Nina masuk ke dalam restoran tempatnya bekerja. Nina memang hanya bekerja part time dan kerjanya bukan sebagai waitres seperti Yuki, dia sebagai kasir di restoran itu.
"Hei, apaan sih kok pada ngumpul?" Nina melongo mencoba mencari tahu.
"Noh, si Ajeng, tanduknya keluar. Ah, sudah lama gue menanti suaranya. Selama ini dIa hanya senyum ke gue. Ternyata dia bakalan bersuara kalau ada yang nggak beres. Dia memang bener- bener bidadari. Cantik, baik, luar biasa...Ahh...." Nina menutup mulut temannya.
" Brandon..stoppp!!!Mana Ajeng? " Brandon, yang juga karyawan di restoran itu menatap Ajeng yang mendekatinya takjub.
"Nin, baru datang?" Nina memandangi baju Ajeng yang basah dan penuh jus.
"Lo kenapa Jeng? sini gue bersiin." Nina membantu Ajeng membersihkan bajunya.
"Gak papa kok, ya udah gue ke toilet dlu bersihin ini." Ajeng berlalu meninggalkan Brandon dan Nina. "Ceritain gue Don..."Bujuk Nina menarik lengan baju Brandon.
" Don..Don...Emang gue Dono. Come on gue reka ulang kejadiannya di TKP." Brandon menarik tangan Nina menuju meja kasir.
Brandon menceritakan secara detail dengan ekspresi yang lebay. Nina hanya mengangguk 'hum, wow, bener?' dan seterusnya. Ajeng kembali dari toilet. Tiba-tiba seorang karyawan lain datang.
"Jeng, lo dipanggil Direktur noh. Mau dinaikin kali gaji lo. Hahaha." Nina, Brandon dan Ajeng kompak saling tatap. Ajeng berlalu meninggalkan dua rekan kerjanya yang sibuk dengan argumennya masing-masing.
"Assalamualaikum Pak, permisi." Ajeng mengetuk pintu.
"Masuk Ajeng". Suara direktur yang terkenal pemurah dan baik itu mempersilahkan Ajeng.
"Ada apa ya Pak, Bapak memanggil saya." Ajeng membungkukkan sedikit badannya.
Tiba-tiba seseorang keluar dari toilet ruangan Sang Direktur.
"Loh, bukannya itu,,laki2 brengsek itu, dasar." Omel Ajeng dalam hati.
"Oh, noh pelayan sialan itu pah, yang nyiram gue pake jus. kurang ajar kan?"Pemuda itu melangkah mendekati Ajeng. Ajeng tersentak kaget.
"Papah..."Lirihnya.
"Noh cewek sialan..." Kata-katanya terpotong.
"Verrel...Hentikan! Bicara yang sopan. Jangan menunjuk Ajeng seperti itu." Direktur berdiri dari kursinya. "jadi Ajeng, benar kamu menyiram Verrel di depan para pengunjung?"
Ajeng hanya terdiam dan menunduk. "Ia tapi Pak", Ajeng berniat menjelaskan tapi kata-katanya terpotong.
"Tapi apa?lo sengaja men. Lo numpahin jus itu di kepala gue dan lo nonjok perut gue. Apa lo gak tau siapa gue? Gue Verrel Bramasta, calon pemilik restoran ini. Paham lo?" Verrel terkekeh, sementara Ajeng masih tertunduk.
"Ajeng, saya sebenarnya menghargai usaha kamu selama ini, tapi kali ini perbuatamu keterlaluan. Saya tahu kamu punya banyak masalah selama ini. kamu murung dan sedih, tapi tiu salah jika kamu melimphkannya pada orang lain, apalagi di depan pengujung. serahkan pengunduran diri kamu, saya akan memberikan pesangonmu".
"Tapi pak...saya..." Kata-kata Ajeng kembali terpotong.
"Bener tuh pah, gak baik buat restoran kita." Verrel kembali memasang seringaian jahilnya.
"Keluarlah Ajeng!" Perintah direktur itu.
Ajeng keluar dari ruangan direktur, air matanya menetes. Bukan karena ia dipecat, melainkan karena tuduhan Direktur bahwa ia melampiaskan masalahnya pada si Verrel. Bukankah sudah lama Ajeng memendam masalahnya dan tak pernah membuat masalah di restoran itu. Brandon dan Nina saling tatap melihat Ajeng yang melangkah malas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arti sahabat ( Arti Cinta)
Romansaini kisah tentang PERSAHABATAN DAN CINTA. dua kata yang berbeda namun memiliki makna yang sama besarnya. SAHABAT DAN CINTA, di dalamnya sama-sama ada sayang, namun dengan racikan yang berbeda. Bagaimana ketika hidup mengaruskan kita memilih, antara...