Chap 8

1.5K 144 7
                                        

Assalamualaikum readers ku yang kece2...senang deh dapat respon dari kalian. Jadi tambah semangat buat mikir plus ngetik..Semoga nggak menegecewakan yah. Aku udah antisipasi untuk konsep ebanyak mungkin kalau2 nanti sibuk pas siswaku lg ulangan n pengisian rapor, jadi tetep bisa update walau sibuk...Jangan lupa dipromote yah sama Yukavers, Verkivers n alkivers lain..

eh, yg masih school, belajar yg rajin yah. contoh tu idola kita Yuki kato, walaupun terkenal tp tetep nggak mengesampingkan pendidikan,,semoga kalian bisa berhasil di bidang masing2 n cita2 nya bisa keraih...amin ...

oh ya sebelumnya aku mau ngasi koreksi, chap sebelumnya harusnya chap 7 yah, jd chap 6 nya dobel,,,maklum umur udah nggak fresh lagi. Sudah 23 tahun adek2, tp masih tetep kece dan gokil kok...jadi sekarang chap 8 yanh,,,enjoy readers kece...salam hangat guru BK nan kece, gaul n pastinya gak sangar yah... author rhany ...

Bramasta, direktur jutawan itu dan istrinya berlari kecil tergesa-gesa. Ia tak habis pikir harus mendapatkan masalah lagi hari ini. Setibanya di hadapan si pembuat masalah, Bramasta mengepalkan tangannya kesal, sedang istrinya menangis tersedu-sedu. Orang yang ditatap itu tertunduk sambil sesekali memegangi wajahnya.

" Anda tuan Bramasta? Ayah anak itu?" Polisi itu bertanya sambil melirik Verrel di balik jeruji besi.

"Bukan, saya bukan ayah anak itu Pak."  Bramasta menjawab tegas, istrinya menatap heran sedang Verrel memegang jeruju itu kuat-kuat.

"Pah, ini Verrel pah. Papah kok tega sih? mom..." Verrel berteriak memanggil ibunya yang kini semakin terisak memandangi keadaan anak semata wayangnya.

"Pemuda itu mabuk dan berkelahi di bar Tuan." Polisi itu menjelaskan.

"Baiklah Pak saya permisi, dia bukan anak saya. Ayo mah". Bramasa menarik lengan istrinya. 

" Tapi pah, Verrel. Papa nggak kasian?"

"Buat apa mam, anak itu juga tidak pernah kasihan pada kita. Dia tidak hentinya melemparkan kotoran di wajah papa. Sudah biarkan ia menebus semua kesalahannya di sana."

"Pah...Plis pah, Verrel nggak mau disini. Verrel janji akan berubah, verrel akan ngelakuin semua yang papa mau. Verrel janji pah." Verrel menangis memukul-mukul jeruji besi itu. Bramasta mendekatinya.

"Kau sunguh-sungguh? Apapun yang papa mau?", tanya Bramasta pada anaknya. Ia menginginkan jawaban pasti dari anaknya.

"Ia pah, apapun. anything. Verrel janji. sumpah." Verrel memohon pada papanya.

"Baiklah kalau kau serius. Mulai besok kau harus bekerja sebagai pelayan di restoran kita, kau akan menerima uang dari gajimu sendiri. tidak ada fasilitas apapun, sampai kau mendapatkan maaf dari orang-orang yang telah kau lukai hatinya." Bramasta mendekatkan wajahnya di hadapan anaknya.

"Tapi, kok gitu sih Pa.." Kata-kata Verrel terhenti saat papanya merubah ekspresi wajahnya. Ia menarik kata-katanya kembali. Dengan pasrah Verrel menjawab.

"Oke pah, Verrel akan lakuin semua itu buat papah".

***

Hari ini ajeng terus menghubungi Kevin tapi selalu saja di luar jangkauan. Ia mencoba menghubungi Nina namun Nina tidak tahu menahu masalah Chika dan Kevin, justru Nina ingin mendengar cerita Ajeng. Ajeng terus mondar mandir, tiba-tiba handphonenya berdering, namun dari no. yg tidak dikenal. ajeng buru-buru mengangkatnya berharap itu Kevin,

"Halo, assalamualaikum,"

"Walaikum salam. Ajeng."Jantung Ajeng kembali berdebar mendengar suara dibalik telpon itu. Dia Al, pemuda tampan baik hati itu.

"Ya..ya...ke ke napa?" Jawab ajeng terbata-bata.

"Gini ajeng, aku kan baru pindah dari Paris trus harus ngerjain banyak hal disini. Aku bisa minta bantuan  kamu nggak?" Pemuda itu masih mempesona, berbicara cukup tenang.

"Iya, apa yang bisa saya bantu?" Balas Ajeng.

"Aku butuh asisten pribadi, kamu mau kerja sama aku? Gajimu akan aku sesuaikan dengan karyawan lain."  Ucap Al, sekali lagi dengan pembawan yang tetap cool.

"Itu...anu...iyya saya mau. Tapi ini bukan saya yang membantu anda, malah anda yang lagi-lagi membantu saya. Saya memang sedang butuh pekerjaan. Saya tidak tahu harus bagaimana membalas semua jasa-jasa anda tuan."

Pemuda itu lagi-lagi menjawab dengan tenang. "Saya tidak pernah menganggap itu hutang yang harus dibalas. terimakasih sudah mau menerima tawaran saya".

Loh kok bahasanya jadi resmi gitu yah, mungkin untuk menutupi kegugupan masing kali, secara sama- sama nerveous tuh.

Ajeng tersenyum. Sepertinya hari baru akan dimulai. Ini langkah awal baginya untuk menjalani hidupnya kembali dengan normal. menjadi Ajeng yang seperti lima tahun lalu, yang penuh semangat. Ajeng yang optimis dan memberi keceriaan di sekitarnya. Bukan Ajeng yang lemah dan selalu membuat resah orang- orang di sekitarnya. Ajeng, yang sederhana dan selalu menyebarkan cinta dan kasih sayang kepada orang- orang terkasihnya.


yeh, Ajeng sudah mulai bangkit dari keterpurukannya. Verrel sepertinya harus menjalani hari yg baru juga, meninggalkan semua kemewahannya..yang sabar ya Verrel, hidup memang tidak selalu mudah kok, kita terkadang harus berjuang bahkan terluka untuk meraih kebahagiaan yang sejati...

next...divote dan dikomen yah readers yg baik n kece!!





Arti sahabat ( Arti Cinta)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang