Al sedang sibuk di kantor. Hari ini ia akan mengunjungi salah satu lokasi pembangunan perumahan baru di Bandung. Al akan membicarakan rencana kerja sama dengan sebuah perusahaan. Seharusnya ia sudah berangkat pagi-pagi agar bisa pulang cepat dan tidak harus menginap di sana. Namun ia tidak ingin berangkat tanpa Ajeng. Yah, sekarang Ajeng masih di restoran dan mungkin saja sedang melatih kesabarannya menghadapi anak Direkturnya.
Dan benar saja, Verrel memang selalu menjadi ujian terberat Ajeng bekerja di restoran itu. Ajeng menerima uang receh bapak itu kemudian menampakkan senyuman manisnya bahwa ia berterimakasih pada keduanya telah berkunjung. Sang gadis kecil dan ayahnya mungkin berterimaksih jauh lebih banyak pada Ajeng, karena jika bukan karena Ajeng, gadis kecil itu akan menangis seharian karena tak bisa makan di restoran itu.
"Terimakasih tante cantik. Jangan dekat-dekat dengan om pelit itu yah." Gadis kecil itu memegang tangan Ajeng. Wajah polosnya tengah menampakkan senyum yang sangat tulus dan sumringah.
"Sama-sama gadis cantik." Ajeng mencubit pipi gadis kecil itu lembut. Kemudian membungkuk dan menyodorkan sebuah kotak makanan. "Ini, hadiah dari tante karena kamu gadis tercantik yang berkunjung di restoran ini. Kami sangat beruntung ada bidadari cantik yang mau makan disini." Gadis itu menerimanya dengan ekspresi sangat senang. Ayahnya berkali-kali mengucapkan terimakasih pada Ajeng dan mereka pun meninggalkan meja itu.
Verrel mendengarkan pembicaraan mereka. Ia terlihat kesal pada gadis kecil itu yang mengatakan agar Ajeng menjauhinya.
"Memangnya siapa yang mau dekat-dekat dengan gadis galak sepertinya. Dia sama sekali bukan tipe gue. Bawel, nyebelin. Seorang Verrel Bramasta bersandingnya cuma sama model atau artis cantik seperti Yuki Kato atau Raisa, bukan nona galak sepertinya. Dasar anak kecil, belum bisa membedakan mana becak mana ferrari. Dia nggak lihat apa betapa mempesonanya gue." Verrel memanyunkan bibirnya. Ajeng datang mendekat membawa recehan tadi.
"Ngapain lo ngasi makanan buat mereka? Itu bikin rugi restoran tau. Uang itu aja nggak bakal cukup bayar makanan mereka." Sahut Verrel.
"Kenapa sih lo selalu menilai sesuatu dari materi aja. Itu gue yang bayarin. Makanan mereka juga gue yang bayarin. Mendingan lo kerja bantuin yang lain, daripada lo sibuk ngurusin hal yang bukan urusan lo."
"Apa lo bilang? Yah gue harus urus lah. Ini kan restoran punya bokap gue, dan sebentar lagi jadi milik gue. Yah gue nggak mau terus-terusan rugi karena lo nampung semua orang miskin kaya mereka."
Brandon menghampiri mereka berdua, tersenyum manis pada Ajeng kemudian berbalik memasang tampang ingin menelan ke Verrel. Verrel beranjak pergi malas beradu mulut dengan Brandon yang juga bawel. Ia membalikkan badan, tapi kemudian menghentikan langkahnya.
"Lo kenapa sedih Ajeng?" Brandon menatap lekat kedua bola mata Ajeng yang sendu.
"Nggak gue nggak sedih kok Brandon. Gue hanya kasihan sama gadis kecil tadi. Ia sangat ingin merasakan makanan restoran dan rela menabung untuk itu tiap harinya. Gue ingat ibu gue. Dulu, Semenjak ayah gue meninggal ibu harus kerja banting tulang untuk gue. Bahkan meskipun cuma tukang jahit, dia bisa nyekolahin gue. Dia memenuhi semua kebutuhan sekolah gue sampai gue selalu jadi juara kelas. Gue ingat, dulu gue selalu pengen ngerayain ultah gue kayak teman-teman sekolah gue yang lain, tapi ibu selalu nggak punya uang lebih. Jadi gue nabung uang jajan gue tiap hari agar bisa ulang tahun juga. Saat waktu ultah gue, uang gue malah hilang terjatuh di jalan. Gue nangis seharian karena nggak bisa ulang tahun. Ternyata ibu gue tahu. Disitu gue ngerasa bersalah banget. Ibu gue menjual mesin jahitnya agar gue bisa ngerayain ultah. Beliau ngundang beberapa teman gue. Gue seneng banget hari itu. Tapi gue menyesalinya setelah tahu ibu gue jadi tukang cuci karena mesin jahitnya sudah dijual. Hanya untuk kesenangan gue, gue ngebiarin ibu gue kerja keras dan kasar. Beliau kerja sampai tengah malam. Tangannya kasar dan pegal-pegal. Gue ngerasa berdosa Brandon. Gue nggak pernah bisa ngebahagiain ibu gue sampai beliau meninggal."
Ajeng menitikkan air mata. Brandon menenangkannya lembut. Verrel yang tadi mendengar semua itu diam membisu. Ia tidak menyangka nona galak itu melalui kehidupan yang begitu keras.
"Yah nyokap lo itu udah tenang disana Ajeng. Beliau sangat bangga, putrinya tumbuh jadi wanita tangguh yang sangat cantik dan baik hati."
Brandon membawa Ajeng kepelukannya. Verrel meninggalkan mereka dengan wajah sedikit kesal melihat tingkah sok pahlawan Brandon. Tapi Verrel juga terus terngiang dengan kata-kata Ajeng tadi. Ajeng menghapus air matanya setelah merasakan hp nya bergetar. Sebuah pesan masuk.
from : Pak Al Varo Ghazali
Pulang dari restoran km siap2. kt bakal ke bandung ketemu rekan bisnis. sy jemput km d rmhmu jam 4. Jangan bilang maaf lagi nona..(smile)
Ajeng tersenyum membaca sms itu. Segera ia mengerjakan beberapa pekerjaan yang belum beres di ruangannya. Meskipun Ajeng kini manager, tapi ia jarang menghabiskan waktu di ruangan manager. Ia lebih suka keluar, melihat-lihat suasana restoran. Berbincang- bincang dengan Nina, Brandon dan karyawan lain. Ia juga biasa melayani beberapa pengunjung setia yang sudah akrab dengannya.
Ajeng merapikan meja kerjanya, kemudian ia melihat jam dipergelangan tangannya. Sekarang sudah hampir jam tiga, ia belum pulang padahal ia akan pergi bersama Al. Ajeng bergegas keluar, segera pamitan ke Brandon dan karyawan lain kemudian meluncur dengan angkutan umum ke rumah kontrakannya.
Oke sippp,,ini chap terakhir malam ini sebelum kaka author bobo cantik yah. Seneng deh, banyak pendatang baru yang mulai membaca cerita nggak menarik ini. Makasih yah sudah mampir. Readers lain, juga makasih sudah setia. Maaf kalau banyak yang penulisannya kuang benar atau salah huruf, itu karen author manusia biasa yang tak luput dari mistake. Maaf kalau chap nya kurang panjang soalnya kaka ngetik di hp,,,
Tetap semangat dan sampai ketemu di chap selanjutnya...
jangan lupa di VOMEN yah readers kece!!!
![](https://img.wattpad.com/cover/55354900-288-k602485.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Arti sahabat ( Arti Cinta)
Romanceini kisah tentang PERSAHABATAN DAN CINTA. dua kata yang berbeda namun memiliki makna yang sama besarnya. SAHABAT DAN CINTA, di dalamnya sama-sama ada sayang, namun dengan racikan yang berbeda. Bagaimana ketika hidup mengaruskan kita memilih, antara...