Ramadhan...
riak pada mata yg kubendung ini
lalu perlahan menganak sungai
masih saja selalu mengaku-aku rindu
lantas,
tak kukecup sepanjang malammu
tak kupeluk sepanjang terjagaku
sedang cintamu kau obral seluas semesta
aku masih saja mengendap-endap
mencuri-curi kekhilafan.Ramadhan...
sudah lebih seperempat abad
dimana satu dasawarsanya,
kupakai belajar mencintaimu
namun sampai kini
cinta masih remah-remah
kadang terinjak dosa petangRamadhan...
rinduku yg samar bayangan
namun aku selalu rindu,
izinkan aku terus belajar mencintaimu
untuk seperempat abad berikutnya
untuk seperemat abad berikutnya lagi.
kemudian lagi...lagi...lagi...
sampai surga rela kepadaku
walau sekedar menghirup wanginya.------
15/07/2015
Puisi ini sudah lama kutulis pada Ramadhan beberapa tahun lalu. Entah mengapa masih saja relevan hingga kini. Untukku yang masih kerap kurang mencintaimu dengan penuh. Bulan terbaik.😢
KAMU SEDANG MEMBACA
Napak Tilas
PoetryHanya sekumpulan puisi amatiran, dari seorang pria perindu, penyuka sunyi, perenung, penikmat senja dan kopi, serta pemurung ulung. . .