Ajeng langsung tersadar merasakan posisinya sekarang yg sedikit sulit. Begitupun dengan pemuda yg telah menolongnya itu.
" Hemm....Maaf. Terimakasih sudah membantu saya. Kalau anda tidak refleks menolong saya mungkin akan fatal bagi tubuh saya." Ajeng membungkuk sekali lagi.
Pemuda itu menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Hehe. Iya. Makanya lo harus fokus jangan teledor." Mereka saling memandang kemudian tersenyum. Ajeng masih bingung dengan perasaannya yang tidak karuan. Jantungnya masih berdebar kencang.
"Ya sudah. Sekali lagi terimakasih mas. Silahkan dinikmati, maaf sudah mengganggu makan siang anda." Ajeng kembali membungkukkan badannya. Memasang senyum termanis untuk pelanggan terakhirnya di restoran itu.
Ajeng melangkah gontai, sesekali membalikkan badan kembali menatap restoran yang telah memberinya makan dan hidup selama lima tahun. Tempat yang sudah sedikit mengurangi kesedihannya selama ini. Dan dia sudah berjanji semalam untuk bangkit dan tidak cengeng lagi. Ia akan berdiri tegar menghadapi semua masalah yang menerjang kehidupannya.
Pengunjung itu mencari cari seseorang yg terakhir ia tolong tapi tidak muncul lagi. Ada banyak pengunjung yang datang namun dilayani oleh pelayan yang berbeda.
"Dimana wanita itu?" Lirihnya dlm hati.
"Maaf mba, waiters yang tadi membawa makanan saya dimana?" Ttanyanya pada seorang pelayan didekatnya.
"Oh. Si Ajeng mas, dia sudah pulang. Mas ini pengunjung terakhir yang dilayani. Kenapa mas, Ajeng memang yang terbaik melayani pengunjung. Tapi sayang dia sdah dipecat."
Pelayan itu menjelaskan dengan raut sedih. Pemuda di depannya menyelidik penuh tanya.
"Emangnya dia dipecat karena apa yah mba?" Tanya pemuda itu menginterogasi.
"Maaf mas itu urusan restoran kami. Kami tidak boleh membeberkannya. Permisi."
Pemuda itu bangkit dari tempat duduknya. Ia meletakkan beberapa lembar uang seratus ribuan, sebelum akhirnya menghilang dari pandangan pengunjung dan karyawan restoran itu.
"Bagaimana makannya den? Tidak kalah enak kan dengan masakan Paris?" Supir itu terus menatap Al dari balik kaca mobil.
"Iyya pak, ternyata Indonesia punya banyak kejutan menyambut saya." Al menjatuhkan kepalanya ke sandaran kursi.
"Hey siapa gadis itu. Mengapa terasa tidak asing bagiku. Jantungku pun rasanya ingin loncat dari tempatnya ketika berada di sisinya. Mungkinkah aku jatuh cinta pada pandangan pertama? gadis pelayan itu. Aduh Al apa yg kau pikirkan. Kau hanya terpesona dgn kecantikan gadis itu. It is not love." Lirih Al dlm hati.
***
"Halo, yang bener Nin? Kenapa lo nggak susul Ajeng? Takutnya Ajeng kenapa-kenapa. " Suara di balik telpon itu terdengar sangat khawatir.
"Gue masih kerja Vin, lagian Ajeng nggak mau dianter pulang." Nina menceritakan pada Kevin mengenai keadaan yang terjadi pada Ajeng hari itu.
"Ya udah, lo nggak usah khawatir. Lo lanjut kerja aja, biar gue yang nyari Ajeng." Sahut Kevin di balik telpon.
"Iyya Vin, lo jagain Ajeng, semoga dia baik-baik aja." Nina menutup sambungan telpon.
Brandon yang sedari tadi memperhatikan Nina ikut bersedih melihat Nina menangis. Bagaimanapun Ajeng sudah banyak membantu dan menghibur Brandon selama ini. Ajeng yang dengan tulus mengajari Brandon dan memberikan nasehat-nasehat bijak buatnya, meski Ajeng sendiri terlihat sangat rapuh.
"Tuhan, apa memang aku ini ditakdirkan seperti ini. Sejak kecil aku selalu menderita, masalah selalu datang menghampiriku. Tapi aku berterima kasih karena Kau mengirimkanku pangeran kodok. Tapi sekarang aku tak punya alasan lagi untuk bertahan. Entah kemana perginya Yuda, dia sudah membawa separuh hidup dan bahagiaku. Aku tidak kuat lagi Tuhan, aku...hiks hiks..." Ajeng memeluk kedua lututnya. Mencoba mengingat kembali memori indahnya bersama Yuda.
"Aku tidak kuat Tuhan. Tidak..." Ajeng bangkit dan berdiri.
Ia menyadari jika sebentar lagi hujan. Ia mencoba merentangkan tangannya membiarkan semilir angin memeluk tubuhnya.
"Aku yakin, cinta akan menuntunmu kembali padaku pangeran kodok, kamu pasti kembali menemuiku." Lirihnya dalam hati.
Tiba-tiba suara seseorang mengagetkannnya. Ini bukan suara Kevin yang memang selalu ada ketika Ajeng sedang sedih disana. itu suara yang lain. Suara siapa? Jantung Ajeng berdegup semakin kencang, mungkinkah???
"Hey kamu, sebentar lagi hujan, berteduhlah. Hey..." Suara yang ternyata seorang pemuda itu mendekatinya. Ajeng belum berbalik. Ia masih berusaha mengontrol debaran jantungnya.
"Pangeran kodok..."
Ajeng berbalik memeluk lelaki pemilik suara itu. Membiarkan hujan membasahi tubuh mereka berdua. membiarkan dingin menyergap mereka.
"Biarkan begini Tuhan, sejenak saja. Aku tahu pasti hatimu yang menuntunmu kembali pangeran kodok..." Lirih Ajeng sembari terisak dan semakin mengeratkan pelukannya.
Yah....ternyata sipemuda yg bikin jantung si Ajeng dug dug ser si ganteng Al toh....cieh cieh. love at first sight nih ye...
kasian yah Si Ajeng, sedih banget hidupnya...sabar yah Jeng!!wah, pangeran kodok kembali. Akhirnya penantian Ajeng bersambut. Hati akan menuntun mereka...so sweet!!!'
kira2 apa yg akan terjadi selanjutnya? Bagaimana dengan Al? Verel dan sahabat2 Ajeng. Bagaimana kelanjutan cinta Pangeran kodok???tunggu yah!!
jgn lupa koment dan vote kalau penasaran!
Next yah...
KAMU SEDANG MEMBACA
Arti sahabat ( Arti Cinta)
Romanceini kisah tentang PERSAHABATAN DAN CINTA. dua kata yang berbeda namun memiliki makna yang sama besarnya. SAHABAT DAN CINTA, di dalamnya sama-sama ada sayang, namun dengan racikan yang berbeda. Bagaimana ketika hidup mengaruskan kita memilih, antara...