Waktu istirahat tiba, beberapa karyawan sedang makan siang. Ajeng duduk di kursi sendirian, kemudian Brandon dan Nina menghampirinya. Ajeng terlihat malas mengunyah makanannya.
"Lo kenapa sih bidadariku sayang?" Brandon ingin duduk di sebelah Ajeng, namun tiba-tiba Nina menabraknya dan menyuruhnya pindah ke kursi lain. Brandon memanyunkan mulutnya mengejek Nina.
"Dasar nenek pemeran antagonis, selalu aja mengganggu dua pemeran utama yang mau ngambil scene romantis." Lanjut Brandon yang kemudian mendudukkan bokongnya dengan terpaksa.
"Lo toh, pemeran nggak penting. Mau adegan romantis apa lu? Nih, mesra ama bogem gue!" Bentak Nina mengangkat kepalan tangannya. Brandon meneguk air putih terpaksa. Ajeng masih murung tak peduli dengan perkelahian dua insan yang selalu berantem itu.
"Lo mikirin apa sih Jeng? Bukannya masalah lo udah selesai? Kan direktur lo udah setuju, trus lo udah ngelakuin yang Pak Bramasta minta. Emangnya lo ada masalah lain lagi. Atau lo masih kepikiran Yuda?" Nina mengusap lengan atas Ajeng lembut. Ajeng menggeleng pelan.
"Nggak kok Nin, gue udah ngiklasin Yuda. Gue rasa gue udah ngelakuin yang semampu gue, menunggu dia selama lima tahun. Ini masalah Kevin Chik." Lanjut Ajeng lesuh.
"Kwevin..kwenapa?" Tanya Nina dengan mulut penuh makanan.
"Dasar nenek antagonis, mulut lo penuh tuh." Ledek Brandon meunjuk mulut Nina. Nina memelototinya, Brandon kembali melanjutkan makannya.
"Em, iya gue lanjut".
"Gue bingung gimana membuat Chika sama Kevin baikan lagi. Kevin sepertinya sangat terpukul dengan keadaan ini." Ucap Ajeng masih lesu.
"Iyya, gue juga selalu gagal buat ngomongin ini sama Chika. Dia selalu menghindari gue. Kemaren waktu di kampus, gue ama Joshua ngajakin dia makan, eh dia nolak dan bilang nggak mau diganggu soalya sibuk banget. Telponnya juga mailbox mulu."
"Trus gue harus gimana Nin? Gue ngerasa ada yang nggak beres dengan mereka, jangan sampe gue yang jadi penyebab mereka putus?"
"Aduh Ajeng sayang, kenapa sih semua hal yang terjadi harus lo yang jadi tersangkanya? Berhenti nyalahin diri lo sendiri, mungkin aja Chika ama Kevin butuh waktu untuk nenangin diri, mereka kan bukan abg lagi. Udahlah sayang, masalah lo udah segitu banyaknya, jangan nambah beban pikiran lo." Nina menepuk- nepuk pundak Ajeng.
"Iya Ajeng sayang, lo harus happy dong." Brandon ikut nimbrung.
"Ngapain lo pake sayang juga?" Nina memukul meja di depan Brandon.
"Yah, kan lo juga manggil sayang, masa gue nggak bisa. Egois banget lu nenek Antagonis." Bela Brandon.
"Ya kan gue sayang ama Ajeng." Lanjut Nina
"Gue juga sayang ama Ajeng."
" Tapi Ajeng nggak sayang sama lo...wekkkk". Nina memeluk Ajeng memeletkan lidahnya pada Brandon. Brandon skak mat tak bisa berkata-kata. Ia merasa terintimidasi dengan kata terakhir Nina. Ia memang menyukai Ajeng, tapi Ajeng hanya menganggapnya sahabat. Ajeng ikut tersenyum kemudian mereka bertiga tertawa terbahak-bahak. Verrel yang makan sendiri di pojok memandangi mereka dengan wajah kesal.
" Mereka terlihat sangat bahagia, apa mereka sedang menertawakan gue. Awas aja, gue bakalan bikin perhitungan sama lo cewek galak. Tunggu aja." Verrel memainkan garpu di tangannya. Menusuk- nusuk daging di piringnya sambil menatap Ajeng penuh dendam.
***
sekarang pukul tiga sore. Ajeng sudah siap menuju apartemen Al, ia akan membantu Al membuat beberapa laporan. Saat hendak keluar dari restoran, Verrel menahannya.
"Mau kemana lo? Main pulang aja, noh karyawan lain masih kerja. Restoran kan tutup jam 10 malam." tanya Verrel penuh selidik. Ajeng melepaskan ikat rambutnya kemudian merapikan rambutnya yang tergerai. Verrel sempat sedikit terpana melihatnya, sebelum akhirnya menutup matanya menggeleng merasionalkan pikirannya kembali.
"Gue mau ketempat kerja gue. Ini sudah kesepakatan gue sama Pak Bramasta, jadi lo nggak punya hak untuk protes. Dan lagian lo lupa yah, gue manajer lo bocah manja. Sekarang nih, alamatnya. Lo anterin catering ke perusahaan ini. Jangan sampai telat yah." Ucap ajeng memberikan alamat kepada Verrel kemudian berjalan keluar, namun tiba-tiba Ajeng berbalik mendekati Verrel, memasang seringaiannya.
"Semangat anak manja!" Lanjut Ajeng dengan nada dan senyum meledek.
Verrel hanya terdiam. "Dasar cewek galak stadium akhir." Teriak Verrel, pandangannya mengikuti langkah Ajeng yang akhirnya menghilang dari balik pintu masuk restoran.
Ajeng, memencet bel berkali-kali. Tapi tidak ada jawaban sama sekali. Tiba-tiba ceklek, pintu itu terbuka sendiri ketika Ajeng tidak sengaja memegang gagang pintu. Ajeng masuk ragu-ragu mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan. Tapi ia tak menemukan siapa-siapa disana. Ajeng memanggil Al berkali-kali tapi tak ada jawaban. Ia memasuki kamar Al dengan ragu dan..
"Al........". Ajeng berteriak histeris.
wah,,,,Ajeng kenapa histeris yah??Al kenapa tuh readers...
KOMEN DAN VOTE YAH,,,SECEPATNYA AUTHOR KECE INI BAKAL NEXT KE CHAP SELANJUTNYA...'
KISS HUG FROM RANHY
![](https://img.wattpad.com/cover/55354900-288-k602485.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Arti sahabat ( Arti Cinta)
Romansaini kisah tentang PERSAHABATAN DAN CINTA. dua kata yang berbeda namun memiliki makna yang sama besarnya. SAHABAT DAN CINTA, di dalamnya sama-sama ada sayang, namun dengan racikan yang berbeda. Bagaimana ketika hidup mengaruskan kita memilih, antara...