Aku ingin menyiapkan hari-hari penuh dusta. Diambang pagi kusiapkan subuh penuh doa. Menikmati sarapan penuh tawa. Siang nanti getir tangis tetap menyapa.
Aku menertawakan masalah pada petang. Malam nanti jejak-jejak ingatannya masih datang. Kupersiapkan tidur dengan matang, namun mata tetap kencang, letih tak pernah benar-benar pulang.
Esok pagi harus dengan kisah yang beda. Menikmati sarapan penuh duka, makan siang dengan seporsi lara. Dan tentu saja dengan segelas dusta.
25/07/2019
KAMU SEDANG MEMBACA
Napak Tilas
PuisiHanya sekumpulan puisi amatiran, dari seorang pria perindu, penyuka sunyi, perenung, penikmat senja dan kopi, serta pemurung ulung. . .