Chap 40

1K 101 11
                                    

Al pergi ke dokter memeriksakan keadaan jantungnya yang akhir- akhir ini semakin menyiksanya. Tekanan batin yang ia alami membuatnya semakin terpuruk. Al menuju mobilnya setelah menebus beberapa obat di apotik. Al mengemudikan mobilnya, namun saat mobilnya berhenti di suatu tempat ia kembali  memegangi dadanya yang terasa sakit. Al sendiri bingung, mengapa ia tiba- tiba pergi ke tempat itu. Tempat yang mempertemukannya pertama kali dengan gadis sendu yang selalu meminta maaf itu. Gadis menyedihkan yang selalu berterimakasih padanya. Al turun dari mobilnya, menuju taman itu. Ia duduk menikmati semilir angin malam yang dingin. Ia duduk di kursi besi panjang itu. Al terpaku, menatap lurus danau itu.

Tanpa sadar air mata Al keluar dari kelopak matanya. Rasa sakit yang mendalam atas semua kenyataan yang ia terima. Kenyataan menyakitkan mengenai kehidupannya yang telah merenggut nyawa seseorang. Kenyataan menyakitkan bahwa Ajeng tak ingin berbicara dengannya dan mungkin akan melupakannya. Kenyataan yang sangat menyakitkan bahwa cintanya yang besar kepada gadis itu akan bertepuk sebelah tangan.

Al mengangkat kepalanya pelan saat ia merasakan seseorang datang. Sontak ia menatap mata orang itu cukup dalam. Hanya saling menatap cukup lama. Mata gadis yang sangat ia cintai. Mata sendu gadis yang sangat ia rindukan. Mata menenangkan gadis yang memberinya semangat untuk tetap bertahan hidup demi gadis itu. Al bangkit dari kursi. Gadis di depannya hanya menatapnya dalam diam. Al tak berpikir apa- apa lagi, ia berlari memeluk gadis itu. Memeluknya erat seperti tak ingin melepaskannya lagi. Memeluknya sangat erat menunjukkan betapa ia mencintai gadis itu.

"I love you Ajeng." Al terisak di bahu Ajeng.

Semua pertahannya runtuh.  Selama ini, ia tak pernah merasakan cinta yang luar biasa kepada siapapun. Dan semuanya berubah saat ia bertemu gadis itu. Gadis yang menangis memeluknya malam itu.

Ajeng hanya terdiam. Tak melakukan apa- apa. Membiarkan pria  asing itu memeluknya. Ia tak tahu harus berbuat apa. Di satu sisi ia tak mungkin menerima pelukan orang yang tak ia kenali sama sekali. Namun di sisi lain, jauh di lubuk hatinya yang terdalam, ia merasakan sesuatu yang aneh pada pemuda itu. Ia merasakan jantungnya berdebar dan juga hatinya teriris saat pemuda tampan itu menangis di pundaknya. Ajeng merasakan keanehan luar biasa saat pemuda itu mengatakn cintanya padanya.

"I miss you Ajeng." Al semakin mengeratkan pelukannya.

Al perlahan melepaskan pelukannya. Memberikan sedikit jarak antara tubuhnya dan Ajeng. Al menatap wajah gadis itu cukup dalam. Namun saat Al hendak mencium kening Ajeng, Ajeng sontak menamparnya. Al memegang pipinya. Tamparan keras dari tangan Ajeng memang cukup perih, namun sakit di hatinya jauh lebih perih. Sakit akan penolakan gadis itu.

"Lo siapa berani nyium gue?" Ajeng melangkah mundur perlahan.

"Ajeng, aku Al." Al medekati Ajeng mencoba memegang tangannya. Namun Ajeng menepisnya secara kasar..

"Al siapa? Kayaknya lo salah orang deh. Gue ngerasa nggak kenal sama lo."

Al terpaku di temapatnya. Jantungnya terasa sakit. Ia memegangi dadanya. Menahan sakitnya.

"Ajeng, kamu kenapa sih? Kamu marah sama aku?" Al kembali mendekati Ajeng.

"Apa sih lo? Gue bilang gue nggak kenal sama lo. "

Ajeng berlari meninggalkan Al. Namun entah mengapa Ajeng merasakan sakit melihat pemuda itu menangis. Awalnya Ajeng mengunjungi taman itu karena merasa bosan sendirian. Yah, Verrel yang disangkanya Yuda melarangnya kemana- mana, dan bahkan Ajeng berhenti bekerja di restoran. Ajeng memutuskan untuk menghibur diri di taman yang menyimpan banyak kenangan bersama Yuda. Tapi, bukannya merasakan ketenangan di sana, Ajeng malah merasakan sesuatu yang berbeda. Sesuatu yang mengusik hatinya. Tatapan pemuda tampan itu yang jujur sangat mempesona meski terlihat menyedihkan. Pemuda yang memeluknya, dan dari pelukan itu Ajeng justru merasakan kehangatan yang berbeda. Dan ketika pemuda itu mengatakan kata yang menurutnya hanya Yuda yang boleh mengatakannya, Ajeng justru merasakan hal yang lain, dari lubuk hati terdalamnya yang bersamaan dengan detak jantungnya yang bergemuruh, Ajeng merasakan bahagia mendengarnya.

Arti sahabat ( Arti Cinta)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang