Chap 9

1.5K 142 9
                                        

Ajeng berkali-kali memandangi tubuhnya di cermin. Memperhatikan setiap detail pakaian yang ia kenakan. Ia tak menyangka Tuhan begitu baik padanya, meski sempat ia merasa Tuhan tak adil ketika setiap orang terdekat yang ia sayangi meninggalkannya. Ayah, ibu dan bahkan Yuda, seseorang yang sudah ia yakini menjadi takdirnya. Ajeng menuju sebuah alamat yang diberitahukan oleh Al, Bapak Al. Yah, karena sekarang pemuda tampan itu sekarang adalah pimpinannya. Ajeng turun dari bis, kemudian berjalan beberapa meter menuju kantor megah itu. Yah, Ajeng sangat tahu, itu adalah perusahaan besar dengan gedung pencakar langit berarsitektur megah. Sebuah perusahaan yang sering ia tonton di TV. Perusahaan yang tampil menawarkan apartement dan perumahan mewah . Ajeng menelan ludahnya. Ia selalu memimpikan suatu saat bisa membeli salah satu untuk ia tinggali. Meski menurutnya itu sangat mustahil, mengingat ia hanyalah tamatan SMA yang hanya bekerja sebagai pelayan di rsetoran.

Ajeng melangkah memasuki ruangan yang ia cari setelah diberitahu oleh receptionist di lobi. Ajeng berusaha menormalkan detak jantungnya yang lagi2 membuat ulah dengan berdetak bagai irama musik metalica, keras dan cepat.

"Ah, kenapa harus selalu begini ketika harus berhadapan dengan pria itu? Bukankah ketika pertama kali ingin bertemu dengan direktur Bramasta biasa saja. Apa lebih baik gue mundur saja dari pekerjaan ini, bisa mati karena jantungan kalau gue harus bersama pemuda itu terus. Tapi kan, gue harus membalas jasanya, lagipula gue juga butuh pekerjaan untuk tetap hidup dan membayar sewa kontrakan. Tuhan, help me. Please give me power!"

Ajeng terus menghentak-hentakkan hels nya di lantai depan pintu ruangan direktur. Itu kebiasaannya ketika sedang gugup. Sambil memandangi kembali penampilannya. Baju kerja yang ia beli kemarin di supermarket. Yah, ini pertama kalinya ia menggunakan baju formal yang seperti itu. Pasalnya di restoran, ia memakai seragam pelayan restoran itu setiap harinya. Ajeng terus saja menghentak- hentakkan kakinya hingga seseorang berdiri tepat di hadapannya mengagetkannya. Dan benar saja, Jantung Ajeng makin berdebar kencang, matanya melotot dan map yang berisi CV dan ijasah2nya terjatuh di lantai. Siapa yang tak akan kaget, ketika kita terus berargumen dengan diri sendiri mengenai langkah sulit yang harus diambil, tiba-tiba sesosok pangeran, berwajah dewa berhati malaikat tersenyum didepan kita. Menatap penuh telisik dengan tatapan sayu dan wangi yang menenangkan.

Pemuda tampan yang tak lain adalah Sang Direktur, Bapak Al Varo Gazali itu tetap tersenyum pada Ajeng. Kemudian tunduk mengambil berkas yang sudah berserakan di depan Ajeng. Ajeng masih terpaku. Ia sendiri bingung apa yang sedang ia alami. Perasaan yang membuatnya bingung dan terus bertanya-tanya, mengapa jantungnya berdetak begitu cepat di depan Al. Hingga akhirnya suara merdu dan syahdu itu membuyarkan lamunannya.

"Selamat datang di kantor Rahayuki Ajeng, semoga kamu bisa bekerja dengan baik." Al menyerahkan map itu pada Ajeng kemudian mempersilahkannya masuk.

***

Kevin menghampiri Chika di butiknya. Ia sudah menunggu sejak 30 menit lalu, menunggu sampai Chika tidak sibuk lagi dan sendiri di ruangannya. Kevin masuk begitu saja, mendekati Chika dan berdiri di hadapannya.

"Chik, gue mau kita bicarain semuanya." Kevin membuka pembicaraan terlebih dahulu setelah lama menunggu Chika akan menegurnya yang sudah lama berdiri di hadapannya.

"Ngomong apa? gue lagi sibuk. dan gue rasa nggak ada lagi yang perlu dibicarakan." Jawab Chika ketus.

"Yah, soal hubungan kita. Apa kamu rela, hubungan yang sudah lama kita bina berakhir begitu saja?"

"Daripada kita terus saja tersiksa dan nggak merasa nyaman, buat apa dilanjutkan?"Chika tetap ketus, tetap mengarahkan pandangannya pada tumpukan kertas di hadapannya.

"Apanya yang menyiksa Chik? gue rasa hubunan kita baik- baik saja. selama ini gue merasa nggak ada masalah. "

"Iya, selama ini gue terus berpura-pura baik- baik saja. Sudahlan Vin, gue mau fokus sama karir gue. Gue nggak mau ngeganggu kuliah lo dan kerjaan lo, begitupun sebaliknya."

"trus, persahabatan kita? anak-anak? Lo bahkan nggak datang semalam waktu perayaan Ajeng yang mendapatkan pekerjaan lagi."

