Kevin melangkah masuk menuju restoran itu. Ia menuju sebuah meja dan langsung mengeluarkan handphone nya dari saku celananya. Namun ia segera menyimpan hp itu ketika matanya melihat orang yang dihubunginya. Dia, Ajeng sahabat terbaiknya. Kevin melambaikan tangan dan dibalas senyuman oleh AJeng. Ajeng lalu melangkah menuju meja Kevin.
"Vin, lo kok nggak bilang dulu kalau mau kesini?" Ajeng menatap wajah Kevin.
"Gue mau gomong sesuatu sama lo Jeng, tapi nggak disini. Kita bisa ketemu sebentar malam?" Tanya Kevin.
"Gimana ya Vin, gue sebenarnya mau nyari kontrakan dulu." Jawab Ajeng terlihat lesu.
"Oke, gue bakal nemenin lo nyari kontrakan."
"Nggak deh Vin, lo kan sibuk. Tenang aja, gue bakal cari sendiri kok. Habis itu kita bisa ketemu. Oh ya, gue bisa minta tolong nggak?"
"APapun Ajeng. Lo mau gue ngapain?"
"Tolong lo ambil beberapa barang- barang gue di kontarakan lama. Gue nggak berani kesana lagi."
"Ya udah, beres. Nanti gue kesana. Tapi kenapa bibir lo luka gini?" Kevin memegang bibir AJeng. Luka akan tamparan Adi memang belum sepenuhnya sembuh.
"Nggak papa kok. Ini gue kepentok kamar mandi, kemaren lagi puyeng." Ajeng menepis pelan tangan Kevin.
"Oke, kalau gitu gue balik dulu. Gue mau ke kampus ada kelas hari ini. Salam dari Joshua. Dia kangen banget sama lo." Kevin bangkit dari duduknya.
"Oh ya Vin, Chika gimana?"
"Lo nggak usah mikirin itu. Lagian gue udah minta maaf, mungkin dia butuh waktu. Semuanya bakal baik- baik aja kok Jeng. Lo baik -baik yah."
Kevin melangkah keluar restoran, Ajeng mengantarnya sampai pintu depan. Verrel menatap Keduanya dari jauh. Verrel memicingkan matanya tajam. Muak dengan senyuman manis AJeng yang hanya ditujukan kepada orang lain dan tak pernah untuknya.
"Lo apa- apaan sih Rel? Ngapain lo ngarepin senyum tuh cewek galak. Hah, lo nggak liat, dia sama cowok yang berbeda lagi. Dia itu busuk Rel, cuma sok manis aja di depan orang lain. Nggak usah mikirin dia. Lo harusnya fokus bagaimana cara nyingkirin tuh cewek dari sini, dan lo bebas dari semua penderitaan lo. " Verrel berbicara dengan dirinya sendiri. Tiba- tiba Brandon menghampirinya.
"Ngapain lo mandangin Ajeng kayak gitu?" Brandon menatap Verrel tajam.
"Gue males ngeladenin lo. Minggir lo." Verrel menepis pandangan Brandon.
"Eh, denger yah. Lo nggak usah pura- pura cari perhatian ma Ajeng. Awas aja lo, mulai suka sama Ajeng. Gue bakal bikin lo nyesel. Ajeng itu pantesnya ma cowok keren dan baik, nggak kaya lo."
"Apa lo bilang? Gue suka ma Ajeng? Nggak salah...Cewek miskin menyedihkan kayak gitu, nggak level ma gue. Lo nggak liat, dia gonta ganti cowok tiap hari. Mata gue udah buta kali mau ketipu ma cewek muna dan busuk kayak dia. Kerjanya cuma manfaatin orang dengan pura- pura menyedihkan. Cuih,,,gue jijik ma dia." Verrel berbicara keras dan tidak menyadari kehadiran Ajeng di belakangnya.
"Gue nggak seburuk itu." Ajeng menatap Verrel sendu, kemudian beranjak meninggalkan kedua pria itu.
"Ajeng, lo mau kemana?" Brandon berniat menahan Ajeng, namun Ajeng tetap melangkah pergi.
"Gue sibuk Brandon. Sebaiknya kalian kerjakan pekerjaan kalian." Ajeng berlalu dan menghilang dari keduanya.
"Denger yah Tuan Verrel. Gue bener- bener pengen menguliti tubuh lo sekarang juga. Lo udah bikin Ajeng sedih lagi sama bacot kotor lo itu. Yang menyedihkan itu sebenarnya diri lo sendiri, bukan Ajeng. Hidup lo menyedihkan karena hanya bisa nyusahin dan nyakitin orang lain. " Brandon meninggalkan Verrel yang masih mematung. Bukan kata- kata Brandon yang membuatnya seperti itu. Tapi tatapan sendu Ajeng yang justru membuatnya gelisah. Ia mencoba mencerna kembali kata- kata buruk yang ia keluarkan untuk gadis itu. Verrel menggeram kesal. Entah mengapa wajah sendu Ajeng sangat membebaninya kini.

KAMU SEDANG MEMBACA
Arti sahabat ( Arti Cinta)
Romanceini kisah tentang PERSAHABATAN DAN CINTA. dua kata yang berbeda namun memiliki makna yang sama besarnya. SAHABAT DAN CINTA, di dalamnya sama-sama ada sayang, namun dengan racikan yang berbeda. Bagaimana ketika hidup mengaruskan kita memilih, antara...