuk bertemu denganku."
"Ah... ya..."
"Apa ada urusan Chanyeol disini yang bisa kuselesaikan? Aku ingin segera membawa anak itu pulang untuk menjalankan bisnis cabangku."
Baekhyun semakin merasa kesusahan untuk duduk dengan nyaman. "Ia sedang menjalani Ujian Nasional."
"Ah, ujian." Pria itu terkekeh. "Itu sudah tidak perlu lagi, aku percaya ia bisa menjalankan bisnisku tanpa masalah bahkan jika ia tidak mempunyai ijazah."
Baekhyun menunduk, ia sungguh tidak ingin mengirim kekasihnya kembali pulang. Karena itu tandanya ia akan kehilangan sumber semangat hidupnya. Itu tandanya ia dan Chanyeol akan dipisahkan banyak sekali rintangan, dan Ren akan semakin mudah mendekati Chanyeol. Bagaimanapun pria itu mengikuti kekasihnya sampai ke Korea, kenapa Jepang menjadi masalah?
"Kapan... kau berencana membawanya pulang, Tuan?"
"Sesegera mungkin," Tuan Park tersenyum. "Malam ini, jika memungkinkan. Aku tidak mau mendapat protes dari istriku mengenai 'mana putraku' dan 'kenapa kau belum juga tiba'."
KAMU SEDANG MEMBACA
[ChanBaek] Take You Home
FanfictionBaekhyun adalah CEO perusahaan design muda berumur 23 tahun, Chanyeol adalah murid berumur 18 tahun dengan IQ tertinggi disekolahnya namun sangat suka membolos. Karena sesuatu terjadi pada keluarga Chanyeol, ayah Baekhyun memutuskan untuk menerima C...