Ajeng membuka pintu rumahnya pelan, meyelidik siapa yang bertamu di rumahnya malam-malam begini.
"Pak Bramasta?" Ajeng kaget ada apa gerangan direktur tempatnya bekerja dulu mendatangi rumahnya. Pak Bramasta tersenyum padanya kemudian duduk di kursi rotan teras rumah Ajeng.
"Mari masuk ke dalam Pak." Ajeng menunjukkan sopan santunnya yang memang juga menjadi salah satu daya pikatnya.
"Disini saja Ajeng, tidak enak dengan tetanggamu, jangan sampai mereka berpikiran yang macam-macam pada gadis yang baik sepertimu".
Ajeng kemudian tersenyum mengiyakan. Mungkin saja, apalagi ia sekarang telah bekerja di tempat lain dan dengan kostum yang tidak lagi sama seperti seragam karyawan restoran. Tentunya akan ada ibu-ibu kepo yang menelisik dan menduga-duga kedatangan Bapak separuh baya yang masih terlihat gagah dengan setelan mewah dan mobil yang tak kalah mewahnya bertamu di rumahnya malam-malam.
"Jadi langsung saja Ajeng, saya kesini ingin meminta maaf atas kesalahan saya yang memecatmu secara sepihak tanpa mendengarkan penjelasanmu. Saya terlalu percaya dengan anak kandung saya, yang saya kira saya lebih mengetahui sikapnya. Tetapi ternyata saya telah melakukan kesalahan besar Ajeng. Maafkan orang tua yang tidak bijak ini, memecat karyawan terbaik sepertimu."
Pak Bramasta terlihat begitu menyesal. Ajeng menatap Pak Bramasta penuh iba. Bagaimanapun, Ajeng tidak pernah menaruh dendam pada lelaki yang sepantaran dengan ayahnya itu. Ia sangat bersyukur, lelaki inilah yang telah memberikannya pekerjaan selama ini. Menerimanya dengan senang hati, ketika begitu banyak perusahaan yang menolaknya karena ia tak memiliki ijazah sarjana dan pengalaman. Lelaki ini tak sepenuhnya bersalah, siapapun pasti akan lebih mendengarkan darah dagingnya sendiri dibandingkan orang lain, apalagi waktu itu Ajeng tak pernah punya kesempatan menjelaskan karena ulah anak angkuhnya. Yah, pemuda smbong itulah yang menurut Ajeng sebagai sumber masalah. Tapi Ajeng tak mengingkari takdir Tuhan, setidaknya takdir itulah yang membawanya bertemu dengan pemuda penyelamat yang baik hati, yang sekarang menjadi atasannya.
"Pak, saya tidak pernah mau memberikan Bapak Maaf, karena Bapak tidak bersalah sama sekali. Saya tahu Bapak adalah pemimpin yang sangat bijak dan baik. Saya selalu menghormati Bapak, bahkan ketika Bapak memecat saya, saya juga menghormati keputusan Bapak. Jadi jangan buat anak kecil ini merasa berdosa telah membuat Bapak meminta maaf."
"Betapa beruntungnya kedua orangtuamu di surga sana Ajeng. Mereka pasti melewati hari-hari penuh senyum melihat putrinya dari jauh telah tumbuh menjadi wanita cantik yang luar biasa. Saya merasa iri pada mereka, betapa mulianya mereka saat hidup di dunia sehingga Tuhan menghadiahinya bidadari cantik sepertimu nak. Andai saja anakku bisa seperti dirimu, sedikit saja, mungkin aku akan sangat bahagia."
" Bagaimana bisa anak Bapak begitu beruntung memiliki ayah hebat seperti Bapak. Yang mendedikasikan hidup untuk membantu orang lain. Memberikan mereka tempat dan harapan. Saya yakin, anak Bapak pasti akan berubah. Ia bahkan akan menjadi sosok yang lebih baik dan membuat Bapak bangga nantinya." Keduanya tersenyum, mengagumi sosok masing-masing.
" Sayapun meyakini itu Ajeng, dia pasti akan berubah. Tapi, saya butuh seseorang untuk membantunya berubah. Membantunya mengerti kehidupan."
" Membantu? Bapaklah yang harus membantunya Pak." Ajeng menatap lekat Pak Bramasta yang terlihat memasang raut wajah pesimis.
" Kamu Ajeng. Yah, hanya kamu yang bisa membantunya berubah. Saya memang tidak tau diri, seharusnya saya malu menampakkan wajah saya di depanmu setelah perlakuan saya. Tapi bukannya meminta maafmu, saya malah meminta bantuanmu. Tapi, saya tidak punya cara lain lagi Ajeng. Tolong, bantu anak saya berubah. Saya mohon Ajeng. Orang tua ini memohon bukan sebagai mantan atasanmu, tapi ini permohonan tulus dari seorang ayah pada anak baik sepertimu".
Pak Bramasta memohon pada Ajeng. Menunjukkan sisi seorang ayah yang ingin anaknya diselamatkan. Ajeng tak mampu berkata-kata. Ia tahu, kelemahan terbesarnya adalah tidak bisa menyakiti hati orang lain, apalagi orang tua. Ia melihat niat tulus Pak Bramasta yang berharap besar padanya. Apa yang harus ia lakukan, Ajeng masih bingung. Masih tidak mengerti apa yang harus terjadi selanjutnya.
yah...Bijak banget yah si Ajeng. Pemaaf dan penuh kasih.
oke,,segini dlu yah...Di promoin dong story nya kakak author ini, supaya rame dan jd semangat buat lanjut terus...
thanks juga buat adek2 kece yg rajin komen dan vote...heheheh
happy reading,,,tenang aja, aku bakal fast update ko,,,very fast malah...
![](https://img.wattpad.com/cover/55354900-288-k602485.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Arti sahabat ( Arti Cinta)
Romanceini kisah tentang PERSAHABATAN DAN CINTA. dua kata yang berbeda namun memiliki makna yang sama besarnya. SAHABAT DAN CINTA, di dalamnya sama-sama ada sayang, namun dengan racikan yang berbeda. Bagaimana ketika hidup mengaruskan kita memilih, antara...