Ajeng melangkah lemah memasuki ruang rumah sakit itu. Dalam hati ia begitu membenci semua kejadian hari ini. Bapak itu datang tiba- tiba menceritakan semua tentang kenyataan pahit kematian Yuda. Lalu kemudian pergi secepat itu, di hadapan kedua mata Ajeng. Bagaimanapun, Ajeng bukanlah perempuan berhati keras. Ia memang mengutuk perbuatan lelaki tua itu, namun di sisi lain ia begitu iba dan kasihan padanya. Bahkan Ajeng sudah bertekad untuk menemui anak lelakinya dan berjanji untuk memaafkannya.
Kaki mungil Ajeng mendekati kamar yang ia cari. Ia menoleh ke arah Verrel. Verrel mengangguk kemudian tersenyum, memberikan kekuatan pada gadis rapuh di depannya. Ajeng membuka pintu kamar itu. Nampak sesosok pemuda terbaring lemah di sana. Selang terhubung dengan monitor dimana- mana. Ajeng mencoba menguatkan dirinya. Terus melangkah dengan pelan mendekati sosok itu.
Ajeng terdiam kaku. Ia menutup mulutnya dengan kedua tangannya. Tubuhnya tiba- tiba begitu lemah dan terjatuh di lantai putih ruangan itu. Ajeng mencoba bangkit, memegang ranjang besi itu. Namun sepertinya semua kekuatannya telah menghilang kini. Hanya air mata yang terus mengalir deras di sudut matanya. Ajeng memukul- mukul dadanya, mencoba menahan agar tangisnya tak pecah.
Ajeng berusaha bangkit sekuat tenaga, menatap sekali lagi sosok lemah tak berdaya itu di depannya. Ajeng memegangi dada orang itu, tepat di jantungnya. Air matanya masih mengalir membasahi pipinya.
"Al..."
Ajeng kemudian melangkah keluar meninggalkan pemuda yang tak lain adalah Al. Al pemuda tampan mempesona yang selama ini menjadi pahlawannya. Al, yang membuatnya merasa nyaman dan tenang. Al, yang selalu ada untuknya dan berjanji akan membuatnya bahagia. Al, pemuda mempesona yang mulai menguasai separuh hati dan jiwanya. Yang membuat dada dan jantungnya selalu bergemuruh jika di dekatnya.
"Bagaimana mungkin orang itu adalah kamu Al? Orang yang mengambil jantung Yuda. Apa yang harus aku lakukan Al? Aku mulai mencintaimu, memberikan hatiku untukmu. Lalu ini apa? Bagaimana mungkin kehidupan begitu kejam padaku. Al...Yuda..."
Verrel mendekati Ajeng yang duduk lesu di kursi ruang tunggu pasien.
"Ajeng, apa yang terjadi? Kenapa lo nangis Ajeng?" Tanya Verrel. Ajeng hanya terdiam, menatap wajah Verrel.
Selang beberapa menit, dokter yang memeriksa keadaan Al keluar. Ia menghampiri Ajeng dan Verrel.
"Sepertinya keadaannya semakin kritis. Kami sarankan ia dirujuk ke luar negeri saja." Ucap seorang dokter laki- laki, kemudian melangkah meninggalkan Ajeng yang masih menangis.
"Apa yang harus gue lakukan Rel? Kenapa semuanya datang bersamaan? Cobaan ini datang bertubi- tubi meruntuhkan kekuatanku. Apa yang harus gue lakukan Rel? Al...Aku mulai mencintainya Verrel. Bagaimana Tuhan begitu kejam ingin mengambilnya kembali, setelah mengambil semua yang telah kusayangi. Apa salahku Rel?"
Verrel memeluk Ajeng. Verrel begitu sakit mendengarkan pengakuan bahwa gadis yang dicintainya mencintai orang lain. Namun yang membuatnya lebih terluka adalah melihat gadis itu semakin rapuh dan menyedihkan.
"Lo harus kuat Ajeng. Lo gadis kuat. Gadis hebat, gue yakin lo bisa melewati semua ini." Ucap Verrel sembari menghapus air mata Ajeng yang tak hentinya mengalir deras di pipinya.
"Al, kamu harus kuat. Kamu harus sembuh untukku, dan untuk Yuda. Aku benar tentang keyakinanku bahwa Yuda tak pernah meninggalkanku. Yuda masih ada, jantungnya hidup bersamamu Al. Tolong jangan biarkan aku menyesali hidupku jika harus kehilanganmu lagi Al. Yah, aku mencintaimu Al. Entah karena jantung Yuda yang bersemayam di tubuhmu, atau entah karena takdir yang mempertemukan kita melalui semua kejadian menyakitkan di hidupku. Kau hadir memberiku ketenangan. Menjadi sahabat yang selalu membantuku. Al, kau tahu kan, aku mulai mencintaimu. Aku memang tak akan pernah melupakan Yuda. Tapi, aku akan memberikan hatiku untukmu Al. Kumohon bangunlah, kembalilah menjadi pemuda tampan mempesona yang selalu membuat jantungku berdebar hebat. Membuatku gugup karena tatapanmu. Membuatku nyaman karena senyumanmu. Kumohon bangun Al. Aku berjanji memulai semuanya dari awal. Menjagamu, menjaga jantung berharga Yuda di dalam dadamu. Semua yang terjadi kini kumengerti. Hadirmu yang mengobati kerinduanku akan Yuda. Hadirmu yang membuatku kuat menghadapi semua. Demi aku, demi pengorbanan ayahmu yang luar biasa. Demi jantung Yuda yang sangat mencintaiku. Bangunlah, dan kita akan memulai semuanya kembali."
KAMU SEDANG MEMBACA
Arti sahabat ( Arti Cinta)
Romanceini kisah tentang PERSAHABATAN DAN CINTA. dua kata yang berbeda namun memiliki makna yang sama besarnya. SAHABAT DAN CINTA, di dalamnya sama-sama ada sayang, namun dengan racikan yang berbeda. Bagaimana ketika hidup mengaruskan kita memilih, antara...