lukanya tak seberapa...
hanya jarinya menata tangis,
lalu semangatnya berbantal lengan
sejak beberapa kesempatan berlalu
berlarian meninggalkannya
hatinya kalut...
meraung mengaku paling pilu
sampai petang memberi pelajaran...
berbisik...
"ada banyak yang lebih luka
lalu apa hanya kau yang boleh merana...?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Napak Tilas
PoetryHanya sekumpulan puisi amatiran, dari seorang pria perindu, penyuka sunyi, perenung, penikmat senja dan kopi, serta pemurung ulung. . .