"Kan sudah ada kalian. Penting amat, harus ada gue disana. Ajeng udah punya banyak sahabat kan. Gue lagi sibuk, nggak ada waktu buat acara kekanakan kayak gitu. Kita bukan anak SMA lagi yg tiap hari harus telponan ngasih kabar, hang out bersenang-senang. Kita sudah punya jalan masing- masing."

Kevin menganggukk perlahan, semua penjelasan Chika sudah cukup memberi petunjuk bahwa tidak ada harapan lagi bagi hubungan mereka. Chika sudah mulai berubah, bahkan lebih kekanakan dibandingkan saat ia pertama kali mengenalnya di SMA dulu. Chika yang egois dan keras kepala. Chika yang hanya memikirkan dirinya sendiri dan tak peduli pada orang lain. Seperti dulu, saat Kevin mengenalnya di kelas 1 SMA, yang membuatnya jengkel namun juga mengubahnya menjadi cinta.

***

Brandon menghampiri Nina yang terlihat semakin hari semakin murung. Raganya memang di restoran itu tapi pikirnnya entah telah melanglang buana kemana.

"Lo kenapa sih Chik, katanya kan Ajeng udah dapat kerjaan baru, yang lebih baik malah. Masa lo masih sedih juga. Kita harus ngikhlasin Ajeng kerja ditempat lain dong. Walaupun sebenarnya gue juga nggak terima, tapi kan itu yang terbaik buat Ajeng."

Brandon menepuk pelan pundak Nina. Nina hanya terdiam tanpa ekspresi. Tiba-tiba ekspresinya berubah drastis sepersekian detik. Wajahnya memerah, bukan merona tapi seperti menahan amarah. Matanya melotot tajam seperti ingin menerkam mangsa, tangannnya mengepal keras seperti ingin merubuhkan tembok Beijing.

"Yah,,pemuda brengsek itu, apa yang ia lakukan disini? Pakaiannya?"

Nina dan Brandon terbelalak. Pemuda brengsek yang mereka maksud adalah Verrel. Ia datang masih dengan tampang angkuhnya, mendekati Nina, Brandon dan karyawan lain yang memang sedang berkumpul karena diinstruksikan oleh Direktur Tuan Bramasta. Memang hal biasa ketika si anak direktur mengunjungi perusahaan ayahnya, tapi ini berbeda, membuat Nina dan karyawan lainnya merasa heran. Tentu saja heran, karena si pemuda brengsek namun begitu tampan itu memakai seragam kerja karyawan, memakai baju pelayan restoran. Apakah ini bukan hal yang mengherankan, tentu saja. Semua karyawan berbisik penuh telisik. Kegiatan tak penting para karyawan itu terhenti ketika Tuan Bramasta mendekati mereka. Direktur itu berdehem beberapa kali sebelum akhirnya memulai informasinya.

Jadi semua, perkenalkan ini Verrel, karyawan baru di restoran ini. Ia akan menjadi pelayan disini. Karena ia masih baru, saya harap kalian membantunya dan jangan segan-segan menegurnya apabila ia melakukan kesalahan. Ia akan diperlakukan sama seperti karyawan lainnya."

Semua karyawan melongo, Verrel hanya tertunduk mengutuk dirinya sendiri. Baru kali ini ia merasa tidak tampan sama sekali. setelan stylish tidak lagi membungkus tubuh atletisnya, Ia tampak begitu memprihatinkan menggunakan seragam kerja itu.

"Baik Pak Direktur."

Semua karyawan kompak mengangguk diselingi seringaian jahat dan tawa mengejek. Sudah saatnya pemuda brengsek ini diberi pelajaran, lirih mereka dalam hati. Semua karyawan akhirnya kembali bekerja setelah mendapat perintah dari tuan Bramasta. Verrel yang masih terdiam mendengus pasrah, papahnya mendekatinya.

" Ingat Verrel, kau harus mendapatkan maaf dari semua orang yang telah kau sakiti hatinya. Kelompok Lansia yang sering berkunjung disini, jika tidak kau harus menerima kenyataan bahwa papah akan mendonasikan semua perusahaan papah pada yayasan anak yatim dan karyawan papah". Bramasta menepuk pundak Verrel tersenyum kemudian meninggalkan anaknya. Verrel hanya terdiam, memijat keningnya yang seolah sudah mau pecah dengan semua kejutan dari papahnya.


yeah,,,bagaimana kelanjutan kisah Ajeng yang harus bekerja di kantor pemuda tampan Al Varo Ghazali? Bagaimana hubungan Kevin dan Chika selanjutnya? Bagaimana nasib menyedihkan Verrel yang siap dibully oleh Brandon, Nina dan pendukung Ajeng lainnya?Akankah ia mendapatkan maaf dari kakek2 dan nenek2 itu??Lalu bagaimana kisah persahabatan mereka selanjutnya? akankah ada konflik lagi? atau malah justru akan lebih baik?

silahkan di vote dan dikomen para readers kece...ditunggu yah...secepat kilat aku next..salam author yang juga kece kaya kalian, Ranhy!!!




Arti sahabat ( Arti Cinta)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang