Chap 41

1K 95 25
                                    

Verrel dan Ajeng sedang berjalan- jalan di mall. Tampak rona bahagia menyelimuti wajah manis Ajeng. Sepanjang jalan, Ajeng terus menggandeng tangan Verrel, dan Verrel merasakan kebahagiaan yang luar biasa. Bersama dengan orang yang ia cintai. Menghabiskan waktu tertawa bersama Ajeng, gadis yang kini menguasai hatinya.

Mereka kemudian menuju bioskop untuk menonton. Hari ini Verrel sengaja mengosongkan semua jadwal dan meninggalkan urusan perusahaan untuk sehari. Ia merasa bersalah karena membiarkan Ajeng sendirian dan menghabiskan waktu membosankan di rumah kontrakannya. Ajeng tentunya sangat bahagia, bagi Ajeng ia tak peduli dan tak membutuhkan apapun lagi. Melihat Yuda di sisinya itu sudah sangat membuatnya bahagia.

"Kamu mau nonton film apa Ajeng?" Tanya Verrel.

"Terserah." Jawab Ajeng sambil memasang senyum, membuat Verrel rasanya ingin meleleh.

Verrel kemudian berpikir sejenak, lalu tertawa kecil. Ajeng menatapnya curiga.

Mereka kemudian menuju kursi penonton. Nampak bioskop sudah ramai. Verrel duduk di dekat Ajeng. Ajeng membelalakkan mata saat tampilan awal film itu diputar. Ajeng menatap Verrel tajam, namun Verrel menahan tawanya menutup mulutnya.

"Yuda...harusnya kan kita nonton film romantis." Ajeng memukul bisep Verrel hanya terkekeh.

"Tenanglah Ajeng, kalau kamu takut, kan ada aku di dekatmu. Dirangkul, dipeluk ampe dicium pun aku rela." Verrel menggoda Ajeng, sontak Ajeng memukul Verrel.

Film sudah dimulai. Semua penonton terlihat tegang, begitupun Ajeng. Verrel hanya memandangi Ajeng menahan tawanya melihat ekspresi Ajeng menahan takutnya. Saat adegan paling menyeramkan terjadi, Ajeng berteriak memeluk Verrel. Verrel kembali tertawa. Ajeng yang menyadari itu langsung menghempaskan tangan Verrel.

"Ih, nyari kesempatan deh. Awas yah." Ajeng memperbaiki duduknya.

"Yang nyari kesempatan siapa coba, orang kamu yang meluk aku. Heran deh." Jawan Verrel terkekeh.

"Awas yah kamu Yuda." Lanjut Ajeng memicingkan matanya.


Film itupun selesai. Ajeng dan Verrel keluar gedung bioskop. Kata- kata makian terus keluar dari mulut Ajeng, dan Verrel yang menjadi objek makian itu hanya tersenyum dan tertawa. Tiba- tiba handphone Verrel berdering. Verrel meraih ponsel di saku celananya kemudian meminta izin kepada Ajeng untuk mengangkatnya.

"Ajeng, aku angkat telpon dulu nggak papa kan, disini berisik banget. " Tanya Verrel. Ajeng mengangguk sambil tersenyum.

"Aku tunggu di situ aja yah." Ajeng melangkah menuju kursi panjang di depan gedung bioskop.

Verrel kemudian berjalan sambil menerima telpon. Ajeng duduk memandangi muda- mudi berpasangan yang sedang menunggu untuk menonton. Ajeng tidak tahu mengapa, tiba- tiba ia merasakan jantungnya berdebar begitu cepat. Ia merasakan gugup yang aneh. Ajeng menghentak- hentakkan sepatunya di lantai. Ajeng menatap lantai marmer gedung itu, saat hendak berdiri, sontak Ajeng bertabrakan dengan seseorang.

"Auh,,," Teriak Ajeng sambil memgangi kepalanya.

"Maaf." Jawab seseorang itu dengan nada suara yang berat tapi tegas. Suara maskulin yang terdengar sangat merdu.

Ajeng mengangkat kepalanya, dan matanya menatap seseorang itu. Jantung Ajeng berpacu semakin cepat. Matanya seolah tidak ingin lepas dari pemandangan indah pemuda tampan di depannya. Orang yang ditatapnya melakukan hal sama. Menatap Ajeng cukup dalam dengan tatapan yang seolah menyiratkan kerinduan yang luar biasa.

"Ajeng..." Lirih pemuda itu pelan.

Ajeng hanya terdiam. Ia ingin mengatur ritme jantungnya yang seakan keluar dari koridor tugasnya yang berdebar terlalu cepat. Ajeng menghentak- hentakkan kakinya, entah mengapa Ajeng merasa sangat gugup di depan pemuda itu. Ajeng hendak melangkah pergi, namun kembali suara pemuda itu memanggil namanya.

Arti sahabat ( Arti Cinta)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang