Chap 38

1K 108 5
                                    

Ajeng sudah sembuh dan kembali ke rumah kostnya. Ia diantar oleh Verrel, Brandon dan Nina. Verrel hanya terdiam, mengemudikan mobilnya konsentrasi sambil terus berpikir apa yang akan terjadi selanjutnya. Pada Ajeng, pada dirinya yang dianggap Ajeng adalah Yuda, dan pada cintanya ke Ajeng. Verrel memandangi Ajeng. Ajeng terlihat sangat jauh lebih bersemangat dibanding dulu dengan wajah ceria. Dalam hati Verrel sangat bahagia melihat Ajeng menemukan keceriaan dan bisa dekat dengannya. Namun di sisi lain, ia takut. Apa yang akan terjadi jika suatu saat Ajeng menyadari semuanya dan menjauhinya yang selama ini selalu menyakiti perasaan Ajeng.

"Kamu kenapa sih Yud? Bengong terus deh dari tadi. Kamu nggak seneng aku udah sembuh?" Tanya Ajeng ketus.

Verrel menoleh ke belakang menatap Brandon dan Nina yang tersenyum mengangguk. Verrel menarik nafas dalam- dalam kemudian menghembuskannya.

"Gue nggak papa Ajeng. Hanya sedikit lelah. Maaf yah." Verrel menatap Ajeng.

"Maafin gue yah Yuda sayang. Gue udah bikin lo repot ngejagain gue." Ajeng mengelus pipi Verrel. Verrel menahan tangisnya.

"Seandainya sentuhan lo ini bener- bener buat gue Ajeng."

Mobil Verrel akhirnya tiba di depan kontrakan Ajeng. Verrel membantu Ajeng turun dari mobil dan menuntunnya masuk ke rumah kontrakan Ajeng. Brandon dan Nina ikut di belakang mereka yang membawa tas Ajeng. Namun langkah mereka terhenti saat Chika sedang berdiri di depan pintu Ajeng. Chika menatap Ajeng penuh benci. Namun Ajeng malah berlari memeluk Chika.

"Chika gue kangen banget." Ajeng memeluk Chika erat. Namun Chika menghempaskannya.

"Lo nggak usah pura- pura baik sama gue Jeng. Gue muak sama lo." Chika mendorong Ajeng dengan paksa.

"Maksud lo apa Chik? Lo kenapa?" Ajeng mencoba mendekati Chika.

"Lo nggak usah deket- deket sama gue. Gue benci sama lo. Lo udah ngebunuh Kevin gue. Gue benci sama lo." Chika menangis. Ajeng ikut menangis.

Verrel, Brandon dan Nina menghampiri mereka.

"Lo udah ngerebut kebahagiaan gue Ajeng, Kevin dan juga sahabat gue Yuda." Chika menunjuk- nunjuk Ajeng.

"Maksud lo apa Chika? Gue ngerebut Yuda? Ngebunuh Kevin. Memangnya Kevin kenapa? Yuda, maksud Chika apa?" Ajeng menatap Verrel. Verrel hanya terdiam.

"Lo nggak usah pura- pura Ajeng. Mereka mati karena lo. Kevin dan Yu..." Belum sempat Chika melanjutkan kata- katanya, Nina langsung menamparnya.

"Kevin meninggal bukan karena Ajeng Chik. Sekarang lo harus terima itu semua. Lo ikut gue, gue akan ngejelasin semuanya sama lo." Nina menarik tangan Chika.

"Nggak usah. Lepasin gue. Denger yah Ajeng, gue bakal bikin perhitungan sama lo. Gue janji akan membuat lo jauh lebih menderita. Gue benci lo Jeng..." Chika berlari meninggalkan mereka sambil menangis.

"Chik...Chika..." Ajeng hendak mengejarnya, namun Verrel menariknya.

"Sudahlah Ajeng, Chika mungkin butuh sendiri untuk ngelewatin semua ini."

"Iyya Jeng. Ayo masuk lo harus istirahat." Lanjut Brandon.


***

Al menyeret kopernya keluar dari kamarnya. Ia sudah bertekad untuk kembali ke Jakarta. Ia tidak ingin melakukan perjodohan dengan Laura, gadis agresif yang selalu menganggunya sejak ia masih SMP. Ia sudah jatuh cinta pada Ajeng, gadis sendu yang harusnya ia lindungi. Gadis yang membuatnya jatuh cinta dan berhenti mencari wanita lain.

"Al...Kamu mau kemana?" Ayah Al menghampirinya. Al berhenti, menarik nafas panjang.

"Dady udah ngelakuin kesalahan fatal. Dan Al nggak mau daddy kembali membuat Al menderita dengan pernikahan yang nggak Al inginkan. Al mencintai orang lain Dad. I am happy with her."

Arti sahabat ( Arti Cinta)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang