AUTHOR POV
Baekhyun membuka matanya perlahan. Punggungnya terasa nyaman namun tidak dengan kepalanya. Sinar yang menerobos pengelihatannya juga sama sekali tidak membantu. Baekhyun mendudukkan dirinya, mencerna pikirannya dan berusaha berfikir untuk sekiranya menebak dimana ia sekarang.
Lalu pintu ruangan itu terbuka sebelum Baekhyun bahkan menebak, menampilkan sosok Chanyeol yang tersenyum lega dari balik pintu. Baekhyun tersenyum dan mencoba memijit keningnya.
"Apa yang terjadi?"
"Kau jatuh tertidur. Apa kau merasa sakit? Atau mual? Atau apapun itu yang butuh pertolongan?" Tanya Chanyeol, memeriksa kening Baekhyun.
"Aku tak apa. Sungguh."
"Bagus. Sekarang ayo isi perutmu dengan sesuatu," Chanyeol mengelus ujung mata Baekhyun yang meninggalkan bekas air mata. Setelah itu Baekhyun pun baru teringat dirinya menangis sambil mencium Chanyeol. Ia menahan dirinya untuk tidak tersenyum miris.
"Maaf merepotkanmu, Chanyeol." Baekhyun menghela nafas. "Seharusnya aku tidak datang. Seharusnya aku menghabiskan waktuku sendirian di luar sana."
"Aku senang kau mengingatku, Baekhyun. Jangan katakan itu. Aku berterima kasih karena akulah orang yang pertama kau pikirkan ketika kau merasa sedih. Dengan begitu aku setidaknya bisa melakukan sesuatu untuk orang yang kusukai." Chanyeol mengacak rambut Baekhyun. "Setidaknya aku bisa melihat dan menyentuhmu. Aku senang."
Mereka saling tersenyum sebelum meninggalkan ruangan kesehatan. Baekhyun berjalan dengan kepala tertunduk dalam, takut apabila ada guru yang mengenali identitas palsunya. Namun Chanyeol mengangkat dagunya, berkata bahwa semuanya akan baik-baik saja dan ia akan melindungi Baekhyun.
Yifan tidak menyangka bahwa sosok Baekhyun yang di maksud Chanyeol adalah lelaki bertubuh kecil dan ramping, dengan kulit seputih susu dan pipi yang merah, ditambah mata kecil dan bibir tipis yang indah. Yifan memandangi jari Baekhyun cukup lama, dan bertanya-tanya apa mungkin seorang pria mempunyai jari selentik itu.
"Kenapa kau menatapnya seperti itu?!" Tanya Chanyeol galak dengan penuh ekspresif. Baekhyun terkejut, tentu, Chanyeol tidak pernah berbicara dengan nada seperti itu di depannya.
"Ani..." Kris kembali melirik Baekhyun. "Kau bilang ini Baekhyun?"
"Waw, aku merasa sedikit terhina, Tuan Wu." Baekhyun berbicara dengan wajah sangat datar. "Kris Wu, lebih tepatnya."
Kris melebarkan matanya, begitu juga dengan Chanyeol. Sekarang keduanya menatap Baekhyun cukup lebar dan Baekhyun ingin meremas wajah Yifan dengan kedua tangannya.
"K-Kenapa-"
Baekhyun menggampar kepala belakang Yifan dengan umpatan yang cukup sinis dari bibirnya. Yifan tertegun dan mengusap kepala belakangnya sebal. Chanyeol terbelalak, namun tidak menahan Baekhyun karena ia yakin namja itu punya alasan tersendiri karena menggampar sahabatnya.
"Berani-beraninya kau melupakan namaku. Hanya karena aku tidak lagi tinggal di rumahmu, kau bisa melupakanku begitu saja, eoh? Dasar sepupu jahat. Kau bahkan lebih tinggi dariku sekarang." Baekhyun mengomel, dan itu membuat Yifan berfikir sejenak sebelum-
"Baekkie hyung?!"
"Kau baru sadar sekarang?" Baekhyun memasukkan kimbap ke mulutnya dengan wajah super sebal.
"Sejak kapan namamu Baekhyun, hyung?"
"Kau bercanda? Tentu saja sejak lahir! Bukankah kau yang memaksa memanggilku Baekkie hanya karena aku tidak mengingat namaku sepenuhnya dan hanya memperkenalkan diriku sebagai Byun Baek?"
KAMU SEDANG MEMBACA
[ChanBaek] Take You Home
FanfictionBaekhyun adalah CEO perusahaan design muda berumur 23 tahun, Chanyeol adalah murid berumur 18 tahun dengan IQ tertinggi disekolahnya namun sangat suka membolos. Karena sesuatu terjadi pada keluarga Chanyeol, ayah Baekhyun memutuskan untuk menerima C...