Dari balik dinding istana
Suara kami sedang berkunjung
Kami bawa asa bersamanya
Kendeng meminta keadilan bung!Dari depan istana,
kami pasung perjuangan
Berbaris dipekaranganmu Tuan
Namun matamu buta
Mungkin Telingamu tuliJadi, harus berapa Patmi lagi?
Yang gugur digusur tirani?***
KAMU SEDANG MEMBACA
Napak Tilas
PuisiHanya sekumpulan puisi amatiran, dari seorang pria perindu, penyuka sunyi, perenung, penikmat senja dan kopi, serta pemurung ulung. . .