23. Stormy Day (II)

23.2K 2.3K 167
                                    

Baekhyun mengerang pelan dan mencengkram erat selimutnya ketika mendengar bunyi petir yang bersahutan di luar sana. Ia yakin jika ia membuka matanya, air matanya sudah akan menggenang di pelupuk matanya. Baekhyun kembali meraba sisi sampingnya, berharap ujung jarinya menyentuh badan hangat Chanyeol, namun yang ia rasakan hanya sensasi dingin udara kosong di sampingnya.

Chanyeol tidak ada. Dan ia sendirian di ranjangnya.

Baekhyun menenggelamkan wajahnya ke dalam selimut, sedikit tidak percaya bahwa trauma masa lalunya kini kembali menghampirinya meski itu sudah berlalu bertahun-tahun lalu. Baekhyun tanpa sadar terisak pelan, melupakan statusnya sebagai presiden perusahaan sejenak dan menahan bibirnya yang bergetar.

Saat itulah ia mendengar pintu kamarnya terbuka dan suara hujan semakin terdengar jelas. Baekhyun yakin seseorang berjalan ke arahnya setelah menutup pintu, dan Baekhyun tidak bisa merasa lebih lega ketika ia menengok ke luar selimut, ia mendapati wajah khawatir Chanyeol yang amat dekat dengan wajahnya.

“Baekhyun?” Chanyeol menyentuh bahu Baekhyun, dan namja tinggi itu terkejut setengah mati ketika merasakan bahu Baekhyun yang bergetar. Ia dengan cepat melepas coat panjangnya dan melempar tas plastik di tangannya ke atas meja sebelum dengan lancang menyelip ke bawah selimut Baekhyun.

“Hei, Baekhyun,” Chanyeol mencoba mengangkat dagu Baekhyun namun namja tertua diantara keduanya menolak. Baekhyun menenggelamkan wajahnya ke dada Chanyeol sembari jari-jarinya meremas sweater belakang Chanyeol. Chanyeol tidak tahu harus berkata apa ketika ia mendengar isakan kecil Baekhyun dan dengan cepat meraup Baekhyun agar berada lebih dekat dengannya.

“Aku disini,” Jemari Chanyeol menyelip diantara helai-helai hitam Baekhyun dan menghapus jarak diantara mereka dengan cara merengkuh Baekhyun seerat yang ia bisa. “Ssh, jangan khawatir. Aku disini, kau tidak sendirian,”

“I..Ibu..” Baekhyun merintih pelan. Ia terlampau senang karena Chanyeol datang di saat yang tepat sehingga ia bisa membuka bibirnya kembali. Yang paling membuatnya tenang adalah suhu tubuh Chanyeol yang di luar dugaannya ternyata sangat hangat dan itu membuatnya ingin menyatu pada Chanyeol lebih lama.

Berada di dekapan Chanyeol membuatnya merasa aman, dan mau tidak mau otaknya membandingkan dekapan Chanyeol dan dekapan Sehun. Baekhyun tidak cukup klise untuk berkata pelukan Sehun tidak nyaman, ia mengakui bahwa pelukan Sehun tak kalah menenangkan dari pelukan Chanyeol.

Tapi bagaikan kunci dan lubangnya, Baekhyun merasa bahwa lubangnya tidak menyesuaikan dengan lekukan kunci Sehun. Ada sesuatu yang mengganjal, sehingga lubangnya terpaksa berputar dan membuka pintu meski sesuatu tersebut sebetulnya cukup mengganggu. Tapi Chanyeol... Baekhyun tidak bisa menjelaskannya secara gamblang.

Baekhyun merasakan dirinya menuntut kehangatan Chanyeol lebih jauh, membuat namja tertinggi diantara keduanya sedikit bingung lantaran sikap menuntut Baekhyun yang tiba-tiba. Ia menggenggam tangan Baekhyun yang sangat dingin lalu meremasnya pelan sebelum mengecup ujung jari-jari Baekhyun dengan lembut, selembut yang ia bisa.

Baekhyun tanpa sadar melenguh dan mendesis ketika Chanyeol mengecupi lengan dan bahunya yang (baru ia sadari) tidak tertutup apapun selain selimut. Chanyeol memuja keras-keras dalam hatinya betapa indah Baekhyun jika di lihat secara dekat, dan itu membuatnya gila karena demi Tuhan, ia baru akan beranjak dua puluh tahun setahun lagi dan ia sudah bisa membayangkan Baekhyun berada di bawahnya.

Chanyeol dengan cepat menyelesaikan kecupan-kecupannya karena ia tidak yakin bisa berhenti jika bibirnya menyentuh leher Baekhyun. Ia menjauh dari Baekhyun selama beberapa detik untuk membuka sweaternya dan melemparnya ke sembarang arah. Setelah memastikan tidak ada apapun yang menutupi dadanya ia kembali memeluk Baekhyun, kali ini lebih erat berharap Baekhyun bisa menyerap seluruh hangat tubuhnya.

[ChanBaek] Take You HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang