35. Menuai Damai

45.6K 3K 43
                                    

Hai, thank you udah ngikutin cerita "I Love You, Suamiku!" sampai bab 35.

Aku penulis multigenre (genre cerita beda-beda), cek profilku Vintari untuk cerita-cerita menarik lainnya!

Pilih genre romansa-drama, romantis science fiction, laga-roman-kelam, juga teen family, ya.

Kalian bisa berpetualang mencari selera bacaan baru 😉

Happy reading!

❤️❤️❤️

"Jessie?" Suara papi yang diiringi ketukan di pintu kamarku.

Aku beranjak dari posisi berbaring lalu bergegas membuka pintu. "Papi!" seruku.  "Kapan pulang?"

"Tadi siang," jawab papi seraya mengikutiku masuk ke dalam kamar. Kini aku duduk di tepi ranjang dan papi duduk di kursi menghadap ke arahku. "Bibik bilang Jessie sedang tidur saat papi pulang," tuturnya.

Benar, setelah dimarahi oleh mami, aku hanya turun ke lantai bawah untuk makan. Di kamar, aku hanya membaca buku dan akhirnya ketiduran.

"JJS, yuk?" ajak papi.

Dulu papi senang mengajakku untuk JJS atau Jalan-Jalan Sore. Kadang beberapa kali kami jalan-jalan tanpa mami. Jika sedang berdua dengan papi, aku lebih terbuka tentang isi hatiku. Hal menarik lainnya adalah aku dapat membuat keputusan baru akan sesuatu. Seperti saat hatiku yang sebetulnya sudah memilih Ilyas, tetapi tergoda oleh kehadiran Matthias.

"Papi mau coba tempat es krim yang kemarin baru dibuka. Itu punya temen Papi, lho. Nggak enak kalau setiap ketemu, dia menawarkan untuk mampir," tutur papi.

"Mami nggak bolehin Jessie keluar," aduku.

Papi malah tertawa. "Dihukum? Jessie sudah dewasa, tidak pantas lagi untuk mendapat hukuman. Ayolah, temani Papi. Mami sedang pergi ke rumah bu Lurah," ujar papi.

"Ok, Jessie siap-siap dulu."

Senyum papi mengembang. "Papi tunggu di bawah." Papi beranjak dan keluar kamar lalu menutup pintu.

*

Cafe khusus hidangan es krim milik om Wahyudi---teman papi--tidak terlalu besar, namun terkesan mewah. Hidangan yang disajikan namanya aneh-aneh, tetapi cukup membuat penasaran.

Seorang pelayan yang mencatat pesanan kami harus sabar menjelaskan detail es krim apa saja yang tertulis di menu. Setelah sepuluh menit pesanan kami datang. Penyajiannya sangat menarik, aku sampai bingung bagaimana cara memakannya. Harganya bukan untuk kelas menengah ke bawah, tetapi jelas diperuntukkan orang-orang kalangan atas. Tapi kali ini ditraktir papi, aku pesan banyak nggak apa-apa lah. Aku pesan dua macam es krim, sedangkan papi hanya pesan satu macam.

"Ehmm Jess, semua es krim kamu rasa vanila. Hanya bentuk dan kombinasi topingnya saja yang berbeda," komentar papi setelah mencicipi es krim pesananku.

"Iya, Pi. Jessie suka rasa vanila karena mudah disebutkan. Kalau ada yang tanya, jawabnya enak, 'vanila'. Coba kalau rasa Blue-Ber-ry. Harus hati-hati menyebutnya, biar tidak keseleo lidahnya," ujarku yang membuat papi tidak berhenti tertawa.

"Papi masih ingat, kamu pertama kali menyebut blueberry dengan boobberry." Papi berkata sambil menertawakanku.

"Papi, itu 'kan masa-masa kelam yang tak perlu diungkit lagi." Aku mengerucutkan bibirku karena kesal.

I Love You, Suamiku!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang