Chap 24

1K 124 10
                                        

Verrel menghampiri kedua insan itu. Memasang tampang datar, terlihat cukup menyebalkan di mata Ajeng.

"Mau makan apa lo?" Verrel berdiri di depan AL dan Ajeng. Al yang mendengar nada bicara Verrel langsung mengerti bahwa dia lah si anak direktur yang dimaksud Ajeng.

"Ajeng kamu aja yang pesan. Kamu pasti tau makanan spesial dan paling enak disini kan?" Al tersenyum dan menyerahkan daftar menu ke Ajeng.

"Aduh gile, pasangan alay nih mereka , pake aku kamu segala. Sok manis banget senyumnya, cakepan juga gue." Batin Verrel.

Ajeng membalas senyum Al. "Tentu. Nih Verrel, aku pesan yang ini sama ini yah."

"Ini juga cewek, palsu banget, sok kecakepan. Biasanya juga galak banget. Dasar penipu nih cewek. Pantes papah ketipu, ternyata dia selalu berpura-pura manis di depan orang."  Verrel kembali berbicara dengan dirinya sendiri dalam hati.

Verrel kemudian pergi tanpa sepatah katapun. Ia menunggu makanan pesanan Ajeng. Ia masih saja memperhatikan Ajeng diam-diam dari jauh. Dua pelayan wanita yang juga sedang menunggu makanan pengunjung terlihat sedang membicarakan seseorang.

"Keren banget yah cowok itu. Sumpah, ganteng banget. Senyumnya, manis banget", ucap seorang pelayan yang satu.

"Tapi poin pentingnya say, dia itu bukan hanya cakep dan mempesona, tapi lembut banget. Kelakuannya manis banget. Banyak kan cowok yang palsu, tampangnya doang yang cakep tapi kelakuan nol." Sahut pelayan lain, yang terlihat melirik ke arah Verrel.

"Beruntung banget yah jadi Ajeng. Udah cantik, baik, manager, trus sekarang cowoknya sempurna kayak malaikat. Kalau gue sih, mending gue tinggalin restoran ini aja, cowoknya tuh kaya banget kayaknya, soalnya stylenya keren dan gue liat mobilnya, mobil sport yang limited edition men."

Verrel merasa sangat kesal dengan pembicaraan dua wanita di sampingnya. Jelas sekali wanita itu sedang membanding- bandingkannya dengan lelaki yang sedang bersama Ajeng. Verrel meraih makanan pesanan Ajeng yang sudah siap, mengantarkannya ke meja Ajeng. Tapi pada saat ia sudah meletakkan makanan di atas meja, mampan yang ia pegang tiba-tiba hampir terjatuh dan makanan itu jatuh mengenai orang yang duduk di hadapan Ajeng. Sontak Ajeng berdiri, mendekati AL. Memeriksa keadaan Al yang terkena tumpahan sup panas.

"Al, kamu nggak apa-apa?" Ajeng melap kemeja Al yang sudah kotor terkena sup.

"Nggak apa-apa Ajeng. Nggak apa- apa kok." Al mengambil tissu dan membersihkan celananya yang juga kotor.

"Nggak apa-apa Ajeng, aku ke toilet dulu yah. Dimana toiletnya?"

Ajeng menunjukkan arah toilet ke Al, kemudian membiarkan Al pergi. Ajeng langsung bangkit menatap Verrel tajam. Bagaimana bisa Verrel merasa tidak bersalah sama sekali setelah melakukan kesalahan besar pada pengunjung, terlebih itu adalah Al. Ajeng hanya diam terus menatap Verrel, tangannya yang lembut mengepal. Ingin rasanya ia segera meninju rahang lelaki itu tepat di wajah angkuhnya. Tapi Ajeng menahannya.

"Gue nggak sengaja kok." Bela Verrel tetap datar.

"Lo emang suka banget yah nyari masalah. Lo nggak punya attitude sama sekali sebagai manusia."

"Apa lo bilang, jadi gue bukan manusia? Verrel memukul meja di depannya, sontak gelas itu jatuh dan pecah.

"Lo tuh yang nggak tau diri, kerja lo cuma manfaatin orang aja. Dulu bokap gue lo jerat, sehingga lo dapat jabatan jadi manager, sekarang orang kaya itu lagi kan? Mau cepet kaya lo jangan gitu. Palsu, munafik. Lo ke jalan noh banyak om- om kaya di sana!" Ucap  Verrel dengan nada kesal. Semua pengunjung menatap mereka.

Arti sahabat ( Arti Cinta)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang