Chap 6

1.8K 157 8
                                    

Ajeng merasakan kepalanya terasa berat. Ia bangun dari tidurnya mendapati pemuda itu berbaring di sofa depan ranjang. Ajeng bangkit dari tempat tidur dan berniat keluar dari apartemen itu diam-diam. Ia telah membuka pintu apartemen mewah itu, bukannya langsung pergi ia malah menoleh, menatap kembali pemuda itu. Air matanya menetes sebelum akhirnya ia berlari meninggalkan kamar apartemen itu.

klik...

Ajeng memasuki lift. Beberapa orang di dalam lift menatapnya penuh curiga. Ajeng memperhatikan kembali tubuhnya. Benar saja, semua orang pasti curiga padanya. Wajahnya pucat, rambutnya berantakan dan ia hanya memakai baju kemeja pria, untung saja kemeja itu kebesaran jadi bisa menutupi paha mulusnya. Saat hendak keluar dari lift, seseorang mengagetkannya.

" Mba mau kemana? Ini bajunya baru saja sy mw bawa ke kamarnya."

Terlihat perempuan muda berseragam memegang sebuah kantong dari laundry terkenal. Ajeng hanya terdiam.

"Wah, mba ini beruntung yah punya pacar seperti mas itu. Sudah ganteng, kaya, perhatian, bertanggung jawab lagi. Saya bisa liat raut muka cemasnya ketika membopong mba dari parkiran ke kamarnya. Saya juga salut, dia cukup bertanggung jawab dengan memangil saya untuk menggantikan baju mba, kalau lelaki lain, mungkin sudah mengambil kesempatan. Mas itu juga berkali-kai emanggil saya untuk meminta dicarikan obat ketika mba ini demam tadi malam. Saya sangat kagum dengan pacar mba."

Wanita itu terus bercerita dengan senyum sumringah Ajeng tertegun. Yah, dia sudah salah paham dengan pemuda itu. Pemuda yg sudah menolongnya semalam. Ajeng malah menuduhnya yg keterlaluan.

"Iya mba, makasih bajunya sudah dicuci. dan terimakasih juga karena saya sudah merepotkan mba semalam". Ajeng mengambil bungkusan baju di tangan wanita itu, kemudian berpamitan untuk pergi. "Loh mba mau kemana? gak diantar pacarnya?" Tanya wanita itu.

"Ah, tidak usah mba, dia masih tidur dan pasti sangat lelah telah menjaga sy semalam. Mari, terimakasih." Ajeng berlalu meninggalkan apartemen mewah itu.

"Wah, sungguh pasangan yang sangat serasi. satu sangat tampan dan baik, satu sangat cantik dan sopan. Tuhan sepertinya memberikan semua kriteria kepada dua insan itu." Wanita itu tersenyum dan menggelengkan kepalanya tak percaya sekaligus takjub.

Ajeng tiba di depan rumah kontrakannya. Ia membayar taksi dengan uang seratus ribuan. Oh iya, sebelum meninggalkan apartemen pemuda itu, Ajeng sempat membuka dompet pemuda itu yang tergeletak di meja. Ia tidak berniat mencuri, tapi ia harus pulang dan tas dan dompetnya tidak ia temukan. Ajeng mengambil uang seratus ribu saja, meski ia melihat ada banyak rupiah dan dollar di dompet pemuda itu.

"Aku janji akan mengembalikan uangmu dan meminta maaf." Ucap Ajeng dalam hati setelah turun dari taksi dan membayar ongkos taksi menggunakan uang pemuda itu. Ajeng melangkah masuk, tiba-tiba langkahnya terhenti saat melihat seorang tertidur di kursi rotan panjang teras rumahnya. Ajeng menghampiri orang itu.

"Kevin..." Lirihnya. Ajeng mengusap lembut wajah sahabatnya itu.

"Sepertinya Kevin ketiduran disini. Apa karena Kevin menungguku semalaman? Ah iyya, aku pasti telah membuatnya cemas. Ia pasti mencariku kemana-mana. Tuhan, padahal aku sudah berjanji untuk tidak membuat sahabatku cemas lagi." Ajeng menutup matanya sebelum akhirnya Kevin memeluknya.

"Ajeng..Lo dari mana aja Jeng? Lo nggak papa kan?" Kevin yang baru bangun langsung memeluk Ajeng dengan erat, seolah ia tak ingin melepaskan Ajeng lagi. Ia tak ingin Ajeng kenapa-napa lagi.

"Lo darimana Jeng? Baju lo?" Kevin memandangi Ajeng. Yah Ajeng masih menggunakan kemeja pemuda itu.

"Ah ini, nanti aku jelaskan." Ajeng dan Kevin kembali berpelukan.

Arti sahabat ( Arti Cinta)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang