chap 2

3.3K 202 10
                                        

Ajeng membuka matanya pelan-pelan. Tenggorokannya terasa kering. Ia merasakan sesuatu berat di tangannya. kini Ia sepenuhnya dapat melihat dengan jelas. tangannya yang terasa berat karena kepala Kevin menindihnya. Ia mengalihkan pandangannya ke seluruh penjuru kamarnya yang kecil. Di samping kanannya ada Nina yang tengah duduk di sandaran ranjang dengan mata tertutup. Ia tahu Nina juga pasti kelelahan semalaman menemaninya. Di sebelah Nina ada Chika yang juga tengah tertidur. Ajeng kemudian menatap Kevin yang tertidur di kursi, mungkin semalaman Kevin terus menggenggam tangannya hingga Kevin tertidur dengan kepalanya di atas tangan Ajeng.

" Kalian..." Ajeng menutup matanya pelan. Merasakan bulir airmatanya kembali menetes.

" Cukup Jeng, lo udah nyakitin dan nyusahin teman-teman lo. Mereka sangat berharga, kenapa lo biarin hidup lo yang hancur ikut menghancurkan mereka? Stop Jeng..Stop..." Lirih Ajeng dalam hati. Ajeng bangkit dari tempat tidurnya. Melepaskan kepala Kevin secara pelan-pelan, juga pelukan Nina di tangan kirinya. "Maafin gue, gue janji nggak akan membuat kalian khawatir dan sedih lagi. Gue janji." Ajeng mengusap air matanya dan tersenyum. "Betapa beruntungnya gue punya kalian."

#Paris

"Come on Dad...what's wrong? Indonesia kan negara kita. Tempat Dad, mom and me lahir. Apa yang salah kalau kita kembali ke sana. Al mau mengembangkan perusahaan kita di sana. Al pengen tahu gimana keadaan di sana. Bukankah sudah lama semenjak Al..." kata-kata Al terpotong oleh Ayahnya.

"Cukup Al, jangan bahas itu lagi. Ayah nggak mau kamu trauma lagi dan sakit lagi. Oke, kamu balik ke Jakarta. Tugasmu urus dan tingkatkan penghasilan perusahaan kita 20% selama 3 bulan. Jika tidak, you come back and stay forever di Paris. Kamu paham?" Ayahnya menatap Al lekat menunggu anaknya menyerah dengan syarat yang diajukan. Namun Al tersenyum sinis dan membalas tatapan ayahnya.

"Off course dad...sure. I can do it". Al bangkit dari meja makan menuju kamarnya. ia merebahkan tubuh atletisnya di kasur. merentangkan tangan dan kakinya. memejamkan matanya perlahan "Who are you girl?" Lirihnya dalam hati sembari membayangkan gadis yang selalu datang dalam mimpinya.

#Jakarta

" Hey,,, bangun kalian. Bukankah kalian ada kuliah pagi ini?"

Ajeng menarik selimut yang ia pakaikan tadi pada sahabat-sahabatnya. NIna dan Chika membuka mata. Ia menatap Ajeng dengan seksama. Yah, kali ini Ajeng telah bangun bahkan dengan senyum menatap mereka. berbeda dengan biasanya.

"Ajeng...ini bener lu?Ajenggggg".

Nina dan Chika berhambur memeluk Ajeng, sementara Kevin terbangun karena teriakan Nina dan Chika.

" Apa-apaan sih, Ajeng kan lagi..." Kata-kata Kevin terpotong saat Nina, Chika dan Ajeng memeluknya erat.

"Ajeng..lo..." Kevin terbata-bata menatap Ajeng. Masih belum menyangka jika Ajeng sehat. Biasanya jika semalam Ajeng pingsan karena semalaman menunggu Yuda, maka ia akan terus mengigau dan demam sampai  beberapa hari. Tiba-tiba seseorang datang membuka pintu kamar Ajeng.

"Apaan sih berisik..?"

Mereka menatap orang yang terlihat acakan itu.

"Joshua...Bukannya lo pulang semalem? Tumben pagi amat lo dateng? Sampe belum mandi gitu." Sahut Chika.

"Gue gak pulang, pas mau pulang, tiba-tiba muka menyedihkan kalian nyangkut di pikiran gue. Kasian kan lo pada begadang  trus tidur disini nah gue enakan tidur  di rumah. Jadi gue mutusin balik kesini lagi. Pas gue masuk kamar ternyata nggak ada lowongan di ranjang, tadinya gue mau tidur tengah kalian girls supaya...."

Kata-kata Joshua terpotong oleh lemparan bantal dari NIna dan Chika "Mesum lo..."

Ajeng melangkah mendekati Joshua. "Thanks ya, lo udah jagain en perhatian ama gue selama ini." Ajeng memeluk Joshua.

"Alhamdulillah, pagi-pagi udah dipeluk bidadari. Rejeki nggak kemana woe." Seru Joshua yang kemudian membuat sahabatnya kompak mengejarnya.

