AUTHOR POV
"Karena aku menyukai Luhan."
Sehun tersenyum, sedangkan Luhan hanya menganga, sedetik kemudian menjatuhkan setumpuk berkas di rengkuhannya. Baekhyun menoleh ke arah Luhan, dengan kedua mata basah dan lutut-lutut yang lemas.
Baekhyun melirik nametag di dada Luhan, dan ternyata benar bahwa namja yang ia lihat adalah Luhan. Luhan yang Sehun maksud. Mereka bertiga terdiam beberapa saat, tak satupun dari mereka yang mengubah ekspresi mereka. Termasuk Sehun, yang masih memaku kedua maniknya ke sosok Luhan.
"H-Halo." Luhan merunduk dengan canggung. Ia tak yakin apa yang terjadi, tapi ia jelas mendengar Sehun berkata bahwa dirinya menyukai Luhan, dan itu cukup mengejutkan baginya.
Tatapan Luhan melekat pada Baekhyun ketika ia berjongkok untuk memungut kertasnya. Sedikit gugup, ia kebingungan untuk menentukan urutan tumpukan tugas yang kini sudah tidak beraturan di lantai lift. Melihat itu, Sehun segera menghampiri Luhan.
Sehun membantu Luhan tanpa banyak kata-kata. Dan itu seakan menjadi penghancur benteng terakhir Baekhyun. Namja kecil itu mundur selangkah, tersenyum miris ketika melihat Sehun yang sama sekali tidak menatapnya dan terus membantu Luhan.
Sehun melirik Baekhyun untuk yang terakhir kali, sebelum berdiri di tempat untuk menutup pintu lift, mengunci dirinya sendiri dan Luhan di dalam kotak pengangkut itu. Tepat setelah kedua belah daun pintu itu menyatu, lutut Sehun melemas dan tubuhnya terduduk dengan sekali sentak di atas lantai lift.
Ia mungkin akan menyesali keputusannya nanti, ketika melihat Baekhyun berjalan dengan senang di rengkuhan Chanyeol. Ia juga mungkin akan menyesal ketika melihat Baekhyun berlari ke arah Chanyeol dan memeluk namja tinggi itu, bukan dirinya. Ia juga mungkin akan menghabiskan ratusan botol vodka untuk melupakan namja kecil itu barang sedetik dari otaknya.
Tapi, ia bisa membedakan bagaimana cara Baekhyun tersenyum padanya dan bagaimana Baekhyun tersenyum ke arah Chanyeol. Ia bisa membedakan bagaimana tatapan mata Baekhyun ketika melihat ke arah Chanyeol dan dirinya. Ia bisa merasakan bagaimana namja kecil itu kesusahan menahan diri untuk tidak memerhatikan Chanyeol.
Dan mirisnya, Sehun menyadari itu semua hanya dengan dua kali pertemuan dengan Chanyeol. Pada saat makan malam bersama Ren, ia bisa melihat betapa panik raut wajah Baekhyun ketika Chanyeol tersedak. Ketika Baekhyun menyantap makanannya, beberapa kali matanya mencuri pandang ke arah Chanyeol. Ketika Baekhyun tersenyum ke arah Chanyeol, wajahnya cerah.
Sekali lagi, ia mungkin akan menyesal. Tapi, ia tidak peduli lagi. Atau lebih tepatnya, ia tidak ingin peduli.
.
"Kris, jangan menatapku seperti itu."
"Kau hidup."
Chanyeol memutar bola mata. "Tentu saja, kau pikir aku kenapa?"
Yifan melirik guru yang sedang menjelaskan di depan sekilas, berharap agar guru itu tidak memergoki mereka mengobrol. "Kau membolos tiga hari berturut-turut." Bisiknya.
"Di Tokyo, aku membolos dua minggu berturut-turut." Kata Chanyeol acuh. Ia lanjut menulis apa yang guru tulis di papan, tanpa melirik Yifan yang kini melebarkan matanya.
Jam istirahat datang tak lama setelahnya, dan Yifan adalah orang pertama yang menginjak kaki cafetaria, disusul Chanyeol sepersekian detik kemudian. Keduanya memesan satu set makanan dan duduk di meja pojok, meja 'khusus' Yifan.
"Jadi, kupikir ada hal yang ingin kau beritahu padaku, barang kali?" Tanya Yifan.
"Um, begitulah," Chanyeol membuka bungkus burgernya. "Banyak."
KAMU SEDANG MEMBACA
[ChanBaek] Take You Home
FanfictionBaekhyun adalah CEO perusahaan design muda berumur 23 tahun, Chanyeol adalah murid berumur 18 tahun dengan IQ tertinggi disekolahnya namun sangat suka membolos. Karena sesuatu terjadi pada keluarga Chanyeol, ayah Baekhyun memutuskan untuk menerima C...