Happy reading!
❤️❤️❤️
Meski ibu dan kak Gina pernah memujiku karena aku bisa menaklukan Ilyas, namun tetap saja aku frustrasi menghadapi tingkahnya. Disuruh istirahat malah maksa berangkat. Untung sakitnya hari Sabtu, jadi Minggu-nya dia bisa istirahat. Dan lagi, Ilyas bilang sakitnya akan cepat sembuh jika dipeluk seharian. Aneh banget! Tapi lebih tidak lucu lagi ketika aku malah menurutinya.
Hari ini aku membuat nasi uduk dibantu bik Narti. Aku membawa dua kotak nasi dan dua jus alpukat kesukaan Ilyas. Porsi nasi untuk Ilyas lebih banyak daripada aku yang makannya sedikit. Tapi karena aku sedang hamil, porsiku disamakan saja dengan milik Ilyas. Aku tidak pernah membuat nasi uduk sebelumnya. Jadi, Ilyas yang harus jadi kelinci percobaan. Hihihi....
Sekarang mobil yang aku tumpangi sudah sampai di parkiran bengkel Ilyas.
"Pak Harjo langsung pulang aja. Tadi mami nungguin minta diantar kemana gitu. Ah, aku bingung mami kegiatannya banyak banget," keluhku.
"Nanti saya jemput Non jam berapa?" tanya pak Harjo setelah membuka pintu penumpang.
"Aduh ... jam berapa, ya? Nanti Jessie telepon pak Harjo saja, deh," putusku lalu segera keluar dari mobil.
Meski Ilyas sudah punya mobil sendiri, tetapi mobilnya dibawa ke bengkel. Jadi, aku ke mana-mana tetap bergantian dengan mobil milik mami. Ya Allah, semoga Ilyas diberi rezeki untuk membelikanku mobil baru. Adik Bayi, ikut berdoa ya biar Mama dikasih mobil sendiri sama papa. Aku mengelus perutku.
Aku memasuki bengkel Ilyas yang terlihat lengang siang ini. Orang yang aku temui pertama kali saat masuk bengkel adalah Yudanta.
"Yuda," sapaku.
"Eh ... Bu Jessie, tambah subur aja, sih?" godanya.
"Ya iyalah ... aku 'kan lagi hamil," sahutku dengan kesal dan itu membuat Yudanta terbahak. Menyebalkan!
"Yud, aku dikasih puding ama Susan lho, waktu kapan hari dia ke rumah. Enak, deh. Dia pinter ya, bikin puding buah," pujiku.
"Itu sogokan sih, Bu. Supaya suaminya naik gaji." Dia berkata dan menyeringai.
"Ih, nggak ikhlas banget, sih!" Aku mengerucutkan bibirku.
"Bu, jangan suka ngambek begitu. Nggak baik, Bu! Nanti mengurangi kecantikan, lho. Senyum 'kan ibadah," godanya.
Aku tak tahan untuk tidak tertawa karena mendengar kata-kata gombalnya. Memang benar, ketika bersamaku saja Yudanta begini. Bagaimana jika bersama klien perempuan yang sering diceritakan Susan itu?
"Genit kamu, tuh," umpatku sambil tertawa.
"Saya ramah, bukan genit. Emang pak Ilyas, kayak freezer! Bukan dingin lagi, tapi beku. Beku aja Ibu cemburu, apalagi kalau pak Ilyas...." Yudanta belum menyelesaikan kalimatnya, aku sudah memukulnya dengan tasku. Dia meringis kesakitan. Berlebihan! Aku berjalan melewatinya, namun Yudanta kembali memanggilku.
"Bu Jessica!"
"Ya?" Aku menoleh ke arah Yudanta.
"Pak Ilyas adalah orang yang lebih memilih membakar tangannya, daripada menyentuh wanita lain selain istrinya," ungkap Yudanta dengan tegas.
Aduh, perumpamaanya seram sekali! "Aku tahu," balasku dengan seulas senyuman.
Aku kembali berjalan ke ruang kerja Ilyas. Sesampainya di depan pintu, ada Aulia yang sedang menelepon. Melihatku, dia segera menyudahi percakapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love You, Suamiku!
RomanceJessica Elden selalu merencanakan semua hal dalam hidupnya. Dia bahkan berencana jatuh cinta pada Damara Setiadi--teman masa kecilnya. Namun, Damara lebih memilih Aisey sebagai pendamping hidup. Damara justru menjodohkan Jessica dengan Ilyas Ali Bur...