Chap 35

1.1K 119 10
                                    

Hai hai,,,kaka author balik lagi...Alhamduillah ngisi rapor udah tuntas, sekarang mw nerusin story gaje ini..Note book nya jg udah di install, jd mudah2 an kejadian kurang mengenakkan kemaren nggak terulang lagi...


"Alllllllllllllllllllllll......................"

Ajeng berlari menuju ruang tengah. Di sana Al sedang berbaring dan meringis kesakitan memegangi dadanya. Ajeng mendekati Al, menatap lekat pemuda tampan itu. Ia kini tak bisa tersenyum menawan. Wajahnya sendu menahan sakit. Ajeng memegangi tangan Al, kemudian mengusap lembut wajah Al yang keringatan.

"Al...Kamu kenapa? Al, plis jawab aku." Ajeng meneteskan air mata. Wajah pemuda yang selalu menolongnya itu terlihat pucat.

Al hanya menatap Ajeng, dengan tatapan bola mata yang hampir redup. Ia mengangkat tangannya ingin memegangi wajah Ajeng, namun ia bahkan tak mampu bergerak sama sekali. Dan sedetik kemudian, Al luruh di pelukan Ajeng. Ia tak bergerak dan tak berdaya sama sekali.

Ajeng terus memanggil nama Al agar ia sadarkan diri. Di dalam mobil ambulan Ajeng hanya berurai air mata, menggenggam erat tangan Al.

"Plis , kumohon bangun Al. Aku masih butuh kamu."

Al langsung di bawa ke ruang perawatan. Di dalam ruangan itu, dokter dan beberapa perawat memeriksa dan memberikan pertolongan kepada Al. Ajeng hanya duduk lesu sambil menangis menunggu Al di luar, berharap dokter keluar membawa kabar lebih baik. Tiba- tiba dokter keluar menghampiri Ajeng. Ajeng bangkit dan menatap sang dokter penuh pengharapan.

"Bagaimana dok?" Tanya Ajeng sambil menyeka sisa air mata di pipinya.

"Saya harus bicara dengan keluarganya."

"Tapi dok, keluarganya di Paris. Jadi dokter bisa bicara dengan saya."

"Maaf dek, tapi saya harus berbicara dengan keluarganya."

"Tapi...Tapi, tapi saya kekasihnya dokter. Dokter silahkan bicara pada saya. Al kenapa dok? Kenapa dia tiba- tiba kesakitan? Apa Al sakit dok? Sakit apa? Tolong dok, kasi tahu saya." Ajeng merengek memohon pada dokter itu. Namun dokter menggeleng pelan.

"Ini masalah serius. Saya harap adek menghubungi keluarga kandungnya. Saya harus bicara soal pasien tadi. Permisi."

Sang dokter berlalu meninggalkan Ajeng yang terdiam terpaku di depan ruang perawatan Al.

"Serius? Maksud dokter apa?" Ajeng bertanya- tanya dalam hati.

Ajeng melangkah memasuki ruangan Al. Ia memandangi wajah mempesona Al yang tampak pucat tak berdaya. Ajeng berdiri di samping ranjang. Ia memegangi tangan Al, kemudian mengusap pelan tangan yang terhubung dengan selang infus. Ajeng menutup matanya, membiarkan air matanya meluncur bebas di pipinya.

"Al, kumohon bangunlah. Al, aku ini gadis menyedihkan yang masih butuh bahumu untuk bersandar. Aku masih berjuang untuk bangkit Al. Al, kumohon jangan seperti ini. Kamu lelaki yang angat kuat Al. Aku yakin itu. Al, kau tahu aku sudah berusaha keras memberikan hatiku kepadamu. Aku sedang berjuang untuk mencinaimu Al. JAdi kumohon bangunlah. Lihat Al, aku bukan gadis menyedihkan lagi karenamu. Aku akan kembali menjadi Ajeng yang dulu Al. Aku janji. Kau harus bangun Al. Tadi aku mengatakan pada dokter bahwa kau kekasihku. Yah, kau kekasihku Al."

Ajeng terus berurai air mata. Terisak di kamar serba putih itu. Air matanya membasahi tangan Al. Ia terus berdoa kepada Tuhan, semoga tidak terjadi sesuatu yang serius pada Al.


Ajeng menatap lurus danau itu. Ia sekarang berada di taman. Ia meninggalkan rumah sakit karena Al harus melalui pemeriksaan lanjutan. Ajeng juga sudah menghubungi ayah Al, menemukan kontak "daddy" di handphone Al. Sekarang Ajeng benar- benar kalut. Merasakan beban berat yang kembali menerpa kehidupannya. Al, pemuda tampan yang selalu ada dan menyelamatkannya berkali kali, kini terbaring lemah di rumah sakit.

Arti sahabat ( Arti Cinta)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang