Chap 39

980 105 23
                                        

Al tiba di apartemennya setelah melewati perjalan Paris Jakarta yang cukup  melelahkan. Bukan soal perjalanan saja yang membuatnya lelah, tapi justru masalah yang sedang bertumpu di pundaknya lah yang sekarang sangat menganggunya. Tentang kesalahan fatal yang dilakukan ayahnya untuk membuatnya bertahan hidup dengan membunuh orang lain. Tentang rasa sakit yang selalu menerjang jantungnya. Tentang gadis sendunya, si nona pemaaf yang kini sangat ia rindukan.


"Ajeng, aku sangat merindukanmu. Maafkan aku Ajeng. Tapi bisakah kita bertemu lagi? Aku butuh kamu Ajeng. Aku butuh kamu di sisiku." Lirih Al sembari merebahkan tubuh atletisnya di ranjang big size nya.

Al kembali mengambil handphone di saku celananya. Menatap layar ponsel dimana gambar gadis sendunya lah bertahta indah di sana. Al tersenyum menatap wajah Ajeng kemudian menggeser layar hp nya untuk menemukan kontak Ajeng Si Nona sendu. Al menekan tombol panggil ke kontak Ajeng, hanya untuk memastikan saja, seperti yang setiap hari ia lakukan selama ini meski selalu saja sama, nomor Ajeng sedang tidak aktif.

Al langsung beranjak bangun memperbaiki posisinya saat mendengar nada yang kini berbeda, bukan lagi sedang tidak aktif tapi nada yang berbeda untuk menunggu sang empunya mengangkat panggilan.

tut tut tut...

"Ayo Ajeng, plis angkat." Al mondar- mandir di kamarnya. Terus berusaha mengulangi panggilan itu saat tak ada jawaban dari sana. Namun seketika jantung AL berdebar saat suara itu, suara yang sangat ia rindukan itu menggema dengan indah di telinganya, dari balik hanphonenya.

"Assalamualaikum..."

Al masih terdiam mendengar suara yang sangat ia rindukan.  Suara gadis yang beberapa bulan ini tak pernah ia dengar dan selalu menghantuinya dengan rasa rindu yang teramat dalam.

"Halo...Siapa nih?"

"A....A...Ajeng..." Al mengucapkan nama Ajeng dengan terbata- bata.

"Iya, siapa nih?" Lanjut seorang dibalik telpon.

"Aku Al Ajeng. I miss you so much."

"Al? Al siapa yah?"


***

Ajeng memperhatikan baik- baik layar handphonenya. Baru saja orang yang menelponnya mematikan telpon namun terdengar nada kekecewaan di balik sana. Ajeng kembali membaca nomor itu, nomor yang sepertinya tidak asing, namun ia tidak tahu karena handphonenya memang baru dibelikan oleh Brandon tadi pagi setelah hp lamanya rusak. AJeng hanya memasang kembali kartu lamanya.

 "Siapa yah orang ini? Al? Siapa Al? Sepertinya aku tak punya teman atau kenalan dengan nama itu. Tapi kenapa tadi orang itu tahu namaku, bahkan mengatakan I Miss You padaku. Siapa sebenarnya orang itu? Sepertinya suaranya tidak asing di telingaku."

Ajeng terus menatap layar ponselnya hingga suara ketukan dan suara seseorang memanggilnya dari luar. Ajeng bangkit dan membuka pintunya.

"Yuda...." Ajeng berhambur memeluk erat pemuda di depannya. Pemuda itu hanya tersenyum sembari membalas pelukan Ajeng hanya dengan belaian lembut di rambutnya.

"KAu sudah baik?" Pemuda itu menatap wajah Ajeng. Ajeng melepaskan pelukannya.

"Tentu saja. Lihatlah, aku baik- baik saja berkatmu pangeran kodokku sayang." Ajeng merangkul pemuda itu masuk ke dalam kontrakan kecilnya. Ia mempersilahkan pemuda itu duduk dan Ajeng terus menatapnya.

"Kenapa Yud? KAmu ada masalah? Kenapa kamu kelihatan tidak bersemangat? Apa kamu sakit?' Ajeng meletakkan tangannya di jidat pemuda itu.

Pemuda yang tak lain adalah Verrel itu hanya menatap Ajeng.

"Seandainya lo tau Ajeng, gue bukannya sakit di situ, tapi di sini, di hati gue. Melihat lo begitu bahagia menyambut kehadiran gue, rasanya gue sangat bahagia. Tapi setelah menyadari bahwa yang lo lihat bukan gue, tapi orang lain, rasanya itu jauh lebih menyakitkan dibanding lo melihat gue sendiri meski membenci gue. Ajeng, tolong jangan bikin gue merasa bersalah seperti ini. Gue sepertinya ingin egois dan segera menyadarkan lo, tapi gue terlalu cinta sama lo dan rela terluka asal lo bisa bahagia dan tersenyum."

Verrel hanya memendam semua yang bergejolak di hatinya. Membiarkan Ajeng menganggapnya Yuda, dan mencoba menikmati perlakuan Ajeng yang mencintainya sebagai orang lain.

"Kamu nggak papa kan Yud?" Ajeng kini memegang tangan Verrel. Verrel membalasnya, mengusap pelan pipi Ajeng dan memberikan ketenangan agar rasa khawatir Ajeng menghilang.

"Aku nggak apa- apa Ajeng. Aku hanya sedang lelah dengan pekerjaan kantor yang terlalu banyak. Aku hanya ingin di sisimu Ajeng, menghilangkan semua kepenatannku. Kau tahu kan, kau sumber dari segala kekuatan dan semangatku?" Verrel menatap wajah Ajeng yang kini sudag berubah, tak terlihat raut kesedihan lagi di sana.

"Ajeng, gue boleh saja bersalah karena berbohong bahwa gue Yuda, tapi semua yang gue katakan sama lo itu benar. Mengenai cinta gue yang besar untuk lo. Mengenai lo yang bisa jadi semangat gue, dan mengenai bahwa hanya dengan menatap wajah lo semua beban di pundak gue terasa ringan. Gue akan ikhlas ngejalanin semua ini bagaimanapun menyakitkannya asal lo bahagia Ajeng. Hanya demi lo."



***

Al masih tak menyangka, suara yang jelas- jelas dengan mudah ia kenali adalah gadis yang ia sangat cintai justru tak mengenalinya. Mengenal suaranya bahkan saat ia menyebut namanya pun, gadis itu masih tak mengenalinya.

"Ada apa sebenarnya sama kamu nona maaf? Kenapa kamu justru tak mengenaliku? Bukannya kau sudah berjanji akan selalu di sisiku?  Bahkan aku mendengarmu menangis di rumah sakit waktu itu mengatakan bahwa kau sudah mulai memberikan hatimu untukku? Lalu kenapa justru kau menghilang Ajeng? Saat aku membuka mataku, justru bukan wajah sendumu yang aku temui. Kenapa kamu justru menghilang saat aku merasa kita akan semakin menyatu. Apa karena kau takut dengan penyakitku ini? Takut bahwa kau akan kehilangan lagi, dan kau takut untuk menjadi semakin menyedihkan karenaku? Ajeng, aku bahkan memiliki kekuatan yang jutaan lebih banyak semenjak mengenalmu. Aku tak peduli lagi dengan rasa sakit di jantuungku ini, karena aku lebih menyukai debaran hebatnya saat di sisimu. Ajeng, aku tak pernah sebahagia ini semenjak bersamamu, dan juga tak pernah sesakit ini setelah kehilanganmu. Kau begitu penting dalam hidupku Ajeng. Jantungku jauh semakin lemah saat kau tak di sisiku. Aku bahkan merasakan ia akan berhenti berdetak saat kudengar kau tak mengenaliku. Apa yang terjadi dengan kita Ajeng? Apa Tuhan sedang menguji cinta kita? Bukankah cinta ini baru saja tumbuh? Kenapa Tuhan justru sudah membiarkan hama untuk menggerogotinya. Tapi aku berjanji Ajeng. Demi hidupku, demi jantungku yang semakin lemah ini. Aku akan menemukanmu dan menyatakan betapa cintaku sangat besar untukmu. Aku tak peduli bahwa pemilik jantung ini menolak tubuhku karena aku tak pantas, tapi aku akan berusaha untuk hidup bahkan seribu tahun lagi untuk menjagamu dan membuatmu bahagia. Membuatmu menjadi tak menyedihkan lagi. AKu ingin membahagiakanmu dengan seluruh detak jantun yang tersisa di hidupku. I promise Ajeng."



author kece balik lagi. Ada yang rindu dengan story ini???Nggak ada yah??sedihnya....hiks hiks,,,,

ooke fiks, kaka author kece valik lagi meski nggak sepenuhnya diharapkan,,,kasihan.

terimakasih buat kalian yang masih setia jadi readers aktif yang rajin ngasi bintang dan komen yang luar biasa. Bikin kaka terharu deh...

terimakasih saran, krirtik dan komen yang sangat keren dari kalian...KAka author upayakan segala cara supaya kalian menikmati story  abal- abal ini..

Oke jangan lupa di VOTE DAN DIKOMEN kalau selesai di read yah, penting lo....


Arti sahabat ( Arti Cinta)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang