Chap 17

1.1K 126 10
                                    

"AL...." Teriak Ajeng histeris.

Ajeng menghampiri Al, ia melempar tas nya ke sembarang tempat. Ia duduk dengan kaki dilipat kebelakang, kemudian mengangkat pelan kepala Al ke pangkuannya.

"Al...Al...Bangun Al...Al, kamu kenapa Al?"

Ajeng mengoyang-goyangkan badan Al dengan Pelan. Tangannya menelusuri wajah Al yang terlihat pucat. Ajeng sangat panik, Al masih belum tersadar. Ia tak sadar Air matanya kini menetes membasahi wajah tampan Al.

"Al, kamu kenapa? Al...Al..." Ajeng menyentuh wajah Al kembali, tapi gerakannya terhenti saat Al memegang tangannya.

"Nona Maaf, kamu sudah datang?" Al tersenyum padanya. Tangan kanan Al memegang tangan kanan Ajeng, sedangkan tangan kirinya mengusap air mata di pipi Ajeng.

"Aku sepertinya kurang sehat. Bisakah kamu membantuku ke tempat tidur?" Al menatap mata Ajeng yang sudah sembab. Ajeng mengangguk, kemudian membantu Al mengiringnya ke ranjang big size apartemen mewah itu.

Ajeng membaringkan kepala Al pelan, menutupi setengah badan Al dengan selimut. Begitu telaten, melipat kedua tangan Al meletakkannya di dadanya sendiri. Al hanya terdiam, menikmati cara Ajeng memperhatikannya begitu intens.

"Aku panggil dokter yah?" Saat Ajeng ingin berdiri, Al menahan tangannya.

"Tidak usah nona maaf, duduklah di sini. Aku baik-baik saja. Aku hanya kelelahan, hanya butuh istirahat sejenak, maka aku akan pulih kembali." Ajeng terdiam pasrah. Lelaki ini selalu sukses membuat jantungnya terus berdebar tak menentu.

"Baiklah, aku buatkan kamu bubur. Kamu tidur saja, biarkan aku yang membereskan itu." Ajeng melirik meja kerja Al, disana banyak berkas yang berserakan dimana-mana."

Kamar Al memang sangat luas. Apartemen mewah itu memang hanya memiliki tiga bagian ruangan. Satu ruang tamu dengan sofa dan beberapa kursi berarsitektur modern. Satu dapur luas yang berisi perlengkapan dapur yang serba canggih, satu kamar tidur luas yang sangat rapi dan bersih. Dominasi putih bersih, dengan kamar mandi yang juga sangat luas serta terlihat meja kerja yang dipenuhi berkas yang tersusun rapi dan juga komputer. Tapi, kini berkas-berkas itu berantakan
dan Ajeng mendapati Al sedang tergeletak tak sadarkan diri di lantai saat ia datang. Al memang selalu mengerjakan tugas-tugas perusahaan di kamarnya sendiri. Menempatkannya di sudut jendela kaca yang bisa melihat keramaian kota Jakarta dari lantai 20. Ajeng harus terbiasa dengan itu, karena ia akan banyak menghabiskan tugasnya bekerja di apartemen Al, karena Al hanya sampai sore di kantor. Al tak sepenuhnya mengerjakan sendiri ketika di kantor. Ia dibantu asisten manajer, sekertaris dan juga beberapa karyawan lainnya. Al hanya membutuhkan Ajeng sebagai asistennya untuk mengerjakan beberapa pekerjaan yang belum selesai di kantor untuk dikerjakan di apartemennya.

Ajeng melangkah menuju dapur, mencari beberapa bahan masakan yang memang tersusun rapi di rak kulkas. Melihat dari pengaturan ruangan yang cukup rapi, maka Al tentulah lelaki yang bersih dan rapi. Setelah berkutat dengan masakan di dapur, Ajeng kembali ke kamar Al. Ia membawa nampan berisi semangkuk bubur yang komplit dengan sayuran serta segelas susu hangat. Ajeng meletakkannya di meja dekat ranjang Al. Menatap lelaki itu cukup lama, kemudian dengan halus membangunkannya.

"Al, bangnlah. Buburnya sudah jadi. Kamu harus makan agar kesehatanmu cepat pulih."

Ajeng menepuk-nepuk tangan Al pelan. Al membuka matanya perlahan kemudian lagi-lagi menampakkan senyuman mautnya, yang tetap mempesona meski ia sedang lemah. Ajeng membantunya menyandarkan punggungnya di sandaran ranjang. Mengangkat mampan ke atas pangkuan Al dan mempersilahkannya untuk makan.

"Makanlah, semoga kamu cepat pulih." Ucap Ajeng lembut.

Al hanya tersenyum, kemudian melahap bubur yang memang terlihat menarik diracik oleh Ajeng. Ajeng melangkah menuju meja kerja Al. Merapikan beberapa kertas yang berserakan, kemudian mengecek jadwal dan deadline yang akan dikerjakan Al. Al memperhatikannya dari tempat tidur. Kali ini ia mungkin sukses tersentuh dengan perlakuan manis Ajeng. Al yang malam itu tidak pernah menyangka tiba-tiba menemukan sesosok perempuan menangis di tengah hujan kemudian memeluknya dengan erat. Ia begitu heran dengan semua perangai Ajeng yang terlihat begitu luar biasa dan rela melakukan hal-hal hebat untuk orang lain, padahal dirinya sendiri cukup rapuh. Ajeng berhasil membuatnya berjanji dengan dirinya sendiri untuk membuat gadis itu tersenyum. Ajeng yang merasa diperhatikan tiba-tiba melihat Al. Mengangkat bahu dan tangannya bersama seolah bertanya ada apa. Al hanya tersenyum kemudian melanjutkan makanannya. Ia seolah sudah sangat sembuh dengan bubur buatan Ajeng dan juga tatapan gadis manis itu.

yeh,,,Ajeng jadi manis banget yah kalau sama Al, kalau sama Verrel galak banget...hahahah

kasihan Verrel, diperlakukan tidak adil. Itu kan karena Verrel sendiri yang sombong banget jadi orang...wkwkwkkw

vote KOMEN dong,,,next yah






Arti sahabat ( Arti Cinta)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang