Ajeng sedang berbelanja di warung. Hari ini ia resmi menjadi pengangguran, dan ia harus berpikir untuk mencari pekerjaan baru. Semalam ia sempat merasa hidup sudah tidak ada gunanya setelah mendapati dirinya di apartemen pemuda tampan itu. Namun, ternyata Tuhan masih menyanyanginya. Toh walaupun Yuda masih belum kembali, setidaknya ia sudah berjanji pada sahabat2nya untuk tidak bersedih lagi. Ia harus melanjutkan hidupnya ebih baik dibanding 5 tahun terpuruknya. Ajeng sedang memilih bahan makanan, rasanya ia akan menghabiskan waktu untuk memasak di rumah hari ini. Tiba-tiba ia ingat sosok pemuda itu. Pemuda yang sempat ia kira Pangeran kodoknya. Pemuda yang menolongnya dan pemuda yang ia telah berikan kata-kata kasar.
"Bukankah kau tak suka dengan orang yang berlaku kasar pada orang lain? Kau sangat membenci orang yang katanya menghina orang lain. Bodoh bodoh..."Ajeng memukul-mukul kepalanya.
Ia bergegas pulang ke kontarakannya setelah membeli semua perlengkapan. Tiba-tiba Ajeng teringat sesuatu. Yah, bukankah ia memakai baju pemuda itu, dan dia juga sudah meminjam uangnya tanpa sepengetahuannya. Ajeng segera tersadar. Ia mencuci baju pemuda itu kemudian melanjutkan kegiatannya di dapur.
Verrel berjalan lunglai.
"Mana ada dalam sejarah seorang Verrel jalan kaki, bukankah gue punya mobil sport dan ferrari "
Verrel terus mendengus kesal. Ia meraih ponsel di sakunya. Untung saja papanya tidak meminta handpone mahalnya itu. Ia lalu memainkan hp nya, berpikir untuk menghubungi seseorang, setidaknya yang bisa menjemputnya di depan restoran ayahnya.
"Mom, Pliss? Mama kok kompakan sih sama papa?"
Tuut tut...Verrel tidak menyangka, ternyata papahnya sudah memberi perintah mamanya agar tidak memberikan bantuan apapun untuk Verrel. Verrel tak tahu lagi harus meminta bantuan pada siapa. Di kontaknya hanya ada sederetan nomor perempuan yang sering ia kencani. Ia terkenal flamboyan dan akrab dengan dunia malam. Tapi sungguh akan menjatuhkan pamornya jika ia harus meminta bantuan pada wanita, dalam hal ini ia membutuhkan setidaknya uang. selama ini, dialah yang memuaskan wanita2 itu dengan kekayaan papanya.
Ajeng melangkah ragu. "Apakah ini keputusan yang tepat? Adduh Jeng, lo harus ngelakuin ini. Harus."
Ajeng mengelus dadanya, mencoba membulatkan tekatnya. Beberapa kali ia menekan bel, namun tidak ada jawaban, namun saat ia sudah berbalik, terdengar pintu terbuka. Seseorang di balik pintu. Dengan wajah pucat dan lusuh, tapi tetap tidak mengurangi ketampanan dan pesonanya.
"Em, anu...Gue..."
Ajeng menggaruk kepalanya yang tidak gatal, mencoba memikirkan kata-kata yang tepat. Namun belum sempat ia menyambung kata-katanya, pemuda itu memberi isyarat untuknya agar ia masuk. Ajeng dan pemuda itu masuk. Pemuda itu mempersilahkanya duduk di ruang tamu, kali ini bukan di kamar seperti semalam. Pemuda itu menatapnya lekat kemudian menyerngit.
"Ini, anu..em, gue mamu ngembaliin baju lo. Trus gue pinjam duit lo nih."
Ajeng menyerahkan uang seratus ribu diatas bungkusan kemeja milik pemuda itu. Pemuda itu makin heran.
"Em, tadi gue mau pulang tapi gue nggak punya ongkos, tas gue kan nggak ada. Jadi gue ambil di dompet lo. Tenang aja, gue cuma ambil segitu doang ko, Lo bisa itung duit yang di dompet lo."
Ajeng menjelaskan terbata-bata, pemuda iu malah tertawa kecil .
"Trus gue mau minta maaf , gue udah nuduh lo sembarangan. gue makasih banget lo udah nolongin gue. Sebagai imbalannya ini gue buatin lo cake, ini buatan gue sendiri kok". Ajeng menyodorkan kotak kue ke meja." Pemuda itu terkekeh. Ajeng semakin bingung, ia sangat gugup kali ini, diringi derap jantungnya yang terus berdegup kencang.
![](https://img.wattpad.com/cover/55354900-288-k602485.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Arti sahabat ( Arti Cinta)
Romanceini kisah tentang PERSAHABATAN DAN CINTA. dua kata yang berbeda namun memiliki makna yang sama besarnya. SAHABAT DAN CINTA, di dalamnya sama-sama ada sayang, namun dengan racikan yang berbeda. Bagaimana ketika hidup mengaruskan kita memilih, antara...