"Kalian saling kenal?" tanya Theodore.
"Kami sahabatan waktu SMP. Udah kayak kakak-adik, deh," jawab Mila. Tangan Mila masih nangkring di bahu Ilyas dan Ilyas memeluk pinggang Mila.
Apa-apaan itu?! Aku juga punya teman SMP, tapi nggak gitu banget deh. Istri Theodore memang menyebalkan. Ilyas juga ikut-ikutan membuatku kesal.
"Kasih buahnya ke Jejes ya, Sayang," perintah Mila pada Theodore. "Aku mau temu kangen dulu sama Ilyas."
Bertemu sih iya, tapi emang Ilyas kangen gitu sama kamu, Mil? Jangan kepedean deh! Aku ingin beranjak dari tempat tidur dan menarik Ilyas yang sejak tadi nyaman bersama wanita itu.
Mila menarik tangan Ilyas untuk duduk di sofa, berhadapan dengannya. Sementara itu Theodore menuruti apa kata Mila. Dia meletakkan parcel buah itu di nakas lalu duduk di ranjangku.
"Mana yang sakit?" Theo bertanya lirih sambil membungkukkan badannya karena posisiku masih berbaring. Punggung tangannya ditempelkan ke dahi kemudian ke leherku. Memastikan apakah suhu tubuhku panas.
"Kamu bawa istrimu, ya aku jadi tambah sakit," jawabku.
"Eh, Jessica," tegur Theodore.
Aku melengos saja tidak memedulikannya. Kini aku semakin kesal ketika Mila dan Ilyas masih larut dalam reuni mereka. Aku tidak suka dengan Mila. Lebih tidak suka ketika ia menikah dengan sahabatku. Sekarang dia justru akrab dengan suamiku.
"Kamu istri boss-nya Jessica?" tanya Ilyas.
"Iya. Jadi Jessica istri kamu? Nggak nyangka selera kamu berubah, ya," kata Mila. Entah apa maksudnya.
Ilyas tertawa mendengar komentar Mila. Memangnya selera Ilyas seperti apa? Apa perempuan yang kemarin datang ke rumah ayah di hari ibu dimakamkan? Wanita keturunan Arab, gitu.
"Kenapa kamu nggak hubungi aku waktu kamu ke Jakarta lagi?" tanya Ilyas dengan ekspresi menuntut.
"Iya, maaf. Sejak ibu meninggal, aku menyelesaikan sekolah SMP saja di Jakarta. Terus aku ikut bapak pulang kampung di Malang. Aku nggak nerusin sekolah karena bantuin bapak jualan. Waktu umur tujuh belas tahun itu, aku diajak tetangga ke Jakarta lagi buat kerja. Aku ditawari jadi model." Mila menjelaskan.
Ilyas tertawa lepas mendengar cerita Mila. "Model? Model itu cantik-cantik. Mana ada tomboy kayak kamu," ejek Ilyas pada Mila.
"Eh aku kan tomboy insyaf! Nggak percaya, tanya aja sama Theo. Aduh Ilyas ... kamu makin ganteng aja, deh." Mila menangkupkan kedua tangannya di wajah Ilyas. Kedua tangan Ilyas ikut menggenggam tangan Mila sambil tertawa.
Ya ampun! Sinetron banget mereka itu. Aku heran karena Theodore malah melihatnya dengan wajah santai. Seperti sedang nonton tv. Theodore bego! Istri kecentilan, dia hanya diam.
"Makasih. Tapi kamu makin aneh. Pakai rok begini malah kayak perempuan." Ilyas menyentuh ujung rok Mila sebelum tertawa lagi.
"Emang aku perempuan!" Mila mendelik marah pada Ilyas, namun dia justru tertawa lepas karena ekspresi Mila.
Aku hampir tidak pernah melihat Ilyas tertawa lepas seperti ini. Mila bisa banget bikin Ilyas senyaman itu. Wanita cari muka!
"Eh Sayang, sini! Biarin Jejes istirahat. Kita cerita-cerita saja sama Ilyas." Mila menyuruh Theodore untuk ikut bergabung dengannya dan Ilyas.
Theodore menuruti dan sepanjang obrolan dia terlihat ikut menikmati. Sahabatku itu tidak merasa asing karena Mila dan Ilyas membuat dunia sendiri dengan menceritakan masa lalu mereka. Theodore sesekali ikut bercerita, dia juga ikut tertawa dengan komentar Mila. Itu orang sudah cinta mati sama istri. Istri rese kayak Mila tetap saja dibela.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love You, Suamiku!
RomanceJessica Elden selalu merencanakan semua hal dalam hidupnya. Dia bahkan berencana jatuh cinta pada Damara Setiadi--teman masa kecilnya. Namun, Damara lebih memilih Aisey sebagai pendamping hidup. Damara justru menjodohkan Jessica dengan Ilyas Ali Bur...