Chap 37

1.1K 104 8
                                    

hai hai author kece balik lagi. But sorry yah adek2 keceku kaka author jarang balas komen kalian soalnya laptop kembali error nih. Padahal ka udah liburan panjang yah. Pengen di lem biru kayaknya deh..Lempar beli baru...hahahaha

oke bagaimana chap sebelumnya, wah banyak yg protes hidup Ajeng menyedihkan banget. Hehe maaf yah, emang alurnya kayak gitu. Entar ada happy nya juga kok..wkwkwk

salam hangat, kecup jauh adek2 keceku readers setia dan sangat baikkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk banget...Kaka author Rhany


"Yuda????"

Verrel, Nina dan Brandon kompak saling tatap. Ajeng terus mengeratkan pelukannya pada Verrel yang dianggapnya sebagai Yuda.

"Ajeng, itu Verrel bukan Yuda." Nina menatap wajah Ajeng yang kemudian berubah. Ajeng melepaskan pelukannya. Verrel hanya terdiam. Dan sedetik kemudian Ajeng kembali jatuh tak berdaya.


"Sebenarnya apa yang terjadi sih sama Ajeng dok?Kenapa dia mengira Verrel itu Yuda. Jelas- jelas Yuda sudah meninggal. Apa terjadi sesuatu pada Ajeng dok?" Verrel menatap dokter di depannya dengan cemas. NIna dan Brandon mendengerkan dengan seksama.

"Sepertinya terjadi trauma yang mendalam pada diri Ajeng. Mungkin karena beban yang terlalu berat dan ingin ia tolak.  Saya belum menemukan persoalan secara medisnya. Tapi untuk saat ini, ikuti saja dia agar tidak terjadi stres berkepanjangan pada dirinya. Mungkin secara bertahap ia akan mengingat semuanya. Tapi silahkan dibantu dengan pelan- pelan dan sabar."


Verrel berjalan gontai keluar ruangan dokter Ajeng. Di dalam kamar perawatan Ajeng sudah ada Brandon dan Nina yang sedang asyik mengobrol dengan Ajeng. Verrel mengintip di balik pintu. Ia menatap lamat- lamat gadis itu, gadis yang telah berhasil meruntuhkan egonya dan mengubahnya. Gadis yang membuatnya jatuh cinta.

"Gue seneng lo bangun Ajeng. Gue tahu gue sangat bahagia dan jantung gue berdebar saat lo meluk gue. Tapi, kenapa harus nama orang lain yang lo sebut. Gue pengen lo menatap gue dengan cinta bukan melalui orang lain, tapi diri gue sendiri Ajeng. Verrel yang jatuh cinta sama lo."



 Al memakai kemejanya. Menatap wajahnya di depan cermin. Sudah tiga bulan semenjak ia jatuh sakit waktu itu, Al dibawa ayahnya kembali ke Paris. Ia telah kalah. Ayahnya sangat ngotot untuk membawanya kembali ke Paris. Al tidak tahu kenapa, tapi ayahnya sangat memohon agar ia tak kembali lagi Ke Indonesia. Ayahnya sampai menangis memohon kepadanya.

Al berangkat menuju kantor ayahnya. Pemuda tampan mempesona itu memang memukau banyak wanita. Tapi bagi Al, hanya satu wanita yang mampu menempati ruang spesial di hatinya. Gadis sendu menyedihkan yang membuatnya jatuh cinta. Al sangat khawatir, saat ia sadar, Ajeng tak ada di sana. Ia berkali- kali menghubunginya namun nomor Ajeng sudah tidak aktif lagi. Ia sempat ke kostan Ajeng terakhir kali sebelum kembali ke Paris, namun Ajeng tak ada di sana.

"Kamu dimana nona maaf? Gadis sendu, kamu dimana? Apa kamu baik- baik saja. Maafkan aku yang meninggalkanmu  dan tak menepati janjiku untuk selalu menjagamu. Maafkan aku Ajeng. Aku janji aku akan kembali. KAli ini aku akan meyakinkan daddy ku. Aku akan kembali Ajeng."

Al menutup matanya, menarik nafas panjang. Kali ini ia akan mencoba kembali meyakinkan ayahnya untuk kembali ke Indonesia. Bahwa bahagia AL di sana. Cintanya di sana, bersama gadis sendu itu.

Saat Al memegang gagang pintu yang sudah terbuka sedikit, Al mendengar seseorang berbicara dengan ayahnya. Al berhenti, mendengarkan baik- baik suara orang yang sedang bersitegang.

Arti sahabat ( Arti Cinta)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang