Elegi Kancil

148 9 5
                                    


nyatanya masih ada saja...
negeri ini masih barbar,
masih mengerikan tuk disapa ramah...
disana...
tanah yang masih wangi darahnya
kancil yang tegap menentang perusak
oleh tangan mereka...
mereka siapa... pak tani kah?
nyatanya kancil teman pak tani
mereka itu korporasi-korporasi rakus
mencungkil bumi pertiwi...

kancil tak gentar melawan
walau bayang-bayang pemburu mengintai
berdiri menjaga tanah hidup penerusnya kelak,
kancil dihabisi...

kancil memang sendiri...
dengan segelintir lilin-lilin lain yang mengiringinya
api semangatnya tak kenal senja...
membakar...
bahkan menyulut sumbu-sumbu yang pasrah...

kancil begitu lincah...
meneriakkan kicau-kicau menentang
mereka mulai gerah...
mereka semakin gerah...
lalu dengan gegabah
kancil ditangkap kancil dihakimi,
dihabisi bak berburu santapan pagi
kancil mati...
di depan banyak mata...
di depan kantong-kantong yang disuapi penuh...

***


puisi ini saya dedikasikan
untuk aktivis Salim 'Kancil'
yang mati dihabisi
kala memperjuangkan tanahnya

Napak TilasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang