Chapter 7

68 8 0
                                    

Sudah dua minggu Aku tersiksa akibat kecelakaan lalu. Aku tidak mempunyai ruang untuk gerak bebas karna lutut ku yang luka. Dan sekarang lukanya sudah mengering.  Kalian mau tau cerita Aku selama dua minggu ini?

Yang pertama Aku dan Azka semakin dekat. Udah banyak yang Aku lewati bareng dia. Dari main basket bareng, belajar bareng Ya walau kita beda kelas kan bisa saling mengajar (mutualisme), yang terakhir belakangan ini Aku sering banget diantar jemput saat sekolah. Sampai sekarang Aku belum bisa Jawab pernyataan Azka waktu itu. Karna emang Aku itu ga ada rasa sama Azka. Tapi Azka ga henti hentinya buat berjuang dapetin Aku. Aku salut sama dia. Tapi emang bener Aku Gak ada rasa sama dia. Masa Aku terima dia aja. Trus kita pacaran gak dilandasi cinta? Kan ga mungkin. Itu malah tambah nyakitin Azka nantinya. Makanya Aku nawarin dia sebagai teman aja. Aku heran kenapa Azka bisa suka sama Aku. Padahal kan Aku tomboy, Gak bisa diem, dan lain lain. Huhh! Gak udah dipikirin deh. 

Yang kedua ternyata Tian suka juga sama Aku. Dia sempat nembak Aku lagi waktu pulang sekolah saat main ditaman. Jawaban Aku sama saat Azka nembak Aku. Ya bukan nembak sih nyatain. 

Flashback on

"Rev." Tian membuka pembicaraan lebih dulu.

"Iya?" Tanya ku. Tian memutar badannya menjadi 90° dan sekarang Tian menatapku. Tian meraih tangan ku dan digenggamnya.

"Kayanya gue mulai suka deh sama Lo." Aku melongo mendengar perkataannya. Aku menunggu Tian melanjutkan kata kata nya.

"Gue mutusin Jihan demi Lo." Lanjutnya. Aku menaikan alis sebelah.

"Hanya gara gara gue Lo mutusin Jihan. Sorry Yan. Gue Gak bisa. Lebih baik kita berteman aja. Gue gak ada rasa sama Lo." Ucap ku melepas genggaman tangannya dan bangkit berjalan untuk memberhentikan taxi dan pulang.

Flashback off

Sudah dua orang yang menyukai ku dan mereka sama sama sudah menyatakannya. Aku Gak bisa milih antara mereka berdua. Karna Aku gak ada rasa sama salah satu antara mereka.

Mereka pernah berkelahi karna memperebutkan ku. Dan heii! Mereka bertengkar disekolah untung saja tidak masuk BK.

Flashback

"Rev nih gue bawain bekel buat Lo." Azka menyodorkan kotak makan berwarna biru muda. Azka tau aja kalau warna kesukaan ku biru. Saat Aku ingin menerima kotak makan itu, Tian buru buru menyingkirkan kotak makan itu.

"Jangan. Bisa bisa Lo diracunin sama dia." Tian menyeringai. Aku menatap keduanya bergantian. Rahang Azka mengeras dan tangannya mengepal kuat. Azka menarik kerah baju Tian hingga Tian berubah posisi yang tadinya sedang duduk menjadi berdiri.

"Jaga omongan Lo." Ucap Azka. Rahangnya masih mengeras. Tian hanya membalas dengan menyeringai. Aku berusaha memisahkan mereka tapi Valen menarik lengan ku agar menjauh.

"Len. Gue mau misahin dia." Ucap ku.

"Jangan ntar yang ada Lo yang Kena bogem mentah dari mereka." Jawab Valen dan Akhirnya Aku pun duduk dimeja kantin dengan jarak yang cukup jauh. Semua penghuni kantin menatap ke arah Tian dan Azka.

"Lo boleh suka sama Revi, tapi Lo ga seenak jidat ngatur dia." Ucap Azka lagi.

"Lo tau? Ini kotak makan gak ada racun sama sekali. Kalau seandainya ada racunnya gaakan gue kasih Revi. Tapi lebih baik gue kasih Lo." Lanjut Azka.

"Gue kan cuma mastiin aja. Kenapa Lo jadi sewot?" Tanya Tian. "Mending Lo lepasin nih cengkraman." Ucap Tian sambil melepas cengkraman Azka dengan kasar. Tian pergi meninggal kan Azka yang masih berdiri disana. Aku pun mendekati Azka.

"Ka Lo gapapa kan?" Tanya ku memastikan. Dia mengangguk. Dan menyerah kan kotak makan itu lalu meninggal kan ku. Aku menatap punggung Azka yang mulai menjauh dan hilang dibelokan. Aku duduk dikursi dan menatap kotak makan yang ada digenggaman ku. Valen mengusap punggung ku mencoba menenangkan ku. Aku menatap Valen. Valen tersenyum Aku pun membalasnya dengan senyuman tipis.

Flashback off

Ya seperti itu lah kira kira kejadian yang dialami selama dua minggu. kalau tidak diajak jalan dengan salah satu diantara Tian dan Azka. Tidak lain dan tidak bukan menyaksikan pertandingan tinju secara life.

Aku berfikir untuk menjauh dari Tian dan Azka. Aku tidak ingin melihat wajah mereka penuh lebam karna ku. Aku memutuskan untuk menjauh dari mereka. Dan terpaksa Aku juga akan menjauhi Valen dan juga Andre.

☆☆☆

Matahari mulai bersinar terang. Cahayanya memaksa untuk masuk dari balik tirai jendela. Aku mengerjapkan mata. Rasanya Aku bermalas malasan untuk bangun dan bersekolah.

Tokk tokk tokk

"Rev bangun. Kamu ga sekolah Hari ini?" Itu suara Mas Daffa. Tumben banget dia bangunin Aku.

"Iya Mas. Aku sekolah Kok." Jawab ku dengan suara khas bangun tidur.

"Yaudah Mas tunggu Ya dibawah." Ucap Mas Daffa.

Aku segera masuk ke dalam kamar mandi. Hanya butuh 15 menit untuk menyelesaikan ritual mandi ku. Dengan cepat Aku memakai seragam, merapikan rambut dan memakai Snpaback. Aku pun turun ke bawah untuk menghampiri Mas Daffa.

"Pagi pi, Mas." Ucap ku dan duduk ditempat favorit ku.

"Pagi" Jawab mereka serentak.

"Tumben kompak." Aku terkekeh melihat Papi, Mas Daffa dan Mas Revo.

"Mas Aku mau berangkat bareng Mas Daffa boleh Ya?" Tanya ku. Entah kenapa Hari ini Aku ingin sekali menghabiskan waktu dengan Mas Daffa.

"Tentu saja boleh sayang." Jawab Papi. "Betul kan Daf?" Tanya Papi. Mas Daffa mengangguk. 

"Pasti ada maunya nih Kalo kaya gini." Ucap Mas Revo.

"Apaan sih sok tau Lo." Jawab ku ketus. Mas Revo tertawa Aku melempar biji buah jeruk ke arahnya. Tapi nihil tidak tepat sasaran. 

"Gak kena." Mas Revo menjulurkan lidahnya. Aku memberinya pelototan. Papi dan Mas Daffa tertawa melihat kelakuan ku dan Mas Revo.

"Kalian ini masih aja seperti Anak Anak waktu dulu." Ucap Papi dengan wajah sendu. Papi pasti merindukan mama. Aku berjalan mendekati Papi dan memeluknya dari samping. Begitu juga Mas Revo dan Mas Daffa. Papi tersenyum. 

"Aku sayang Papi. Jangan sedih Ya pi." Ucap ku seraya mengerat kan pelukan ini.

"Revo juga sayang Papi." Lanjut Mas Revo.

"Daffa lebih lebih sayang Papi." Mas Daffa pun ikut juga. Mata Papi sudah berlinang.

"Kenapa jadi gini. Ayok lanjut makan lagi." Papi mencairkan suasana. Akhirnya kami pun kembali duduk dikursi masing masing. Aku melihat jam melingkar ditangan ku. Sudah pukul 6.40.

"Mas berangkat sekarang yuk!" Mas Daffa melihat jam ditangannya. Dia mengangguk dan berdiri Aku pun ikut berdiri dan berpamit pada Papi dan Mas Revo.

"Pi Aku berangkat dulu Ya." Papi mengangguk Aku mencium punggung tangan Papi dan Mas Revo. 

Aku masuk ke dalam mobil Mas Daffa. Aku duduk di kursi penumpang samping pengemudi. 

☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆

Meet And Greet Jadi CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang