Al masih memeluk Ajeng. Ajeng merasakan debaran jatung Al yang juga berpacu cukup cepat sepertinya. Al melepaskan pelukannya saat dua pengamen kecil menghampiri mereka. Mereka terlihat berbisik. Ajeng salah tingkah, merasa malu tertangkap basah oleh anak kecil ini.
"Cie, kaka pacaran." Anak kecil yang memegang gitar itu memandangi Al dan Ajeng. Al hanya tersenyum, bahkan saat terlihat kikuk pun dia tetap mempesona.
"Kalian menyanyilah!" Al tersenyum kemudian membelai lembut pengamen kecil itu.
Kedua pengamen kecil itu saling tatap kemudian terlihat ingin memulai lagunya. Mereka berdua anak berumur 10 dan 8 tahun. Satu anak laki- laki memegang gitar, dan adik perempuannya memegang harmonika. Mereka terlihat menyedihkan. Pakaian lusuh dan wajah hitam lebam tersengat matahari. Ajeng menatapnya iba, dan AL menyadari itu.
"Kalian sudah makan?" Ajeng membelai lembut rambut anak perempuan itu. Mereka saling tatap dan tertunduk. Ajeng menatap AL. AL bangkit dari duduknya.
"Baiklah, kalian berdua duduk saja di sini. Mas pesan dua nasi goreng untuk mereka." Al mendudukkan mereka di bangku kemudian mengambil gitar anak laki- laki itu.
Ajeng menatap Al dan Al membalas tatapannya dengan senyum manis. Kemudian memetik senar gitar itu dan memainkan sebuah lagu.
"Kau, tak selamanya tangisi kepedihanmu, hingga kau harus lewati semua waktumu, terdiam meratapi kepedihanmu. Selalu, kutemui wajahmu yang tak bersinar seolah kau tak mampu hidup kembali. Cobalah kau lawan rasa itu...
Lepaskan saja bila kau tak bisa bertahan kuyakin mampu kau cari kekasih sejatimu. Dia bukan satu- satunya yang ada di dunia, kuyakin kau bisa hidup bahagia tanpanya.
Selalu, kutemui wajahmu yang tak bersinar seolah kau tak mampu hidup kembali. Cobalah kau lawan rasa itu...
Lepaskan saja bila kau tak bisa bertahan kuyakin mampu kau cari kekasih sejatimu. Dia bukan satu- satunya yang ada di dunia, kuyakin kau bisa hidup bahagia tanpanya...
Kuyakin kau bisa hidup...Hidup bahagia
Tanpa dirinya..."
AL menyudahi lagunya. Meletakkan gitar itu di bangku. Berjongkok di hadapan Ajeng, mendekatkan wajahnya. Menatap wajah sendu itu cukup dalam. Al memegang kedua tangan Ajeng.
"Kau bisa bahagia Ajeng, meski tanpanya, tapi denganku."
Ajeng berkaca- kaca mendengar ucapan Al. AL mencium tangan Ajeng kemudian mengusap lembut pipi Ajeng. Ajeng tersenyum, mengangguk meyakinkan Al.
"Aku akan berusaha Al. Untukmu."
Ajeng sudah siap berangkat kerja ke restoran. Hari ini penampilannya terlihat berbeda. Yah, Ajeng mulai merawat dirinya. Sudah cukup lama ia terpuruk dan tak pernah peduli dengan penampilannya, ia hanya memikirkan satu hal, yaitu Yuda.
Ajeng tampak cantik. Rambut kecoklatanyya dibiarkan tergerai. Kemeja putih dipadukan dengan blezer babypink dan rok span selutut. Wedges senada dengan blezernya dan tas jinjing hitam. Ajeng memoles wajahnya dengan make up tipis. Dan yang paling penting adalah, ia tersenyum manis, memulai semuanya kembali. Al sudah banyak berkorban untuknya, dan ia hanya perlu waktu untuk menunggu Ajeng memberikan hatinya sepenuhnya.
Ajeng melangkah keluar dari kamar kostnya. Di sana sudah tampak sosok pemuda melambaikan tangannya di atas motor besarnya. Dia Brandon, sahabatnya. Brandon memandangi Ajeng dari atas ke bawah. Memperhatikan Ajeng yang terlihat berbeda, sangat cantik dan menawan dengan senyuman manisnya. Brandon menelan ludahnya. Ajeng sangat cantik dan ia tak pernah salah menyukai gadis itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Arti sahabat ( Arti Cinta)
Romanceini kisah tentang PERSAHABATAN DAN CINTA. dua kata yang berbeda namun memiliki makna yang sama besarnya. SAHABAT DAN CINTA, di dalamnya sama-sama ada sayang, namun dengan racikan yang berbeda. Bagaimana ketika hidup mengaruskan kita memilih, antara...