Ajeng kembali bekerja seperti biasanya, namun kini dengan semangat baru. Bebannya sedikit berkurang. Meski Yuda masih mengganggu pikirannnya, dan jujur saja masih ada harapan agar Yuda kembali. Namun ia berbohong pada sahabatnya agar mereka tidak khawatir lagi. Chika, Nina, Kevin dan Joshua sementara kuliah. Chika juga mengurus butik miliknya. Kevin yang memang cerdas menjadi asisten dosen sambil meneruskan kuliahnya, dan ia masih berpacaran dengan Chika. Nina juga kuliah sambil bekerja part time bersama Ajeng di restoran. Joshua juga kuliah bersama Kevin, namun ia harus pasrah ketika Kevin menjadi dosennya dan tak pernah memberinya dispensasi meski ia sahabatnya.

Seseorang masuk ke dalam restoran itu. Ajeng menatapnya lekat. Wajahnya amat tampan. Perpaduan rupa yang sempurna dengan body impian lelaki dan incaran wanita. Stilysh super keren terlihat sempurna membungkus fisiknya. saat Ajeng ingin mendekatinya untuk memprsilahkan, tiba-tiba pemuda itu menabrak seorang ibu-ibu yang berusia 50 tahunan. Ibu itu terjatuh, dan bukannya meminta maaf, pemuda itu malah dengan cueknya berjalan melewati ibu-ibu itu. Ajeng yang melihatnya gerah dan melangkah menuju ibu-ibu itu.

"Ibu, tidak apa-apa? Maafkan kami bu. Mari saya bantu." Ajeng membantu Ibu itu berdiri.

"Terimakasih nak. Kenapa kamu yang meminta maaf, kamu tidak salah. Anak itu." Ibu itu menunjuk pemuda yang menabraknya, yang masih duduk tenang di kursi sembari memainkan hp nya.

"Hey,,maaf Pak, tolong minta maaf sama Ibu itu. Dia pelanggan tetap kami, kami takut dia berpikiran negatif tentang restoran kami. Lagipula kan anda lebih muda dan jelas anda yang besalah. Tolong minta maaflah". Yuki mengumpat dalam hati. pemuda itu masih asyik.

"Itu urusan lo nona, dan gue, gak ada dalam kamus hidup gue yang namanya minta maaf. Go away!" Pemuda itu bangkit dari duduknya dan tetap tak memperdulikan Ajeng.

"Dasar lelaki tak punya sopan santun!" Ajeng berkata dengan nada sedikit lebih tinggi.

Tiba-tiba pemuda itu berbalik dan mendekati Ajeng. Dengan tatapan sinis, ia mendorong pundak Ajeng. Ajeng yang memang sedang tidak fokus langsung terjatuh kebelakang dan mengenai meja salah satu pengunjung. bBaju dan wajahnya terkena jus yang terjatuh dari meja pengunjung. Pemuda itu berbalik dan melangkah. Ajeng mengepalkan tangannya, ia bangkit. Pemuda itu semakin jauh. Ajeng meraih sisa minuman  di meja pengunjung sudah pergi. ia berlari

"Ya...cowok brengsek..."Plurrr. Semua pengunjung dan karyawan kaget.

Ajeng yang setiap harinya terlihat sendu dan lemah. kali ini ia berubah. Ajeng menyiram kepala si pemuda dengan sisa minuman tadi. kemudian. Bugh...Ajeng meninju perut pemuda itu.

"Lo pemuda sok ganteng, tadinya gue pikir lo itu paket komplit yang diciptain Tuhan, ternyata lo itu hanya seperti makanan yg tampilannnya enak tapi penuh ulat dan beracun. Cuih..."

Ajeng meninggalkan pemuda yang masih bengong menahan sakit perutnya. beberapa pelanggan dan karyawan malah mengacungi Ajeng jempol dan menertawakan pemuda itu.

"Bitch", teriak pemuda itu sambil memegangi perutnya yang kesakitan.

#Bandara Soekarno Hatta

"Entah apa yang membuatku datang kesini. Bukan masalah besar jika aku harus tinggal di Paris selamanya, toh ayahku, satu-satunya keluarga yang kumiliki di sana. Ibuku pun katanya meninggal di negeri romantis itu. Katanya sudah belasan tahun ayah meninggalkan negara ini. Tapi sekarang aku kembali, entah apa yan mendorongku. Aku hanya ingin di sini sejenak. Aku pun masih penasaran siapa gadis yang terus menangis dalam mimpiku itu. Mungkinkah dia disini? Indonesia, Mengapa kau tega membuat gadis itu terlihat begitu menyedihkan?" Al menyandarkan kepalanya di pintu mobil, sementara supir menlajukan mobil mewah itu kepusat kota Jakarta.


yayyy...sudah kan chapter 2 nya. bagaimana?? siapa yah pemuda sok itu? yang katanya kegantegannya komplit. tapi ternodai oleh sikapnya.ckckck..trus si Al sebenarnya mau ngapain yah ke INDONESIA? siapa gadis yang Al mimpikan?jangan2 gue(hahahah, ketawa jahat)...

sekian dari author, next time dilanjut. semoga suka. jangan lupa vote dan komen. promoin juga yah ke teman2 alkivers, mudah2an AS season 2 beneran ada. plis produser dengarkan harapan kami...kwkwkw..bye readers!



Arti sahabat ( Arti Cinta)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang