Chap 30

1.2K 121 17
                                    

Ajeng telah bangun dari tidur lelapnya. Ia membuka matanya pelan. Dan wajah pemuda mempesona itulah yang pertama kali tertangkap oleh indra penglihatannya. Ajeng tersenyum, menatap wajah Al. AL masih terlelap, mungkin karena kelelahan. Wajahnnya tetap saja mempesona bagi Ajeng. Tiba-tiba orang yang sedang ditatap itu membuka kelopak mata indahnya. Mata Ajeng dan Al saling terpaut, memancarkan rasa bahagia dan lega. Al tersenyum manis, bahkan sangat mempesona meski baru bangun tidur.

"Morning, nona maaf." Al menatap bola mata kristal Ajeng. Ajeng menunduk malu. Mereka masih dalam posisi yang sama seperti semalam. Ajeng tidur di atas lengan AL.

Ajeng segera bangkit.. Duduk di sofa, merapikan rambutnya yang tergerai bebas. Al masih tersenyum manis. Pemuda itu sangat sukses menghadiahi Ajeng sambutan pagi dengan gemuruh debaran jantung.

"Terimakasih Al." Ajeng tersenyum pada Al kemudian melangkah menuju kamar Al. Al bangun dan menggerakkan tangannya yang sedikit pegal menahan kepala Ajeng semalaman. Al melihat sekilas perutnya yang terasa sakit. Tangan Adi sangat kekar dan sukses membuatnya merasa hampir tak berdaya. Untung saja, AL menjadikan Ajeng sebagai kekuatan tambahan yang membuat kekuatanna berkali lipat lebih hebat.

Beberapa menit kemudian, Ajeng keluar dari kamar Al. Dengan rok selutut dipadu kemeja merah muda dan blezer hitam. Ajeng hanya memakai polesan make up tipis di wajahnya yang cantik. Rambutnya diikat asal. Al menatap Ajeng sejenak.

"Ada apa dengan kopermu?" Al menghampiri Ajeng  yang terlihat mendorong kopernya.

"Em, begini Al. Aku akan mencari kontrakan baru. Jadi aku membawa koperku agar langsung pulang ke sana sepulang dari restoran."

Al menarik koper Ajeng. "Aku akan mencarikan kamu tempat yang aman dan nyaman. Aku tidak ingin ada orang yang mengganggumu lagi Ajeng." Ajeng, mengambil kembali kopernya.

"Ah, Al. Aku akan mencari yang aman kok. Kamu tenang saja. Maaf merepotkanmu."

AL kembali menarik koper Ajeng. " Aku yang akan mencarikan untukmu. Aku akan menyewakan untukmu kamar di apartemen ini juga."

"Jangan Al, aku sudah terlalu banyak merepotkanmu."

"Ajeng. Berhentilah bersikap seperti itu. Apa artinya kata- katamu semalam bahwa kamu mencintaiku Ajeng.?" Al menatap wajah Ajeng intens.

"Ah, iya. Tapi aku tetap saja tidak bisa begitu."

"Apanya yang tidak bisa Ajeng. Kamu mencintaiku dan aku lebih mencintaimu. Apa yang salah. Aku hanya tinggal melamarmu, menikahimu dan kita akan tinggal bersama selamanya."

Ajeng membuang pandangannya. Di satu sisi ia sangat senang mendengar keseriusan Al, namun di sisi lain, ini terlalu cepat bagi Ajeng. Belum sepenuhnya ia melepaskan Yuda. Yuda masih saja menari- menari dipikirannya. Mengenai kemana Yuda, kapan ia datang dan apa yang terjadi. Ia harus jujur bahwa ia masih menunggu Yuda kembali.

"Maaf Al. Tidak secepat itu. Aku punya masa lalu yang rumit  dan berat. Untuk mengakui bahwa hatiku telah jatuh padamu saja sangatlah berat. Aku belum siap untuk itu semua AL. Maafkan aku."

Ajeng menitikkan air matanya. Al mendengus frustasi. Mengapa ia membiarkan Ajeng menangis lagi? Bukankah ia sudah berjanji tak akan membiarkan Ajeng menangis dan terluka lagi. Al menarik Ajeng ke dalam pelukannya. Membenamkan wajah sendu itu mendekap dada bidangnya.

"Iya Ajeng. Aku mengerti. Aku akan menunggu sampai kamu bisa memberikan hatimu sepenuhnya. Membuatmu mencintaiku seutuhnya. Jangan kau paksakan Ajeng. Biarkan seperti itu, sampai kamu siap. Aku siap menunggu untuk itu."

Ajeng membalas pelukan Al. Ajeng sungguh tak tahu harus membalas dengan cara apa kebaikan pemuda itu. Pemuda hebat yang besar hati menerimanya dengan segala kelemahannya. Pemuda mempesona yang mau mencintainya dengan tulus. Bahkan bersedia menungu cinta Ajeng sepenuhnya.

Arti sahabat ( Arti Cinta)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang