Chap 18

1.2K 139 8
                                    

Verrel dan Brandon bertugas mengantarkan catering ke sebuah perusahaan. Verrel terlihat sangat kesal harus berangkat bersama Brandon yang memang selalu terlihat ingin menikamnya. Mobil perusahaan tiba di depan sebuah butik yang terlihat ramai.

"Buruan lo bawa sonoh!" Perintah Brandon setelah turun dari mobil.

"Lo juga dong, kita kan bertugas berdua." Elak Verrel

" Ya udah lo konfirmasi dulu ke pemilik butik ini, kali aja kita salah tempat." Brandon menyamakan alamat yang dipegangnya dengan banner butik itu.

"Lo yah, bawel kayak pacar lo tuh si cewek galak." Ujar Verrel.

"Siapa cewek galak pacar gue?"  Tanya Brandon penasaran, karena ia merasa status jomblonya belum berubah sama sekali.

"Yah siapa lagi, cewek tergalak yang pernah gue temui. Manajer palsu." Ucap Verrel dengan nada kesal.

"Ajeng??ah lo bener-bener yah. Ajeng itu gadis termanis yang pernah gue temui di muka bumi ini men...lo nya aja yang songong, keluar tuh tanduknya Ajeng. Lo kan nggak cocok dibaikin."

"Brengsek lo, semua cewek- cewek ngejar- ngejar gue dengan manis ya."

"Yah...cewek-cewek itu pasti gila. ahahah...btw, thanks ya lo udah doain gue. Gue aminin. semoga Ajeng bener-bener bisa jadi cewek gue." Brandon menengadahkan tangannya terlihat berdoa.

"Ya lo emang serasi banget, cewek galak sama cowok aneh. Sini gue masuk." Verrel mengambil kertas yang dipegang Brandon dengan terpaksa.

"Awas lo yah, kalau bukan anaknya Pak Bramasta, lo udah berakhir di bangsal. Belum tahu dia kalau gue ponakannya Jackie chan, Nggak lihat sipit-sipitnya kita udah persis."

Verrel memasuki butik itu, mendekati salah satu karyawan yang berdiri di depan pintu menyambut tamu.

" gue dari Bramasta Restauran, gue mau ketemu sama pemilik butik ini? Soalnya ada pesanan catering yang kami antarkan." Tanya Verrel.

"Oh yah, saya pemiliknya. Silahkan antarkan saja masuk." Jawab seorang wanita yang baru saja menghampirinya.

Wanita muda yang cantik dan anggun dengan setelan yang menawan. Verrel terkesima bagaimana bisa gadis muda ini pemilik butik besar seperti ini. Kemudian ia menggaruk tengkuknya dan menjawab sendiri pertanyaannya.

"Paling warisan orang tua, entar juga gue kaya gitu. Pemuda tampan mempesona, kaya raya pewaris tunggal yang akan dikelilingi oleh banyak gadis-gadis. ha ha ha." Verrel terkekeh membayangkan masa depannya. Tiba-tiba, ekspresinya kembali berubah. "Tapi itu akan terjadi sebaliknya kalau cewek galak itu yang akan mimpin perusahaan. Oh my god, ketampananku ini memang modal utama, tapi kualifikasi sebagai pria paling bersinar akan kurang kalau gue nggak berhasil mewarisi perusahaan papah. Fuh,,dasar cewek galak."

Verrel sibuk berargumen dengan dirinya sendiri. Pemilik butik dan karyawannya terlihat bingung dengan tingkah pemuda tampan itu. Verrel kemudian keluar menghampiri Brandon yang menunggu di mobil, kemudian mereka berdua membawa makanan itu masuk ke dalam butik.

"Aneh banget tuh cowok. Karyawan kok sombong gitu perangainya. heran gue. Gayanya blagu banget, modal tampang juga." Ketus pemilik Butik itu.

"Memang tampan kok bu Chika." Jawab karyawannya.

"Heh, kamu ini, sudah sana kerja!" Chika memarahi karyawannya tetapi kemudian tersenyum memandangi lelaki itu dari jauh.

"Sepertinya gue pernah lihat. Mukanya kayak nggak asing. Dimana yah?" Ucapnya.

***

Ajeng mengerjapkan matanya menguap panjang meregangkan kedua tangannya. Ia terbelalak saat mendapati dirinya sedang di atas kasur empuk itu. Ia mengedarkan pandangannya dan menemukan Al sedang duduk di meja kerjanya, serius mengetik di laptop. Al melihatnya.

"Sudah bangun?" Al tersenyum ke arah Ajeng.

Ajeng bangkit dari kasur merapikan ranjang itu kemudian mendekati AL.

" Kok aku bisa?" Tanyanya sambil menunjuk tempat tidur Al.

Al hanya terkekeh. "Tadi kamu ketiduran disini. Kamu ini, sok sokan mau mengerjakan pekerjaan saya, padahal kamu nggak mengerti sama sekali kan? Tenang saja, ini sudah selesai kok. Tugas kamu hanya mendampingi saya Ajeng, ketika saya harus meninjau beberapa lokasi dan kamu juga bisa memberikan ide-ide brilian kamu nantinya. Kalau grafik kayak gini, mana bisa kamu mengerjakannya." Al mematikan power lapotopnya.

"Eh, iya. maaf." Jawab Ajeng.

Al lagi-lagi tertawa. Menutup mulutnya dengan tangan kanannya seperti orang batuk. Ia tampak sangat mempesona bahkan dengan tertawa sekalipun.

"Ya sudah cepat ambil tas mu, aku akan mengantarmu pulang, ini sudah larut."

Al bangkit dari kursi, menuju lemari pakaian dan mengambil jaket di sana. Al memang berpakaian santai. Ia tak memakai kemeja, jas dan celana kain seperti saat di kantor. Ia hanya mengenakan celana jeans dengan kaus putih polos lengan pendek yang memperlihatkan tangan kekarnya. Dada bidangnya terpahat sempurna di balik kaosnya yang pas di badan.

Mereka menuju parkiran, Al dengan sangat gagahnya keluar dengan motor besarnya. Bahkan meski tertutup helm pun, ia tetap mempesona. Ajeng naik ke motor, dengan posisi duduk samping karena ia mengenakan rok selutut. Seketika Ajeng mengenang kembali memori saat bersama Yuda. Yuda sangat suka mengantar dan menjemputnya dengan motor seperti ini. Saat hendak jalan, Al mematikan mesin motornya, kemudian turun dari motor. Ajeng heran dan ikut turun. Al tepat berada di depan Ajeng.

"Nih, Kamu bisa sakit kalau harus kena angin malam begini." Al membuka jaketnya dan memakaikannya ke tubuh Ajeng. Ajeng hanya terdiam, kemudian memegang ujung jaket itu di bahunya.

"Maaf yah, mobilku dipake Mang Ujang. Anaknya masuk rumah sakit di Bandung, daripada dia harus naik kereta, jadi aku suruh saja pakai mobil supaya memudahkan juga disana sama keluarganya."

Al tersenyum merapikan jaket yang Ajeng kenakan, kemudian kembali naik ke atas motornya. Ajeng tersipu malu, pemuda itu selalu saja membuatnya gugup dan jantungan. 

Motor Al melaju memmbelah jalan ibu kota. Si arjuna tampan dan sesosok dewi di belakangnya. Ajeng memegang pundak Al, berpegangan agar tidak terjatuh. Al yang merasakan tangan Ajeng hanya tersenyum. Ajeng mungkin tidak tahu betapa berdebarnya jantung Al sekarang disentuh Ajeng, meskipun itu karena Ajeng terpaksa hanya takut jatuh. Tapi Al sudah merasakannya. Si Nona maaf itu sangat sukses membuat fisiknya yang tadi melemah menjadi kuat, namun disisi lain gadis ini justru melemahkan jantungnya karena harus bekerja ekstra keras dalam berpacu.

ini chap terakhir hari ini yah,,,kaka senang kalian mengapresiasi story yang hancur ini. Untuk selanjutnya kaka author minta komen saran dan kritiknya. Semoga karya sederhana ini layak dibaca, nggak mengandung hal yang kurang baik dan tidak merugikan atau menyakiti siapapun. Terimakasih buat kalian yg rajin vote dan ngasi komentar dan semangat buat kaka authornya, jujur kaka jd tambah semangat berkali-kali lipat seperti pesona AL dan Yuki. Jangan lupa di share dan direkomendasikan yah story ini kalau merasa layak dibaca. yang baru mampir, salam kenal dari author Ranhy,

skefo, chap selanjutnya bakal seru loh. lebih greget scene nya. AL dan Ajengnya dapat banget. Verrel Ajengnya jg makin gimaana gitu...Tapi kaka simpan dulu yah soalnya udah tengah malam. Yang UAS harus beelajar. Kaka jg sudah mau tidur, besok harus mengawas ujian...hehehe..selamat penasaran readers k yg kece...



Arti sahabat ( Arti Cinta)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang